Indonesia dalam era reformasi, terutama dalam sistem otonomi daerah,   lahir  motto "Putra Daerah".  Bila ada  perantau Minang yang  sukses (Malin Kundang abad 21),  dia  akan diminta pulang kampung , didaulat untuk  menjadi kepala daerah atau anggota legislative.
Membongkar gambaran  makna dalam legenda Malin Kundang dan menghadirkan hal-hal yang tidak hadir seperti diuraikan di atas, maka dapat ditampilkan  tafsir  baru karakter Malin kundang. Malin Kundang  bukan lagi sebagai anak durhaka tetapi hadir sebagai perantau Minang yang sukses. Dia dapat dijadikan teladan, karena  berhasil membangun identitas diri  dan menghapus kemiskinan.
Masyarakat kita tidak kritis, terbiasa menelan mentah-mentah  apa yang disodorkan. Oleh karena itu,  kita jarang mendengar  tafsir  yang berbeda dari sebuah legenda, seperti legenda Malin Kundang. Tafsir karakter Malin Kundang sebagai anak durhaka telah melekat dalam pikiran masyarakat. Kisah ini  dikontruksi oleh pengarang dengan tujuan menanamkan nilai-nilai moral kepada anak, tapi itu cara-cara kuno yang tidak sesuai zaman.
Meyakini makna terjalin dari penanda-penanda yang tersembunyi dari suatu teks, dalam legenda Malin Kundang seperti kesuksesannya di perantauan, pulang kampung membangun identitas baru, maka  gambaran makna tentang Malin Kundang sebagai anak durhaka dapat didekontruksi.  Makna baru dibalik legenda ini adalah  Malin Kundang perantau sukses.  Makna baru ini dapat dijadikan media pendidikan bahwa  anak perlu  hidup mandiri.  Anak dididik mampu membangun visi  sendiri dan menjalankan  visi itu dengan eksekusi yang baik, fokus dan konsisten plus perbaikan terus menerus tanpa henti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI