Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Karangku Sayang, Janganlah Engkau Bernasib Malang

25 Mei 2022   02:37 Diperbarui: 26 Mei 2022   18:28 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Transplantasi Terumbu Karang/by Ferganata Indra Riatmoko/Sumber : jelajah.kompas.id

Indonesia punya pemandangan laut yang tak kalah menarik dengan negara lainnya, karena sebagai negara tropis terumbu karang kita tersebar luas serta punya produktivitas dan biodiversity kelas wahid. Akan tetapi keindahan itu bukan berarti tidak terancam loh. 

Kalau kualitas lingkungan buruk terumbu karang tersebut rentan terdegradasi kalau minjam istilah ilmiah.

Salah satu kawasan yang kaya akan keindahan panorama bahari adalah Nusa Penida.

Aksi Vandalisme Wisatawan pada Terumbu Karang/Sumber : radarbali.jawapos.com
Aksi Vandalisme Wisatawan pada Terumbu Karang/Sumber : radarbali.jawapos.com

Kawasan Bahari Nusa Penida

Menurut beberapa literatur, Nusa Penida mulai dikembangkan di tahun 1990. Sarana dan prasarana dibangun lengkap untuk menunjang berbagai aktivitas wisata bahari. 

Kawasan ini memiliki sekitar 20-an titik penyelaman, tetapi karena padatnya aktivitas wisatawan, kawasan ini rentan terhadap kerusakan terumbu karang baik karena faktor alami, maupun karena aktivitas manusia.

Terumbu karang ini sangat krusial keberadaannya. Fungsinya adalah rumah bagi flora dan fauna bahari, teristimewa hewan-hewan kecil. Dari data yang dipublish Jurnal Penyuluh Perikanan dan Kelautan, Nusa Penida memiliki luas terumbu karang sekitar 1.400-an Ha dengan 296 jenis karang.

Akan tetapi luasan tutupan karang untuk dekade terakhir terjadi penurunan. Menurut laporan jurnal tersebut penurunannya sebesar empat persen. 

Berbagai faktor menyebabkan penurunan itu diantaranya iklim, yaitu peningkatan suhu sehingga menyebabkan pemutihan karang atau coral bleaching dan faktor aktivitas manusia seperti ponton yang letaknya persis di atas terumbu karang, dan aksi vandalisme.

Ponton ini akhirnya menghalangi cahaya matahari, padahal cahaya ini penting bagi fitoplankton untuk berfotosintesis yang pada giliranya menyuplai makanan bagi semua ekosistem laut.

Nusa Penida bisa dianggap kawasan konservasi dan juga kawasan ekowisata bahari. Kehadiran ekowisata bahari ini berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan harapannya dapat berjalan selaras dengan keberlanjutan ekosistem bahari di lokasi tersebut.

Tetapi apakah betul bisa berjalan selaras dan berkelanjutan?

Proses Transplantasi Terumbu Karang/by Ferganata Indra Riatmoko/Sumber : jelajah.kompas.id
Proses Transplantasi Terumbu Karang/by Ferganata Indra Riatmoko/Sumber : jelajah.kompas.id

Ekowisata Bahari dan Nasib Terumbu karang

Konsep ekowisata bahari merupakan wisata atau tourism untuk tujuan keberlanjutan antara alam, sosial budaya, ekonomi serta sebagai sarana edukasi dari produk wisata yang ditawarkan (Triyuniarti, 2011).

Jika dilihat dari pengertian tersebut, kata kuncinya terletak pada keberlanjutan, lestari atau sustainable.

Sehingga dari pengertian itu, kawasan ekowisata adalah sarana untuk tetap menjaga keberlanjutan ekosistem laut termasuk kehidupan terumbu karang.

Fungsi sarana disini berarti para wisatawan dan pengelola/pelaku ekonomi di sekitar kawasan betul-betul paham dan sadar bahwa semua aktivitasnya harus mendukung keberlanjutan tersebut. Beberapa dekade belakangan wisatawan punya kecenderungan menyukai wisata yang menyuguhkan pemandangan alami.

Senang melihat kehidupan liar, mencoba menguji adrenalin dengan menyelam, snorkeling dan sebagainya. Kedatangannya tentu juga dibarengi dengan perlengkapan pribadi selama berwisata seperti krim tabir surya, sabun mandi, sabun wajah, pasta gigi, dan kebutuhan lainnya.

Untuk menunjang pariwisata, ekosistem dan ekowisata sangat mungkin berjalan seirama jika ada kepedulian dan kesadaran dari para pelaku usaha dan wisatawan untuk mengelola dan merencanakan segala persiapan dengan sangat hati-hati.

Pemanfaatan ekowisata ada baiknya disesuaikan dengan potensi yang dimiliki masing-masing wilayah. sehingga pengelolaannya optimal dan berkelanjutan. Kehati-hatian sangat diperlukan agar menekan potensi kerugian.

Jangkar yang tersangkut di karang berpotensi merusak terumbu karang/Sumber: www.carapandang.com
Jangkar yang tersangkut di karang berpotensi merusak terumbu karang/Sumber: www.carapandang.com

Potensi merugikan itu apa saja?

Keberadaan ponton di Nusa Penida bukan hal yang baru. Ponton terapung yang biasanya digunakan wisatawan punya fungsi agar wisatawan dapat melihat langsung kondis terumbu karang yang indah, selain itu ponton juga memberikan tambahan ekonomi bagi pelaku usaha ekowisata ini.

Akan tetapi ponton punya dampak negatif, misalnya jika terbawa arus dan bergeser ponton atau jangkarnya dapat mematahkan karang. Karang yang rusak berarti ada hewan laut yang kehilangan rumah dan makanan akibatnya luas penutupan karang dan populasi ikan menurun.

Selain itu ketika resor atau penginapan dan properti lainnya dibangun di atas atau di dekat terumbu karang, aktivitas wisatawan akan menganggu ekosistem bawah laut yang rentan terhadap bahan kimia dari perlengkapan pribadi yang dibawa. 

Kebiasaan membuang sampah, bahan kimia dari tabir surya, limbah buangan dari sabun mandi, sampah, dan plastik kemasan akhirnya mencemari laut.

Lantas apa yang bisa dilakukan?

Sebagai kawasan wisata, Nusa Penida dan lokasi lainnya minimal harus punya daya dukung kawasan. Daya dukung harus dihitung secara pasti jika ingin dijadikan kawasan wisata yang lestari.

Daya dukung ini berguna untuk mengetahui berapa kapasitas pengunjungnya sehingga pengunjung dapat dibatasi. Pengunjung yang memenuhi suatu kawasan wisata akan sangat sulit dikontrol dan berpotensi memberi dampak negatif seperti kerusakan terumbu karang. Sebab untuk mengurangi dampak negatif dari aktivitas wisatawan terhadap terumbu karang salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pembatasan pengunjung (Schleyer dan Tomalin, 2000).

Melihat kondisi perjalanan wisata pasca pelonggaran syarat perjalanan ini, ada kekhawatiran pengunjung membludak.

Data tahun 2017 menunjukkan, untuk melihat terumbu karang, jumlah pengunjung bisa mencapai 400-1000 orang/ponton padahal kapasitas optimum menurut Bato et al (2013) untuk kegiatan snorkeling, diving dan rekreasi pantai harusnya kurang dari 250 orang/hari. Dengan kata lain, jumlah pengunjung sudah melebihi daya dukung kawasan.

Melihat permasalahan tadi, bukan berarti pemerintah kabupaten dan propinsi tidak melakukan langkah-langkah antisipasi ya.

Untuk mengatasi kerusakan terumbu karang, beberapa langkah yang diambil pemerintah setempat diantaranya melibatkan desa adat, pengaturan zonasi tentang lokasi penyelaman, pemasangan papan informasi, rambu suar, dan himbauan pemasangan jangkar serta pengaturan lokasi ponton bergerak.

Harapannya bukan saja pemerintah dan pelaku usaha pariwisata saja yang berusaha menjaga keberlanjutan terumbu karang tapi juga wisatawan. Nah, berwisata berarti ada pengeluaran untuk membayar jasa, tapi bukan berarti karena sudah mengeluarkan uang lalu pembeli adalah raja dan seenaknya merusak terumbu karang yang sudah capek-capek dijaga oleh masyarakat lokal.

Wisatawan punya tanggung jawab moral untuk menjaga kebersihan, cermat dalam memilih perlengkapan MCK dan punya kesadaran untuk kelestarian lingkungan. Dengan demikian, kehadiran wisatawan membantu ekonomi lokal dan bersama menjaga kehidupan terumbu karang, sehingga kehidupan terumbu karang ini dapat beriringan dengan aktivitas ekowisata bahari di Indonesia.

Semoga Karangku TIDAK Bernasib Malang.., Semoga.

Referensi :

[1],[2],[3]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun