Mohon tunggu...
Marco
Marco Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sejarah - Psikologi

Sekadar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

PKBM, Potensi yang Terkungkung Stigma

1 Mei 2022   19:12 Diperbarui: 5 Mei 2022   09:30 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Sejumlah siswa belajar bersama seusai mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di Sekolah. (ANTARA FOTO/RAFIUDDIN ABDUL RAHM via kompas.com)

Tidak perlu mengadakan teknologi-teknologi tersebut (karena faktor biaya), akan tetapi cukup dengan memberikan penjelasan mengenai konsep dasar dan bagaimana cara kerja teknologi itu berjalan/bekerja. Karena dengan begitu, setidaknya mereka mendapatkan informasi mengenai teknologi yang sedang berkembang.

Selain itu, dalam konteks pendidik, saya pikir para pengajar (pendidik) di PKBM hendaknya bukan lagi sebatas memberikan pengetahuan akademik semata, namun juga menjadi konsultan. Hal ini berkenaan dengan empat pilar pendidikan UNESCO yang dicetuskan oleh Jacques Delors, yaitu "learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be". 

Keempat pilar tersebut tentu akan sangat panjang bila dijabarkan. Namun secara garis besar, keempat pilar tersebut merupakan panduan perubahan pendidikan yang bertujuan untuk mengarahkan individu dalam pengetahuan, tindakan, dan keterampilan.

Dan jika berkaca pada prinsip-prinsip tersebut (keempat pilar pendidikan UNESCO), saya pikir PKBM memiliki posisi penting dalam mewujudkannya. Seperti dalam pilar pertama, yaitu learning to know, yang memiliki maksud belajar untuk mengetahui dan mencari tahu. Para pendidik di PKBM berperan sebagai fasilitator dan evaluator, yang diharapkan dapat memantik curiosity dari warga belajar. 

Dengan begitu, budaya literasi dan berpikir kritis akan terbangun. Dalam pilar kedua, yakni learning to do, bermaksud mengarahkan seseorang menggunakan pengetahuan yang didapatkannya secara praktikal di kehidupannya. 

Hal ini juga bertujuan untuk membentuk kreativitas orang tersebut. Dan peran pendidik di PKBM dapat berupa sebagai mentor maupun katalisator. Jika kedua pilar tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka tentunya akan memudahkan pilar ketiga (learning to live together) dan keempat (learning to be) untuk terwujud pula. 

Karena dengan pengetahuan dan kreativitas yang dimiliki, maka akan memudahkan warga belajar PKBM dalam hidup bersama orang lain (pilar ketiga, learning to live together), dan juga dalam menemukan jati diri sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki (pilar keempat, learning to be).

Sebagai penutup dari tulisan ini, izinkan saya menyampaikan pertanyaan yang kerap terlintas dibenak saya.

"Bagaimana peran PKBM terhadap salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu tujuan nomor 4?? Apakah cukup membantu secara signifikan??".

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan salah satu agenda internasional dari United Nations (PBB). SDGs sendiri memiliki 17 tujuan, yang berusaha untuk mewujudkan kesejahteraan dan kesetaraan masyarakat dunia, dengan target tercapainya adalah tahun 2030.

Dalam tujuan nomor 4, yaitu pendidikan bermutu (quality education), menghendaki pendidikan yang berkualitas dan dapat dijangkau oleh semua orang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun