Selain itu, air dapat menyebabkan gangguan kehilangan sinyal pada sambungan optik-listrik dan juga keruskan serat akibat pembekuan.
Kenaikan Permukaan laut, dan Gangguan Internet
Jaringan kabel serat optik di Indonesia berasal dari Amerika Serikat dengan Singapura sebagai titik tumpu alur kabel bawah laut.
Sementara itu, studi yang dilakukan oleh Universitas Wisconsin-Madison dan Universitas Oregon mengungkapkan bahwa ada lebih dari 6000-an kilometer serat optik yang terkubur di Amerika akan terancam oleh kenaikan permukaan air laut 15 tahun ke depan. Itu artinya saluran serat optik tersebut akan berada di bawah air.
Memang jaringan infrastruktur internet ini didesign sedemikian rupa sehingga tahan terhadap cuaca dan air, akan tetapi infrastruktur tersebut tidak dirancang untuk diletakkan di dalam bawah permukaan air (Durairajan, 2018).
Durairajan yang memimpin tim peneliti dari kedua universitas tersebut menyatakan bahwa analisa mereka didasarkan pada kumpulan data statis kenaikan permukaan laut dan kemudian dioverlaping dengan data infrastruktur untuk mendapatkan gambaran resikonya.
Lebih jauh lagi disebutkan bahwa kenaikan permukaan laut ini dapat memiliki faktor lain seperti tsunami, badai, gempa bumi, subduksi pantai yang memberi tekanan tambahan bagi infrastruktur yang sudah  beresiko.
Pusat saraf dan arteri jaringan informasi global berasal dari serat optik yang terkubur atau dibenamkan, pusat data, lalu-lintas jaringan dan titik terminasi (sambungan). Hal-hal tadi memiliki ketahanan yang berbeda dengan kabel bawah laut terhadap air.
Kerusakan pada konektor dan transponder kabel optik dapat terjadi jika permukaan laut naik. Kerusakan ini akibat kondisi air laut yang bersifat korosif.
Karena secara kimia, kandungan klorida dalam air laut sifatnya agresif dan membentuk senyawa asam yang dapat bereaksi dengan baja atau logam lain pada kabel optik tersebut.