Mohon tunggu...
Aba Mardjani
Aba Mardjani Mohon Tunggu... Editor - Asli Betawi

Wartawan Olahraga, Kadang Menulis Cerpen, Tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puspita Mustika Ingin Bentuk Indonesia Paracycling

28 Desember 2015   20:25 Diperbarui: 28 Desember 2015   20:34 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

PERHATIAN pemerintah terhadap kaum berkebutuhan khusus masih jauh dari harapan, termasuk di olahraga dan terutama di balap sepeda. Padahal, di banyak negara, termasuk di sejumlah negara Asia Tenggara, balap sepeda bagi kaum difabel makin gencar dilakukan.

Disabilitas fisik mestinya memang tak jadi penghambat bagi seseorang untuk berprestasi, termasuk di balap sepeda. Sayangnya, paracycling di Indonesia bisa disebut belum disentuh sama sekali.

“Mestinya itu tugas kita semua untuk mulai bergerak, memberi mereka ruang untuk menunjukkan bakat dan jati diri. Mereka juga bisa mengibarkan bendera Merah Putih di kancah internasional,” kata mantan pebalap sepeda Puspita Mustika Adya. “Karena itu, kini saya siap membidani lahirnya Indonesia Paracycling.”

Di Asia, Paracycling baru dipertandingkan pada Asian Paragames 2010 di Guangzhou, China. Lalu, Kejuaraan Asia Paracycling juga mulai digelar pada 2016 di Jepang. Di Olimpiade Rio 2016, paracylcing juga akan dipertandingkan. Namun, sejauh ini, peserta dari Asia baru China, Jepang, Korea, dan Malaysia.

Di tingkat ASEAN, SEA Games Kuala Lumpur 2017 akan mempertandingkan paracycling. Selain Malaysia, Singapura, Brunei, dan Filipina, Indonesia juga mengisyaratkan akan mengutus wakilnya. Namun, hingga kini, pembinaannya belum nampak. Padahal, di Asian Games 2018, paracycling juga termasuk cabang olahraga yang wajib dipertandingkan.

Menurut Puspita, setelah SEA Games 2017 di Kuala Lumpur, lanjutannya adalah Asian Paralympic Games di Indonesia pada 2018 dan Paralympic Games di Tokyo 2020.

Karena itu, sebagai pemegang lisensi kepelatihan UCI (Uni Balap Sepeda Internasional), Puspita mendapat dukungan Asian Paralympic Committee untuk membentuk Indonesia Paracycling. Dukungan juga akan diberikan ketika Indonesia harus menyiapkan atlet ke SEA Paralympic di Kuala Lumpur.

Asian Paralympic Committee (APC) sendiri diresmikan International Paralympic Committee sejak 2006 dengan presidennya Dato’ Zainal Abu Zarin dari Malaysia. Dato’ Zainal juga Presiden ASEAN Para Sports Federation (APSF) dan Dewan Paralympic Malaysia (PCM). APC tergabung dalam organisasi serupa di Eropa, Amerika Serikat, Afrika, dan Oceania.

APC kini memiliki 48 National Paralympic Committee (NPC), termasuk Indonesia.

NPC Indonesia (setingkat KONI) saat ini diketuai Senny Marbun sebagai Presiden NPC berkedudukan di Solo. “Nah, yang belum dibentuk itu induk organisasi di bawah NPC,” kata Puspita.

“Majelis Sukan Negara Malaysia (MSN) dan APSF sudah berkomitmen akan memberikan bantuan dua buah sepeda tandem kepada NPC Indonesia agar Indonesia membentuk Indonesia Paracycling sekaligus melatih pebalap paracycling,” kata Dato’ Zainal kepada Puspita di Kuala Lumpur beberapa waktu lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun