Instrumen yang lengkap dan berfungsi dalam pemantauan gunung api adalah satu hal, lalu pemilihan lokasi yang tepat untuk instrumen itu adalah hal yang berbeda, dan penggunaan instrumen untuk mendukung kerja mitigasi adalah hal yang sama sekali berbeda pula. Rangkaian itu menjadi pelajaran yang diperoleh dari pemasangan CCTV yang berfungsi baik, di jalur yang tepat akan dilalui APG, dan digunakan dalam pemantauan maupun risk communication saat eskalasi bahaya terjadi, seperti yang baru saja kami lalui hari itu.
Namun, di tengah keunggulan metode pengamatan visual seperti yang kami dapati hari itu, sayangnya belum semua gunung api aktif di Indonesia memilikinya. Bilapun ada, maka peralatan pemantauan lapangan seperti CCTV masih rawan akan perusakan, vandalisme, atau pencurian. Lebih dari itu, tidak semua kasus krisis gunung api terbantu metode visual, karena kenyataannya tidak semua gejala peningkatan  aktivitas gunung api dapat dideteksi melalui pengamatan visual.
Saat kita bisa melihat apa yang terjadi, seperti lirik dalam sebuah lagu, kita tak perlu banyak berbicara untuk menjelaskan, karena rekaman gambar telah bercerita seribu kata. Sementara itu, (to) believe alias percaya dan yakin, adalah satu unsur pengambilan keputusan (decision making) yang vital bagi pihak  yang berwenang (decision maker), terutama di saat genting bencana terjadi: di saat kecepatan dan ketepatan keputusan menjadi pembeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H