Padang lamun dan lahan gambut, sedikit asing terdengar bagi sebagian orang, tetapi peran mereka dalam melindungi bumi sangatlah besar.Â
Mereka bukan hanya sekadar ekosistem, tapi juga penyerap karbon dioksida terkuat di dunia. Inilah yang membuat mereka menjadi pahlawan tak dikenal dalam "perang dunia" melawan perubahan iklim.
Para peneliti dari Universitas Deakin dan Universitas James Cook menunjukkan bahwa padang lamun mampu menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer dengan kecepatan empat kali lipat dibandingkan hutan di daratan. Hasil tersebut menunjukkan betapa pentingnya pelestarian padang lamun, ditengah kritisnya situasi iklim saat ini.
Sebagai informasi, padang lamun terdalam di dunia, yang ada di dekat Great Barrier Reef, punya daya simpan hingga 30 juta ton karbon.
Angka yang luar biasa besar ini menegaskan bahwa pelestarian padang lamun tidak hanya penting untuk keberlanjutan ekosistem lokal, tetapi juga memiliki dampak global yang signifikan dalam upaya memerangi perubahan iklim.
Selain lamun (seagrass), lahan gambut juga punya peran yang sama, dalam hal penyerapan karbon.Â
Sayangnya, keberadaan padang lamun dan lahan gambut kini terancam oleh aktivitas manusia. Di Asia Tenggara, di mana sebagian besar lahan gambut tropis berada, ekosistem ini menghadapi risiko serius akibat deforestasi, drainase, dan konversi lahan untuk pertanian dan pembangunan infrastruktur.Â
Lahan gambut (peatlands), membutuhkan air untuk bertahan hidup. Ketika mereka dikeringkan, karbon yang disimpan di dalamnya terlepas ke atmosfer dalam bentuk CO2, memperparah perubahan iklim.
Indonesia pernah mengalami krisis gambut terbesar di tahun 2015, saat kebakaran hebat melanda lahan gambut di beberapa wilayah.Â
Kejadian ini menyebabkan banyak orang mengalami gangguan pernapasan dan penglihatan, melepaskan ratusan juta ton CO2, dan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar.Â