Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sorgum: Inferior Food yang Mulai Dilirik, Akankah Superior Nantinya?

3 Juni 2022   10:22 Diperbarui: 4 Juni 2022   08:22 2044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum selesai cerita perang Rusia dan Ukraina, India terpaksa menghentikan ekspor gandum karena hantaman gelombang panas yang melanda negara Bollywood ini sehingga produksi gandum terbatas bahkan tak cukup untuk konsumsi dalam negeri.

Kondisi ini menyebabkan supply demand gandum menjadi terganggu akibatnya harga gandum meningkat. padahal Ukraina dan India merupakan pengekspor gandum di wilayah Asia, khususnya Indonesia. (link berita).

Pola konsumsi masyarakat Indonesia yang tergantung pada beras dan tepung menyebabkan Indonesia sangat membutuhkan pasokan komoditi padi dan gandum, padahal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman bahan pangan, Indonesia tidak mengalami kekurangan.

Untuk mengurangi ketergantungan bahan pangan impor terutama konsumsi terigu, mau tak mau harus dihadapi dengan strategi baru. Strateginya adalah diversifikasi pangan.

Indonesia punya komoditas sefamili dengan gandum yang dapat berperan sebagai subtitusi tepung. Dalam taksonomi, tanaman sefamili gandum adalah sorgum. Jadi, ada peluang pengembangannya sebagai pengganti gandum.

Lantas, apa itu sorgum, dan apa manfaatnya bagi ketahanan pangan Indonesia ? Jika dibandingkan dengan gandum, apa kelebihan sorgum sehingga pantas dikembangkan ?

Tanaman Sorgum/Sumber: Repro/balitsereal.litbang.pertanian.go.id via bisnis.com
Tanaman Sorgum/Sumber: Repro/balitsereal.litbang.pertanian.go.id via bisnis.com

Sorgum, si Inferior Food yang Mulai Dilirik

Sorghum merupakan tanaman yang tumbuh subur di beberapa wilayah Indonesia. Budidayanya sudah dilakukan sejak lama hanya saja ketika program Bimas dan Imas di masa Orde Baru, sorgum tergeser oleh pengembangan padi.

Padahal sorgum merupakan tanaman multiguna yang kandungan nutrisinya tinggi. Tanaman ini selain sebagai sumber pangan, juga dikembangkan untuk pakan serta energi alternatif.

Dari sisi nutrisi sorgum memiliki kandungan dalam biji diantaranya karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan protein. Selain itu sorgum juga merupakan pangan fungsional. Nah, karena tergolong pangan fungsional maka dapat dimanfaatkan sebagai sumber prebiotic.

Apa itu prebiotik? Secara sederhana prebiotik itu bagian dari bahan pangan yang tidak bisa dicerna tubuh tapi mampu membantu pertumbuhan mikroba baik yang memang sudah ada di saluran pencernaan kita.

Dari sisi biokimia, sorgum punya senyawa oligosaccharide yang terdapat dalam tepung tanaman ini. Senyawa itu tak bisa dicerna tetapi dia mampu memicu pertumbuhan dan perkembangan bakteri baik dalam usus besar manusia dan menjaga kesehatan pencernaan (Surono, 2004).

Dari segi budidaya, tanaman ini sangat mudah, murah, efisien, dan mampu hidup di lahan marginal. Sorgum dalam banyak penelitian diperoleh hasil mampu hidup menyesuaikan diri dengan kondisi kekeringan sehingga daya tahannya cukup baik dibandingkan jagung.

Dalam bukunya Sorgum Tanaman Multi Manfaat, Zubair menjelaskan beberapa faktor mengapa tanaman ini sangat tahan terhadap cekaman atau kondisi lingkungan yang merugikan. Dari bukunya itu dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut antara lain :

Pertama: Perakaran

Sorgum memiliki sistem perakaran yang kokoh dan dalam serta mampu membentuk akar-akar samping saat kondisi kering.

Sebaliknya ketika hujan dan air berlebih, sorgum memiliki sistem perakaran udara, dimana dari buku-buku akar akan muncul akar udara dan memungkinkanya tetap mendapat asupan oksigen di daerah perakaran atau rhizosphere.

Kedua: Organ Tanaman Mencegah Transpirasi

Sebagai sebuah organ tanaman, sorgum memiliki kandungan silica di lapisan endodermis daun sehingga mampu menahan laju penguapan atau transpirasi ketika panas terik. Karena lapisan tersebut daunnya juga tidak mudah layu.

Selain silika, organ daun tanaman ini dilapisi lilin sehingga ketika panas, daun akan menggulung agar mengurangi luas permukaan yang terpapar sinar matahari sekaligus mengurangi laju transpirasi.

Ketiga: Efisien dalam Penggunaan Air

Sorgum terkenal tahan kering, sebab tanaman ini sangat efisien dalam kebutuhan air. Dibanding jagung, sorgum hanya memanfaatkan 20 persen lebih kecil dari kebutuhan air untuk siklus hidupnya. Air dibutuhkan cukup, hanya pada saat awal pertumbuhan dan sisanya kebutuhan air tanaman ini sangat sedikit.

Jika kondisi kurang memungkinkan saat cekaman air, sorgum memiliki sistem untuk dorman (tidur) sampai kondisi memungkinkan untuk melanjutkan siklus hidupnya

Sehingga pengembangannya cocok di wilayah-wilayah kering di Indonesia yang lahannya masih cukup luas.

Keempat: Say Goodbye untuk Gulma

Permasalahan umum budidaya tanaman di masa-masa awal pertumbuhan adalah masalah gulma. Sangat merugikan jika gulma memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan lewat alelopati.

Alelopati menyebabkan tanaman budidaya tak berdaya ketika diinvasi gulma. Namun bagi sorgum, tanaman ini mampu bertahan dan mampu bersaing dengan gulma sehingga pertumbuhannya tidak dipengaruhi oleh keberadaan gulma.

Sistem perakarannya pun memungkikannya untuk menyuplai hara dan air untuk menunjang pertumbuhannya sekalipun terdapat gulma yang menganggu.

Selain faktor-faktor tadi sorgum juga merupakan sumber pangan yang memiliki komponen fungsional. Seperti apa komponen pangan fungsionalnya?

Infografis manfaat serat untuk kesehatan pencernaan/Sumber: analisa.id
Infografis manfaat serat untuk kesehatan pencernaan/Sumber: analisa.id

Komponen Pangan Fungsional

Pemanfaatan sorgum sebagai pangan fungsional masih sangat terbatas dibandingkan ransum pakan ternak sebagai sumber karbohidrat semata. padahal tanaman ini tinggi serat bagi kesehatan pencernaan manusia.

Sorgum mengandung dietary fiber untuk mencegah berbagai penyakit seperti jantung, obesitas, darah tinggi, diabetes dan kanker usus. Serat pangan (dietary fiber) akan mengikat asam empedu sehingga kolesterol dalam darah turun.

Sorgum mengandung mineral Fe (zat besi) yang tinggi dan serat pangan yang diperlukan manusia, sementara pada gandum, mineral dan serat tersebut tidak ada. Padahal Fe sangat dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah. Jadi pilih mana nih antara konsumsi gandum apa sorgum ?

Selain Fe, sorgum juga mengandung kalsium (Ca), fosfor (P), dan magnesium (Mg) dengan fungsinya masing-masing. Kalsium dan fosfor untuk pertumbuhan dan kesehatan tulang, sementara magnesium untuk mempertahankan denyut jantung normal.

Disamping memiliki kelebihan baik dari kandungan nutrisi, sisi budidaya, dan sebagai pangan fungsional, sorgum memiliki kelemahan.

Tanin, Kandungan yang Kontroversial

Dalam susunan senyawa yang biokimia banget, sorgum punya kelemahan karena kandungan tanin. Sekalipun masih kontroversi tentang dampak kandungan ini bagi kesehatan, namun keberadaannya membuat posisi tawar sorgum cukup tertinggal dibanding jagung, gandum dan serelia lainnya.

Tanin merupakan penyebab sorgum sedikit sepat, dan kandungan ini menyebabkan protein yang diperlukan tubuh malah terendapkan sebab tanin tergolong antinutrisi yang merugikan sistem pencernaan.

Beberapa artikel menyebutkan bahwa efek yang disebabkan tanin tidak bisa diprediksi dengan jelas dan sifatnya kontroversi. Tetapi itu bukan berarti tanin selalu jelek manfaatnya ya, sebab tanin juga berfungsi sebagai antioksidan (Suarni & Firmansyah, 2005)

Di tengah ancaman krisis pangan, sorgum berpeluang dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dan ketika diolah menjadi tepung, manfaatnya cukup banyak.

Tepung sorgum berpeluang sebagai substitusi tepung gandum untuk bahan baku kudapan/Sumber: www.kompas.com
Tepung sorgum berpeluang sebagai substitusi tepung gandum untuk bahan baku kudapan/Sumber: www.kompas.com

Sorgum Sebagai Bahan Substitusi yang Menguntungkan

Bahan setengah jadi untuk tepung sorgum diperoleh dengan cara sosoh dimana prosesnya disebut penyosohan. Ketergantungan akan ketan dalam pembuatan kue-kue tradisional menyebabkan harga-harga tepung beras ketan pada hari atau kondisi-kondisi tertentu meroket, misalnya lebaran, dan hari-hari besar lainnya.

Jika demikian, maka sosoh sorgum mampu menjadi bahan pengganti atau substitusi ketan yang harganya terkadang cukup mahal. Jenis pangan dan kudapan dari sosoh sorgum yaitu kue wajik, dan rangginan.

Untuk mengurangi rasa sepat akibat kandungan tanin dalam sorgum, dapat diakali dengan penambahan beragam rempah, saat tepung atau sosoh sorgum akan dibuat menjadi kue atau kudapan ringan lainnya.

Dengan melihat kemampuan yang dimiliki sorgum baik dari sisi budidaya, sifat tolerannya terhadap cekaman lingkungan, dan manfaat serta sebagai bahan substitusi, sorgum memiliki peluang diangkat kembali sebagai pilihan pangan untuk menekan ketergantungan tepung serta sebagai produk diversifikasi menghadapi ancaman krisis global.

Potensi pemanfaatan sorgum terbuka lebar untuk dikembangkan, mengingat luasan lahan di beberapa wilayah Timur Indonesia masih sangat luas untuk dimanfaatkan sebagai lahan budidaya sorgum.

Referensi :

[1],[2],[3]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun