Mohon tunggu...
Ahmad Hendra Marfiadi
Ahmad Hendra Marfiadi Mohon Tunggu... -

Komentar-komentar konyol dari orang awam :)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menakar Kemampuan Berdebat Cagub DKI Jakarta

5 Januari 2017   20:45 Diperbarui: 5 Januari 2017   20:51 1416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesta pora demokrasi pun akan segera menjemput puncak yaitu debat resmi para kandidat Pilkada DKI tanggal 13 Januari 2017. Seingat saya debat sebagai tradisi demokrasi Indonesia dimulai pada pilpres 2009, antara ketiga kandidat pasangan calon yaitu: SBY-Boediono, Megawati-Prabowo dan Jusuf Kalla-Wiranto. Dan yang menarik debat pertama dimoderatori oleh Anies Baswedan. Kali ini Anie menjadi pihak yang dimoderatori dan menurut dugaan saya akan menjadi "bintang" dalam debat pilkada kali ini.

Mari kita review satu persatu kemampuan "berdebat" para kandidat kali ini.

Paslon 1: AHY - Sylviana Murni

Suka atau tidak suka, AHY adalah calon dadakan yang tidak mempersiapkan diri sama sekali untuk pilkada kali ini. Saat diberitahukan tentang pencalonannya, AHY bahkan sedang sibuk berlatih tempur di Australia. Jangankan masyarakat, AHY pribadi mungkin kaget atas pencalonannya. Mari kita lupakan prosesnya dan fokus pada kemampuannya berdebat. Saya hanya ingin menggambarkan bahwa selama ini AHY tidak pernah mengasah kemampuan berdebatnya, sebuah kemampuan yang sama sekali tidak diperlukan dalam dunia militer tentunya. 

Sekali saya melihat AHY "berdebat" yaitu pada acara Mata Najwa di MetroTV. Kali itu secara kejam AHY "dihabisi" oleh Najwa Shihab yang sudah terbiasa memainkan kata-kata dan mungkin saja punya agenda tersembunyi pada AHY. Sah-sah saja dalam politik. Banyak sekali AHY menemui jalan buntu saat berhadapan dengan Najwa dan bahkan beberapa kali terpancing emosinya oleh penggiringan yang dilakukan oleh Najwa. Sikap emosional pada saat berdebat tentu saja adalah kerugian yang luar biasa saat berdebat. 

Tampak juga AHY kurang bisa melakukan jawaban-jawaban yang besifat diplomatis, bingung menghadapi manuver-manuver yang dilakukan oleh Najwa dan seringkali terjebak oleh jawabannya sendiri. Tradisi militer yang selama ini digeluti oleh AHY memang tidak mengajarkan sikap diplomatis, tetapi jelas hitam-putihnya dan menyampaikan segalanya secara gamblang. Mungkin hal ini yang harus diadaptasi dengan cepat oleh AHY. 

Kekurangan menganga yang akan menjadi target bagi pertahanan AHY tentu saja pengalamannya yang minim politik dan administrasi negara, belum lagi apabila isu-isu seperti 212, makar dsb ditodongkan kearahnya, apakah beliau dapat menanggapinya dengan dingin atau terpancing emosinya? Seorang yang piawai seperti Prabowo dapat dipancing emosinya dengna mudah oleh Jusuf Kalla. Percaya atau tidak, peluru-peluru memancing emosi sudah disiapkan dua kandidat lainnya. Ada satu keunggulan AHY dibandingkan dua kandidat lainnya yaitu AHY adalah kandidat yang paling pekerja keras. Dia bekerja dengan sangat disiplin, hampir tidak pernah dia gagal hadir dalam kampanye yang sudah direncanakan, sesuatu yang tidak sempurna dijalani oleh para kandidat lainnya. 

Dengan semangat demikian dan kemampuan intelektualnya mungkin bisa melengkapi kemampuan debat dengan belajar dan persiapan serius. Sebenarnya mudah bagi para kandidat lain, bak pemain catur cukup mempersiapkan langkah pembukaan yang tidak tertebak oleh tim AHY dan akan merepotkan sekali buat AHY karena sesungguhnya dia bukan pendebat alamiah. kita lihat sejauh mana hasil belajar AHY dan sejauh mana para kandidat lain "menjebak" AHY. Setidaknya mungkin AHY sudah mengurangi kebiasaan buruk seperti menggaruk-garuk kepala. He he.

Sylviana Murni? Beliau dipilih karena dianggap mewakili birokrat, Betawi dan perempuan bukan karena kemampuan berdebatnya. Saya belum pernah lihat track record beliau dalam berdebat, tapi melihat komunikasinya dalam kampanye rasanya beliau tidak lebih baik ketimbang AHY. Syukur-syukur tidak ada yang menggiring pada topik keterlibatan suaminya, yang mungkin akan ditanggapi secara berlebihan oleh beliau.

Taktik paling realistis bagi AHY-Sylviana Murni adalah mengikuti gelombang, membiarkan pertempuran terbuka terjadi pada kedua paslon lainnya dan mengiringinya saja serta menjawab peluru-peluru tajam pada mereka dengan jawaban-jawaban yang "mbulet" dan sebisa mungkin dilemparkan kembali pada kedua kandidat lain. Mungkin memang tidak akan meyakinkan pada debat pilkada ini tapi setidaknya tidak terjebak pada kebodohan-kebodohan. Tidak perlu terlalu bernafsu pada debat karena "menang" debat tidak menjamin perubahan elektibilitas yang berarti. Sejarah sudah membuktikan itu: Jusuf Kalla yang sangat lincah di debat pilpres 2009 tidak memenangkan pilpres dan jokowi yang terbata-bata pada debat pilpres 2014 juga tidak kalah dalam pilpres.

Prediksi: Juara 3

Paslon 2: Ahok - Djarot

Petahana tentunya memiliki "product-knowledge" yang paling mumpuni. Ahok - Djarot mengetahui keunggulan tersebut dan sepertinya akan memanfaatkan keunggulan tersebut sebaik-baiknya. Penguasaan Ahok - Djarot pada detail bahkan pada angka-angka yang akan dapat meyakinkan para pendengar debat. Tapi di situ juga letak kelemahan Ahok - Djarot. Terkadang Ahok - Djarot tidak berbicara secara filosofis namun terjebak pada detail. Pada debat yang diselenggarakan oleh KompasTV berhadapan Anies - Sandi terlihat bahwa Ahok - Djarot tidak siap pada pembicaraan terkait konsep, beberapa kali lari dari pembicaraan tersebut dan kembali masuk kepada angka-angka. Sebaiknya Ahok - Djarot mempersiapkan juga gambaran besar program-program termasuk visi dan misi yang ingin diberikan.

Secara delivery-nya Djarot satu langkah lebih baik dibandingkan Ahok. Ahok lebih bersifat one-way communication, sudah lama beliau tidak terlibat diskusi dua arah, yang keluar dari beliau selama ini adalah komunikasi satu arah dan beliau sangat emosional. Sebuah lubang besar yang mungkin akan dimanfaatkan oleh kandidat lain terutama Anies yang yang mampu bermain cantik. Dalam acara Mata Najwa pun, Najwa Shihab tampak sangat menjaga percakapannya dengan Ahok, tidak pernah muncul pertanyaan tajam dan kejam dari Najwa seperti kepada AHY ataupun Anies ynag hadir dalam acaranya. Namun dalam debat di KompasTV dengan lugasnya Anies bisa memerankan serangan tajam dan kejam tersebut. 

Ahok tampak agak emosional namun beliau berhasil menahannya dan dapat "call a friend" dengan mengandalkan Djarot yang diantara para deputi adalah calon wakil gubernur yang paling baik dalam berdebat. Djarot adalah seorang politisi veteran yang tumbuh dalam dunia politik sehingga terdidik dengna lisan yang tangguh. Belaiu bukanlah seorang orator mumpuni namun sudha cukup baik sebagai politisi. Jawaban-jawaban yang diberikannya tenang, lugas dan seringkali "menolong" ketertinggalan Ahok. Sandi dan Sylviana sungguh tertinggal bila dibandingkan Djarot.

Kasus hukum Ahok, ditambah dengan kasus RSSW, Reklamasi, Cengkareng, Kedubes Inggris yang kontroversi tersebut bisa menjadi peluru buat Anies untuk menyerang. AHY tentunya bila bijaksana tidak akan membawa pada pertempuran head-to-head dengan Ahok. Namun Anies tentunya akan meladeni pertempuran head-to-head dengan Ahok. Say asudha membayangkan perdebatan ini akan dimulai dnegna pedas oleh kubu Anies langsung ke kubu Ahok. Tinggal sebagaimana piawainya Ahok dan Djarot menjawabnya dan mengajak AHY dalam kemelut debat kali ini. Kita lihat saja. Satu pesan buat pasangan Ahok - Djarot adalah jangan sampai Ahok "meledak", sesuatu yang diusahakan sekali oleh kubu Anies-Sandi. Bial terpancing maka selesai lah sudah debat ini untuk Ahok.

Prediksi : Juara 2

Paslon 3: Anies - Sandi

Aktor utama dari pasangan ini adalah Anies Baswedan, tumbuh dari keluarga politisi yang kental, menempuh pendidikan di UGM dan berpengalaman sebagai ketua senat mahasiswa. Meniti karirnya sebagai akademisi dan bergaul dengan horison yang luas menjadi modal yang kuat bagi Anies Baswedan untuk menjadi seorang pendebat yang sangat baik dan alami. Saya menonton acaranya di Mata Najwa, dan sangat terlihat Anies satu atau bahkan dua level dibandingkan Najwa Shihab itu sendiri. Najwa tertatih-tatih menghadapi "silat lidah"  Anies yang sangat baik. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang tajam dan kejam dijawab dengan sangat baik dan tuntas oleh Anies bahkan dalam senyum. 

Semangat Najwa untuk menguliti Anies berubah menjadi ajang penunjukan keunggulan Anies Baswedan. Seorang pendebat alamiah terlihat dari betapa tenangnya dia menghadapi pertanyaan yang dikeluarkan. Dalam debat dengan Ahok di kompasTV kembali beliau menunjukkan kelasnya. Saya percaya issue-issue kontroveris seperti reshuffle kabinet, serangan-serangannya di masa lalu pada Prabowo apabila disiapkan oleh para paslon lain untuk menyerang Anies akan digulungnya dengna mudah. 

Sebaiknya memang tidak dipakai. Dan fokus serangan Anies saya duga akan menuju ke Ahok untuk memenangkan suara kaum muslimin, saya rasa akan dibawa serangan pada kasus hukum dan bisa jadi juga pada masalah-masalah primordialisme. Dengan pendekatannya pada FPI sepertinya anies memang sudah menyerah pada suara non-muslin dan sekuler. Positioningnya adalah pada surara umat Islam. Tampaknya positioning ini akan sangat jelas dalam debat kali ini.

Sandi?? tak akan lebih sebagai pelengkap penderita. Sandi gayanya tidak akan jauh beda dibandingkan AHY, belum cukup umur untuk berdebat di pilkada. Namun karena sosialisasinya yang jauh lebih lama ketimbang AHY jadi Sandi sedikit agak "berpengalaman".

Prediksi: Juara 1

Mari kita nonton bersama debat ini, dan tolong nilai prediksi saya ini. Kalau ada perbedaan dengan prediksi dan berlanjut, silakana hubungi dokter. :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun