Lain dengan India, Etiopia punya cerita pilu yang berbeda. Saat musim kemarau parah, air menjadi barang mahal, sementara petani di sana harus mencukupi kebutuhan air tanaman.
Akibatnya dengan terpaksa anak-anak perempuan di Etiopia dan Sudan Selatan dijual untuk dinikahkan dengan imbalan hewan ternak.
Di sisi lain, saat musim panas, sumber-sumber air di wilayah bumi bagian selatan terjadi peningkatan kekeringan dan meluasnya permukaan gurun.
Kekeringan tersebut menambah beban perempuan-perempuan di sana sebab pekerjaan mencari air umumnya dilakukan mereka. Sumber air terdekat pastinya akan hilang tanpa bekas, dan mau tidak mau perjalanan panjang yang melelahkan harus ditempuh mereka untuk mendapatkan sumber air.
Inilah beberapa dampak perubahan iklim terhadap perempuan secara umum. Perubahan iklim ini terjadi karena banyak faktor namun sumbangan terbesarnya adalah dari aktifitas antropogenik.
Sebagai negara kepulauan, iklim akan sangat mempengaruhi Indonesia, dibanding negara-negara di Afrika yang didominasi gurun, Indonesia punya potensi besar terhadap sektor pertanian, dan ketersediaan air.
Akan tetapi potensi tersebut juga terancam karena perubahan iklim tadi sehingga kekhawatiran tentang peristiwa-peristiwa yang dialami kaum perempuan di belahan dunia lain bisa saja dialami perempuan Indonesia.
Untuk itu diperlukan kebijakan yang mampu menciptakan suasana yang inklusif untuk mengakomodasi kebutuhan perempuan dalam menghadapi kondisi yang terjadi akibat perubahan iklim.
Referensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H