Semeru tergolong aktif sehingga dari hasil-hasil penelitian sebelumnya dapat diketahui bagaimana bentuk dari abu vulkan ini jika dilihat dengan menggunakan mikroskop.
Bentuk dimensi atau bangun ruang dari partikel abu ini sendiri tergolong tidak beraturan atau irregular. Seperti pecahan kaca atau beling, debu vulkan memiliki sisi-sisi yang tajam dan keras sehingga bisa dibayangkan apa dampaknya jika masuk ke dalam tubuh.
Karena ukurannya, debu vulkan mampu bertahan di udara. Saking kecil ukurannya, debu vulkan ini mampu terbawa angin atau mengikuti arah angin sehingga kemungkinan tempat jatuhnya akan sangat jauh dari zona utama erupsi.
Dari segi kimia, susunan debu vulkan secara umum tersusun dari unsur seperti karbon (C), Silikon (Si), Aluminium (Al), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) sementara unsur gas utama yang dapat dideteksi dari susunan ini adalah oksigen.
Dampak Terpapar Debu Vulkan
Tak bisa dipungkiri bahwa debu vulkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Dari data-data peristiwa erupsi sebelumnya beberapa kasus yang umum terjadi adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) teristimewa pada anak-anak.
Berkaca dari peristiwa Sinabung di tahun 2018 yang lalu, jumlah penderita ISPA lebih mendominasi dibanding gangguan kesehatan lainnya.
Kira-kira apa penyebabnya?Â
Saat erupsi terjadi, material yang dimuntahkan mengandung komponen silika (Si) yang berbentuk seperti kristal, berukuran sangat kecil. Jika masuk ke dalam tubuh karena terhirup, partikel ini dapat masuk ke bagian terdalam dari paru-paru. Dalam beberapa sumber pustaka disebutkan karena ukurannya yang kecil, silika akan bertahan di dalam paru-paru, tidak tersaring dengan baik ketika melewati hidung.
Dari bentuk fisik yang terlihat dari pengamatan mikroskop, silika merupakan komponen debu yang keras dan tajam sehingga dalam perjalanannya di dalam tubuh, menyebabkan iritasi bahkan melukai jaringan-jaringan lunak yang dilaluinya.