Dari dulu permasalahan listrik di daerah ini adalah suplai listrik. Masyarakat yang menggunakan layanan memang wajib membayar tagihan listrik, mereka rutin setiap bulannya, setelah muncul token listrik masyarakat akhirnya beralih untuk membeli pulsa sesuai dengan daya yang mereka punya di rumah.
Begitu meteran listrik berbunyi, maka pembelian dilakukan, begitu seterusnya.
Akan tetapi bukan lagi menjadi rahasia umum bahwa layanan listrik tersebut sering mengalami kendala pemadaman. Bisa sehari pemadaman berlangsung, lantas masyarakat susah beraktivitas karena saat ini hampir semua rumah tangga peralatannya digerakkan oleh listrik.
Komputer, kulkas, alat masak, televisi, lampu, rice coocker, setrika, mesin cuci, dan lain sebagainya.
Persoalannya, mereka rutin membeli token untuk menjalankan semua aktivitas rumah, tetapi layanan yang diterima tidak se-andal dan berkualitas sesuai apa yang disampaikan Executive VP Komunikasi Koorporat tersebut di awal artikel ini.
Listrik yang Berkeadilan Sosial, Masih Berupa Mimipi
Saat kejadian pemadaman beberapa tahun lalu yang membuat presiden langsung hadir dalam rapat dengan PLN, pekerjaannya langsung dikebut sekalipun kerugiaannya sangat besar dirasa pelaku industri.
Sampai-sampai ada kompensasi bagi pelanggan yang mengalami kerugian. Itu di wilayah kota yang dekat dengan ibu kota negara, dimana dampaknya langsung terasa sekalipun mungkin kejadian tersebut hanya sekali dua terjadi.
Respon PLN-pun sangat cepat terlihat, sehingga masalah gardu atau kerusakan itu diperbaiki.
Mungkin karena dekat dengan ibu kota negara dan suplainya menjadi sangat penting, juga diliput banyak media, sehingga kalau lamban, kredibilitas perusahaan satu-satunya penyuplai listrik itu dipertaruhkan.