Oleh:
Mardiyanto, M.Pd.
SMP Negeri 2 Sukoharjo
CGP Angkatan 11 Kab. Wonosobo
Coaching menjadi begitu populer akhir-akhir ini dalam dunia pendidikan. Lantas, apa itu coaching? Selama membaca modul, berdiskusi, dan mempraktikkan coaching, saya memahami bahwa coacing merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang kepada rekan sejawat, murid, atau orang lain untuk menemukan masalah, menggali permasalahan dan membantu individu tersebut menemukan solusi sendiri atas persoalan yang sedang mereka hadapi.
Jadi, seorang coach bukanlah orang yang memberikan saran atas sebuah permasalahan, ataupun orang yang memberikan penilaian atas permasalahan dan solusi yang diberikan orang seorang coachee. Tugas seorang coach hanya bersifat membantu seorang coachee untuk menggali dan menemukan ide atas persoalan yang mereka hadapi.
Di dalam prosesnya serorang coach menggunakan model, yang disebut sebagai alur TIRTA, merupakan akronim dari Tujuan, Idenfitikasi Masalah, Rencana Aksi, dan Tanggungjawab. Alur tersebut harus dilaksanakan secara urut karena merupakan proses berkesinambungan. Oleh karena itu seorang coach mesti memiliki kompetensi coaching saat melaksanakan alur TIRTA, yaitu kehadiran penuh, pertanyaan berbobot, dan mendengarkan aktif.
Ketiga kompetensi tersebut, kehadiran penuh, pertanyaan berbobot, dan mendengarkan aktif merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang coach dalam sesi coaching. Ketiga kompetensi tersebut hadir utuh dalam setiap alur TIRTA sehingga dialog yang terjadi antara coach dan coachee bisa berlangsung dengan berkualitas. Ukuran berkualitas dapat dilihat dari alur pembicaraan yang mengarah pada penemuan solusi yang dilakukan oleh coachee dan coachee yang merasa lebih plong atau lega setelah sesi coaching.
Jika kita kaitkan coaching dengan materi-materi sebelumnya seperti pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Maka, coaching sangat diperlukan dalam mendukung proses pembelajaran.
Mengapa demikian? Sebab setiap guru pasti menghadapi situas atau kondisi yang kurang baik, atau kurang menguntungkan. Misalnya, murid yang selalu hadir terlambat, atau murid yang kerap membuat gaduh seisi kelas, murid yang kurang fokus saat pelajaran, dan berbagai kasus lainnya. Bahkan, saat kita menghadapi kasus-kasus seperti perundungan pun kita bisa melakukan coaching untuk membantu murid menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi.
Pada materi sebelumnya, misalnya kita belajar tentang pembelajaran sosial- emosional murid. Teknik coaching bisa kita gunakan pada saat menghadapi murid yang mengalami kasus yang melibatkan sosial -- emosi. Misalnya, ketika murid terlibat pada kasus tindak kekerasan. Atau murid yang mengalami masalah dalam pergaulan, seperti kurang percaya diri, minder, atau lainnya. Teknik coaching dengan alur TIRTA memungkinkan guru membantu murid utuk menemukan solusi atas permasalahan yang ia hadapi tanpa menghakimi atau mengecilkan peran seorang murid.
Teknik coaching juga kita bisa gunakan dalam menghadapi situasi sulit dalam pembelajaran berdiferensiasi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, kita menghadapi situasi yang beragam dari murid dalam satu kelas.Â
Ada murid yang cepat alam memahami materi, ada yang sedang, dan ada juga yang lambat atau membutuhkan waktu yang relatif lama. Selain itu, kita juga menghadapi murid dengan beragam karakter dan juga minat.Â
Oleh karena itu, teknik coaching bisa kita gunakan saat kita menemukan masalah dalam pembelajaran berdiferensiasi. Coaching bisa membantu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot terkait permasalahan yang dihadapi guru (coachee). Misalnya, seorang guru menghadapi situasi sulit saat ada murid yang lambat dalam belajar.Â
Apa yang harus dilakukan oleh guru (coachee), maka guru tersebut bisa mengajak guru lain untuk berdiskusi atau berperan sebagai coach. Berdasarkan obrolan tersebut, boleh jadi akan menghasilkan ide yang menarik untuk mengatasi murid yang mengalami keterlambatan dalam menyerap materi yang diajarkan oleh guru.
Jika coaching dikatikan dengan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran, rasanya teknik coaching sangat relevan dengan pendidikan saat ini yang lebih menitikberatkan pada pembelajaran yang berpusat pada murid. Guru bisa memainkan peran sebagai coach dalam pembelajaran di kelas, dan semua murid adalah coachee.Â
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran di kelas, guru bisa menjalankan alur TIRTA dalam menghadapi murid yang sedang menghadapi permasalahan di kelas. Jika coaching bisa kita terapkan dalam proses pembelajaran di kelas dengan baik, saya yakin bahwa pembelajaran akan lebih hangat, menarik, dan berkualitas karena benar-benar melibatkan murid dalam setiap alur pembelajaran.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI