Mohon tunggu...
Mardety Mardinsyah
Mardety Mardinsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Antara Kursi dan Kapital, antara Modal dan Moral ? haruskah memilih (Tenaga Ahli Anggota DPR RI)

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

(Orang Pintar Wajib Baca!) Komunikasi Digital, Manfaat, dan Efek Negatif

5 September 2020   17:14 Diperbarui: 5 September 2020   17:26 7906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di zaman covid 19 ini, protokol kesehatan memerintahkan kita tetap di rumah. Bekerja, belajar dan belanja dari rumah. Rutinitas kehidupan sehari-hari menjadi berubah. Tiada lagi ketemu teman-teman yang biasanya  ngobrol santai sambil ngopi. Tiada lagi tawa, canda dan senyuman. Terpaksa berselimut sepi.  Semua rencana kehidupan berantakan. Yang muncul adalah  ketakutan. 

Bayangkan, kalau tak ada teknologi komunikasi digital. Kita akan merasa hidup dalam isolasi sosial. Komunikasi digital membuat kita terhubung dengan orang secara global. Kita bisa berhubungan dengan siapa dan dimana saja. Kita merasa tidak sendiri, diri terhibur dan ingatan terjaga.   Teknologi internet telah mengubah berbagai aspek kehidupan. Mulai dari gaya hidup, cara bekerja, belajar, belanja hingga cara komunikasi antar individu. Semua telah didigitalisasi.

Apa itu komunikasi digital? Apa manfaat dan efek negatif yang ditimbulkannya? 

Sudah banyak orang  tahu  tentang komunikasi digital,  bahkan telah melaksanakannya setiap hari. Tapi "mengetahui" tidak sama dengan "memahami". Dengan memahami kita memperoleh makna. Inilah perbincangan kita dalam tulisan ini. Mari kita memahami komunikasi digital agar paham manfaat dan efek negatif yang ditimbulkannya.

Komunikasi digital disebut juga komunikasi online. Komunikasi digital  adalah komunikasi berbasis komputer untuk mengirim dan menerima pesan atau bertukar kabar lewat platform digital. Konsep komunikasi digital selalu berkembang tergantung pada penemuan-penemuan alat berbasis teknologi internet. Dulu hanya ada  SMS, lalu muncul whattshapp, Facebook, Instagram, line hingga video call.  

Medium komunikasi digital ada yang bersifat synchronis, bila semua komunikator secara simultan bertukar pesan atau balas membalas suatu pesan. Contohnya komunikasi dalam sebuah permainan atau Game Online, chatting  di media sosial seperti facebook, whatsapp dan media pembelajaran online.

Di samping itu, medium komunikasi digital ada yang bersifat a synchronis, bila  tidak terjadi sahut menyahut dalam interaksi komunikasi. Contohnya email dan kolom-kolom komentar dalam media sosial, seperti  youtube, instagram dan lainnya.

Pelaku komunikasi digital di Indonesia makin hari makin bertambah. Dalam sebuah situs, disampaikan bahwa 175 juta rakyat Indonesia memiliki telephone genggam  (HP) untuk berkomunikasi. 

Jumlah penduduk Indonesia pada 2020 sebanyak 269,6 juta jiwa. 175 jiwa pengguna HP dan  aktif dalam layanan internet dan sosial media, terbilang cukup banyak. Lebih separuh jumlah penduduk. Mungkin sekarang jumlah ini telah bertambah, karena  dalam wabah corona, anak-anak sekolah mendapat sumbangan HP untuk melaksanakan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). 

Komunikasi digital merupakan proses komunikasi yang didominasi oleh komunikasi tertulis, mulai dari SMS, email, Whatshapp, Facebook dan lainnya. Bahasa tubuh telah hilang sama sekali. 

Pesan tertulis bisa menimbulkan perbedaan interpretasi. Pesan yang disampaikan oleh pengirim berbeda  diterima oleh penerima pesan. Kalau kita buta aksara secara fungsi, maka pesan tak terbaca karena tak paham makna. Di sini tampak dibutuhkan kemampuan literasi digital.

Komunikasi digital disebut juga komunikasi di dunia maya. Dalam dunia maya terdapat hidup yang transparan, tempat privasi mencair. Dunia digital, tanpa kabel ini telah membuat kita terhubung dengan orang lain secara global dan saling berbagi pengalaman. 

Sistem digital dapat dimanfaatkan untuk belajar, bekerja, belanja dan kegiatan hidup lainnya.Bahkan membangun trending dan citra diri. Semua itu bisa dengan mudah dilakukan dengan komunikasi digital. 

Di samping itu, sistem digital dapat  menjadi hiburan pribadi kita, penjaga ingatan dan menjadi terapis kita. Bahkan dapat  merebut kita  dari badan konsultasi perkawinan, ruang kelas, psikolog, dokter dan orang tua tempat mengadu.

Sistem  digital  banyak memberi manfaat, tapi sistem ini juga memanfaatkan kita. Ini yang tidak banyak dipahami netizen. Kegiatan dan perilaku tiap netizen selalu dikupingin, dikumpulkan dalam big data, dipetakan dan siap digunakan untuk berbagai kepentingan. 

Jejak-jejak digital netizen ditambang oleh industri yang bernilai triliyunan dollar. Perusahaan multi nasional mengintip perilaku konsumen dan  memprediksi perilakunya untuk menciptakan produk produk baru. Jejak-jejak digital juga digunakan untuk kepentingan politik, untuk memenangkan kompetisi politik melalui cyber-psychology.

Di samping itu, data netizen dapat digunakan untuk berbagai  aksi penipuan. Sistem  digital   membuat kita rentan terhadap cyber crime, apalagi buat anak-anak. Ada pelecehan seksual anak, perdagangan anak dan cyber bullying terhadap anak. 

Melalui komunikasi digital  anak  bisa menghubungi atau dihubungi oleh siapa saja. Belakangan ini, publik di Tanah Air dihebohkan dengan kasus child grooming, yaitu penjahat seksual yang membangun hubungan emosional dengan  anak melalui komunikasi digital untuk tujuan pelecehan seksual.

Kesimpulannya, sitem digital memberi manfaat kepada kita, tapi kita juga bisa dimanfaatkan sistem ini. Orang pintar memanfaatkan sistem digital untuk membangun tambang uang dengan keahliannya memetakan dan mengumpulkan data para netizen. Orang jahat memanfaatkan sistem ini untuk melakukan cyber crime.

Media sosial tempat bertukar pesan dan informasi  serta  menyalurkan aspirasi secara digital, haruslah   digunakan dengan bijak. Hati  hati dalam melakukan komunikasi digital. Jangan asal jiplak, membongkar semua rahasia pribadi. Jejak-jejak digital kita bisa dimanfaatkan secara negatif. Tapi jangan pula menjadi hakim dan  algojo. Ungkapkanlah  fakta yang telah dibilas dari bias bias. 

Sumber Asli

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun