Mohon tunggu...
Mardety Mardinsyah
Mardety Mardinsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Antara Kursi dan Kapital, antara Modal dan Moral ? haruskah memilih (Tenaga Ahli Anggota DPR RI)

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kehilangan, Apakah Se-sakit Ini?

15 Februari 2022   12:36 Diperbarui: 15 Februari 2022   12:47 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Aku sangat mencintai nya, diapun demikian.  Dia  tidak pernah menyakitiku, akupun demikian. Kami hidup damai dan harmonis, penuh vitalitas kehidupan. Kami lebih banyak menggunakan waktu untuk mengolah kemampuan intelektual, terutama di bidang politik. Moralitas politik,  sering menjadi fokus diskusi kami.  Rencananya, setelah pensiun di panggung politik, kami akan mengolah pengalaman dan pengetahuan politiknya menjadi tulisan dan buku.  "Menulis adalah cara berbagi gagasan dengan orang lain" ucapnya waktu itu.

Kini dia telah pergi, sang maut datang menjemput. Aku kehilangan jiwa dan nafasku. Peristiwa kehilangan ini, sakitnya sampai  ke hulu hati. Tiap roma di tubuhku terasa tercerabut dari akarnya. Batinku terguncang, aku kehilangan pegangan dan air mata mengalir terus tidak bisa dicegah. Banyak pertanyaan menyesak dada. Mampukah hidupku berdenyut tanpa irama jantungnya?. Apakah aku kini hanya tinggal kerangka, sama sekali tidak hidup lagi ?   

Bayangan suami bertengger terus dalam kepala. Dia adalah pelangi di atas awan gelap yang pernah ber -- arak dalam hidupku. Suami bagiku adalah sebuah anugerah.

Tiba-tiba, putraku mengejutkan aku.  Dia tidak tahu kalau ibunya tidak berhenti menangis. Ketika dia melihat air mata meleleh di sudut bibirku, dia menyapa.   "Jangan bersedih ma, mama harus bangkit dan bersemangat lagi, kan ada anak-anak mama selalu menyayangi mama. Papa akan selalu ada di hati kita. Walau   papa telah pergi, tapi kemuliaan yang diajarkannya selalu tertanam di hati. Papa membanggakan kita, Papa tak pernah KORUPSI ".  

Malam kian larut. Mata belum juga mau tidur. Kutarik nafas dalam-dalam, kupejamkan mata sesaat, kubuang nafas perlahan, lalu aku berusaha untuk tidur dan berbisik, Ya Allah  bangkitkanlah semangatku ".

Sekian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun