Mohon tunggu...
Mardety Mardinsyah
Mardety Mardinsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Antara Kursi dan Kapital, antara Modal dan Moral ? haruskah memilih (Tenaga Ahli Anggota DPR RI)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Flu Spayol 1918 versus Covid 2019

22 September 2020   12:19 Diperbarui: 22 September 2020   12:32 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengamati  berbagai  informasi hoak dan  narasi ekstrim tentang covid 19 di sosial media membuat kita depresi. Agitator on line melakukan tindakan hasutan, kebencian dan kebohongan. Sekarang ini kebohongan tentang Covid 19 menjamur. Menteri propaganda pada masa Adolf  Hitler pernah mengatakan, kebohongan yang diulang-ulang  akan menjadi kebenaran dan dipercaya masyarakat.

Untuk ikut meredakan Covid 19, melalui tulisan ini, kita himbau orang-orang yang senang memasarkan  informasi hoak dan narasi ekstrim tentang Covid 19 di media sosial agar segera berhenti.  Kerja otak manusia  mencerap, memproses dan  memahami informasi. Bila pasokan informasi hoaks dan narasi ekstrim dijejali ke otak masyarakat  tiap menit, akan dapat  merubah jalur jalur syarafnya. Dampaknya, orang tidak fokus baik dalam menjalankan protokol kesehatan dan mengganggu langkah-langkah penanggulangan Covid 19 di lapangan.  

Kita sebagai manusia yang beruntung mendapatkan kemajuan teknologi digital di zaman ini,  mari   manfaatkan perangkat digital untuk kebaikan kehidupan manusia, terutama ikut meredakan penularan Covid 19.

Belajar dari sejarah, dalam pandemi Flu Sepanyol, kematian penduduk di wilayah Indonesia terbesar di Asia. Itu disebabkan salah urus pemerintah kolonial dalam  pencegahan pandemi dan  menjamurnya berbagai berita bohong (hoaks) hingga perilaku sekelompok orang   yang memanfaatkan situasi demi kepentingan pribadi. Hal serupa harus kita hindari.  Kita harus belajar dari sejarah. Aspek historis di bidang kesehatan penting dipelajari. Manusia makhluk historis.

Sekian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun