Mohon tunggu...
Marfita Hikmatul Aini
Marfita Hikmatul Aini Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Pribadi

Marfita bergabung dengan RS Siti Khodijah Pekalongan pada 20 Juni 2017 sebagai Staf Unit Kerja Pelayanan Pengaduan. Selama tiga tahun bekerja di rumah sakit ini hingga 31 Juli 2020, ia bertanggung jawab untuk menangani dan menyelesaikan berbagai keluhan pasien dan keluarga pasien. Dengan latar belakang psikologi, Marfita mampu menangani keluhan dengan empati dan profesionalisme, memastikan bahwa setiap masalah diselesaikan dengan cara yang efektif dan memuaskan. Ia juga berkontribusi dalam meningkatkan sistem pengelolaan pengaduan di rumah sakit, sehingga pelayanan kepada pasien menjadi lebih baik dan responsif. Pada tahun 2023, Marfita melanjutkan karirnya sebagai Pendamping Produk Halal di Universitas Islam Negeri Walisongo. Dalam peran ini, ia bertanggung jawab untuk memastikan bahwa produk-produk yang dikembangkan dan digunakan oleh universitas memenuhi standar kehalalan yang ditetapkan. Marfita juga memberikan bimbingan dan pendampingan kepada tim universitas dalam proses sertifikasi halal, serta membantu dalam penyusunan dokumentasi yang diperlukan. Keahlian Marfita dalam berkomunikasi dan memahami kebutuhan klien telah membuatnya menjadi aset penting dalam menjaga kredibilitas dan kualitas produk-produk halal di universitas tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyelami Dunia Parenting Anak Jarak Berdekatan: Tantangan dan Solusi

4 September 2024   11:42 Diperbarui: 4 September 2024   11:45 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

1. Pengenalan dan Konsep Dasar Parenting Anak Jarak Berdekatan

Dalam beberapa dekade terakhir, banyak keluarga di Indonesia mengalami fenomena memiliki anak dengan jarak usia yang berdekatan, atau yang sering disebut sebagai "anak jarak berdekatan." Fenomena ini menarik perhatian para orang tua, ahli psikologi, dan pendidik karena membawa dinamika yang unik dalam kehidupan keluarga. Parenting anak jarak berdekatan mengacu pada praktik pengasuhan di mana dua atau lebih anak memiliki jarak usia kurang dari tiga tahun. Seringkali, tantangan yang dihadapi orang tua dalam kondisi ini berbeda dibandingkan dengan keluarga yang memiliki anak dengan jarak usia lebih besar.


Salah satu aspek paling mencolok dari parenting anak jarak berdekatan adalah intensitas pengasuhan yang meningkat. Orang tua harus menghadapi tuntutan fisik dan emosional dari beberapa anak yang masih dalam fase perkembangan awal, seperti balita atau prasekolah, yang membutuhkan perhatian ekstra. Tantangan ini sering kali memerlukan penyesuaian dalam hal waktu, energi, dan sumber daya yang tersedia bagi setiap anak. Selain itu, orang tua juga harus memastikan bahwa mereka tetap memperhatikan kebutuhan individual setiap anak meskipun tuntutan pengasuhan sering kali terasa tumpang tindih.

Namun, parenting anak jarak berdekatan juga memiliki kelebihan tersendiri. Salah satunya adalah potensi hubungan saudara yang lebih erat karena mereka tumbuh bersama dalam fase perkembangan yang hampir bersamaan. Hal ini dapat menciptakan ikatan emosional yang kuat di antara saudara, yang dapat berlangsung hingga dewasa. Selain itu, pola pengasuhan yang konsisten untuk anak-anak dengan jarak usia berdekatan sering kali dapat diterapkan secara lebih efisien, karena orang tua dapat memanfaatkan pengalaman yang diperoleh dari mengasuh anak pertama untuk mengasuh anak kedua dan seterusnya.

Secara keseluruhan, parenting anak jarak berdekatan adalah sebuah perjalanan yang kompleks dan penuh warna, di mana tantangan besar sering kali seiring dengan keuntungan yang signifikan. Memahami konsep dasar dan persiapan yang baik adalah langkah awal yang penting bagi orang tua dalam menjalani peran ini dengan sukses.


2. Perkembangan Emosional dan Sosial pada Anak Jarak Berdekatan

Perkembangan emosional dan sosial anak-anak dengan jarak usia berdekatan menghadirkan dinamika yang unik. Dalam situasi ini, anak-anak tumbuh bersama dalam lingkungan yang sering kali menuntut mereka untuk berbagi perhatian, waktu, dan ruang dengan saudara yang hampir sebaya. Hal ini dapat mempengaruhi cara mereka berinteraksi, membentuk ikatan, dan mengembangkan keterampilan sosial.

Salah satu kelebihan yang menonjol dari situasi ini adalah adanya peluang yang lebih besar bagi anak-anak untuk belajar tentang kerjasama dan empati sejak usia dini. Karena mereka sering kali terlibat dalam permainan yang sama dan berbagi pengalaman sehari-hari, anak-anak dengan jarak usia berdekatan cenderung lebih cepat mengembangkan keterampilan sosial seperti berbagi, bergiliran, dan mengelola konflik. Mereka juga lebih mungkin untuk merasakan kedekatan emosional dengan saudara mereka, yang dapat menjadi sumber dukungan sosial yang kuat sepanjang hidup mereka.

Namun, ada juga tantangan yang perlu diperhatikan. Persaingan antar saudara bisa menjadi lebih intens dalam keluarga dengan anak-anak yang jarak usianya berdekatan. Karena mereka berada dalam tahap perkembangan yang mirip, anak-anak mungkin bersaing untuk mendapatkan perhatian orang tua, mainan, atau prestasi tertentu. Ini bisa menimbulkan perasaan cemburu atau frustrasi yang, jika tidak ditangani dengan baik, dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional mereka.

Untuk mendukung perkembangan emosional dan sosial yang sehat, orang tua perlu memberikan perhatian yang seimbang kepada setiap anak. Ini termasuk mengakui dan merayakan keunikan setiap anak serta memberikan ruang bagi mereka untuk mengekspresikan diri secara individu. Selain itu, penting bagi orang tua untuk membangun lingkungan yang mendukung kerjasama dan saling menghargai, di mana anak-anak belajar untuk memahami dan merespon perasaan satu sama lain.

Membangun komunikasi yang terbuka dan jujur juga merupakan kunci untuk membantu anak-anak mengatasi persaingan dan cemburu. Orang tua dapat mengajarkan anak-anak cara mengungkapkan perasaan mereka dengan cara yang konstruktif dan membantu mereka memecahkan masalah dengan saudara mereka secara damai. Dengan pendekatan yang tepat, anak-anak jarak berdekatan dapat mengembangkan keterampilan emosional dan sosial yang akan bermanfaat sepanjang hidup mereka.


3. Pengasuhan Positif dan Disiplin yang Efektif

Pengasuhan anak jarak berdekatan memerlukan pendekatan yang lebih strategis dalam hal pengasuhan positif dan disiplin yang efektif. Karena anak-anak berada pada tahap perkembangan yang hampir bersamaan, orang tua sering kali menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan kebutuhan mereka tanpa memicu konflik atau ketidakadilan. Oleh karena itu, strategi pengasuhan yang memperkuat perilaku positif dan disiplin yang adil menjadi sangat penting.

Pengasuhan positif berfokus pada memperkuat perilaku baik melalui pujian, dorongan, dan penghargaan. Dalam konteks anak-anak jarak berdekatan, ini bisa berarti memberi perhatian lebih ketika mereka bekerja sama atau menunjukkan sikap saling mendukung. Misalnya, ketika salah satu anak membantu saudara mereka menyelesaikan tugas atau berbagi mainan, orang tua bisa memberikan pujian yang spesifik untuk tindakan tersebut. Hal ini tidak hanya memperkuat hubungan antara saudara, tetapi juga mendorong perilaku yang konstruktif dalam jangka panjang.

Di sisi lain, disiplin yang efektif dalam pengasuhan anak jarak berdekatan harus dikelola dengan hati-hati. Mengingat mereka berada dalam fase perkembangan yang mirip, penting bagi orang tua untuk menerapkan aturan yang konsisten dan adil untuk semua anak. Namun, pendekatan disiplin ini harus disesuaikan dengan kepribadian dan kebutuhan masing-masing anak. Orang tua perlu menghindari membandingkan anak-anak satu sama lain, karena hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak adil dan merusak hubungan antar saudara.

Salah satu cara yang efektif adalah dengan menerapkan konsekuensi yang logis dan relevan dengan perilaku yang ingin diubah. Misalnya, jika salah satu anak melanggar aturan dengan tidak membereskan mainan mereka, konsekuensi yang bisa diterapkan adalah kehilangan waktu bermain untuk sementara. Pendekatan ini membantu anak-anak memahami hubungan antara tindakan dan konsekuensi tanpa merasa dihukum secara berlebihan.

Selain itu, penting bagi orang tua untuk menjaga komunikasi yang terbuka dan konsisten. Menjelaskan alasan di balik aturan dan konsekuensi dapat membantu anak-anak menerima disiplin dengan lebih baik dan melihatnya sebagai bagian dari pembelajaran, bukan sebagai hukuman. Dengan pendekatan yang tepat, pengasuhan positif dan disiplin yang efektif dapat menciptakan lingkungan yang harmonis, di mana anak-anak jarak berdekatan tumbuh dengan rasa saling menghargai dan tanggung jawab.

4. Tantangan Perkembangan Kognitif dan Strategi Pembelajaran

Anak-anak dengan jarak usia yang berdekatan sering kali menghadapi tantangan dalam perkembangan kognitif dan pembelajaran yang perlu ditangani dengan hati-hati oleh orang tua. Karena mereka berada dalam tahap perkembangan yang hampir bersamaan, kebutuhan pendidikan mereka mungkin saling tumpang tindih, namun tetap memerlukan pendekatan yang disesuaikan dengan kemampuan dan minat masing-masing anak.

Salah satu tantangan utama dalam perkembangan kognitif anak jarak berdekatan adalah perbedaan kecepatan belajar. Meskipun mereka mungkin berada di usia yang hampir sama, setiap anak memiliki cara dan ritme belajar yang unik. Hal ini bisa memunculkan frustrasi jika satu anak merasa tertinggal dari saudaranya atau jika salah satu anak lebih dominan dalam situasi belajar bersama. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenali dan menghargai perbedaan individu dalam kemampuan kognitif setiap anak.

Untuk mengatasi tantangan ini, orang tua dapat menerapkan strategi pembelajaran yang dipersonalisasi. Misalnya, menyediakan materi belajar yang sesuai dengan level dan minat setiap anak dapat membantu mereka merasa lebih terlibat dan termotivasi. Orang tua juga bisa menggunakan pendekatan yang lebih fleksibel, seperti memberikan waktu belajar tambahan kepada anak yang memerlukannya atau mengadakan sesi belajar yang lebih intensif untuk topik-topik tertentu.

Selain itu, penting untuk mempromosikan pembelajaran kolaboratif di antara anak-anak. Meskipun mereka memiliki kecepatan belajar yang berbeda, mendorong mereka untuk belajar bersama dapat memperkuat pemahaman mereka dan memperdalam hubungan saudara. Orang tua bisa merancang aktivitas belajar yang melibatkan kedua anak, seperti permainan edukatif atau proyek kreatif, yang memungkinkan mereka untuk bekerja sama dan saling mendukung.

Tidak kalah penting, menjaga keseimbangan antara kegiatan individual dan kolaboratif juga krusial. Memberikan waktu yang cukup bagi setiap anak untuk mengeksplorasi minat dan keterampilan mereka secara mandiri dapat membantu mengembangkan rasa percaya diri dan kemandirian. Di sisi lain, aktivitas bersama dapat mengajarkan mereka pentingnya kerja tim dan kerjasama.

Dengan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dan memahami tantangan perkembangan kognitif yang mungkin muncul, orang tua dapat membantu anak-anak jarak berdekatan untuk mencapai potensi maksimal mereka. Melalui pendekatan yang penuh perhatian dan adaptif, mereka dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran yang menyenangkan dan bermanfaat bagi setiap anak.

Refrensi:
1. Brody, G. H. (2004). "Siblings' Direct and Indirect Contributions to Child Development." *Current Directions in Psychological Science*, 13(3), 124-126. doi:10.1111/j.0963-7214.2004.00288.x

2. McHale, S. M., Updegraff, K. A., & Whiteman, S. D. (2012). "Sibling Relationships and Influences in Childhood and Adolescence." *Journal of Marriage and Family*, 74(5), 913-930. doi:10.1111/j.1741-3737.2012.01011.x

3. Knafo, A., & Plomin, R. (2006). "Parental Discipline and Affection and Children's Prosocial Behavior: Genetic and Environmental Links." *Journal of Personality and Social Psychology*, 90(1), 147-164. doi:10.1037/0022-3514.90.1.147

4. Prime, H., Wade, M., & Browne, D. T. (2020). "Risk and Resilience in Family Well-Being During the COVID-19 Pandemic." *American Psychologist*, 75(5), 631-643. doi:10.1037/amp0000660

5. Hetherington, E. M., & Parke, R. D. (2003). *Child Psychology: A Contemporary Viewpoint*. New York: McGraw-Hill Education.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun