Tak bisa dipungkiri bahwa urbanisasi terus terjadi di kota-kota besar. Cerita keberhasilan yang dibawa ke kampung halaman menjadi motivasi untuk orang lain mencoba peruntungan di kota.
Pertambahan jumlah manusia yang datang ke kota besar pada akhirnya menambah permasalahan lain selain masalah sosial yaitu masalah lingkungan seperti peningkatan suhu lingkungan di kota atau Urban Heat Island (UHI).
Apa itu Urban Heat Island?
Penyebab utama dari Urban Heat Island adalah alih fungsi lahan oleh pembangunan perkotaan dan radiasi panas yang timbul dari penggunaan energi.Â
Ketika orang berbondong-bondong melakukan urbanisasi ke pusat-pusat kota maka hal yang diperlukan adalah pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan diikuti oleh kebutuhan lainnya.
Ketika kota berkembang untuk memenuhi tuntutan kebutuhan tadi, maka ruang-ruang hijau diubah untuk pembangunan jalan, perumahan, gedung perkantoran, pabrik dan infrastruktur lainnya. Dengan kata lain, vegetasi hijau akhirnya diubah menjadi infrastruktur penunjang kebutuhan.
Pembangunan jalan beraspal, jalan berbeton, membuat panas yang harusnya dipantulkan, malah terserap menyebabkan suhu permukaan meningkat.
Sementara itu, bangunan tinggi serta jalanan yang sempit menyebabkan udara menjadi panas dan terperangkap, serta sirkulasinya berkurang. Di sisi lain radiasi panas dari mesin, pabrik, kendaraan, bahkan AC, ikut menyumbang peningkatan suhu lingkungan.
Efek panas akibat radiasi tersebut menyebabkan suhu di kota-kota besar bertambah panas atau meningkat dibanding daerah atau wilayah di sekitarnya. Fenomena ini disebut dengan Urban Heat Island.
Faktor Penyebab UHI
Saat pohon dan vegetasi diganti atau diubah lahannya untuk pembangunan infrastruktur, maka kemampuan alami yang dimiliki mereka untuk mendinginkan suhu menjadi hilang.
Pendinginan suhu secara alami umumnya dilakukan oleh tumbuhan lewat naungan, dan pelepasan air baik itu lewat tanah atau lewat daun tumbuhan itu sendiri.
Ketika ini hilang, maka panas dari aktivitas mesin kendaraan, serapan panas dari aspal dan udara panas yang alirannya terhambat akibat gedung tinggi menjadi lambat mendingin dibanding kondisi suhu di pedesaan.
Umumnya suhu di pedesaan akan adem ketika malam sementara perkotaan suhunya masih panas atau minimal menghangat sebab perkotaan masih menyimpan banyak panas pada semua gedung, bangunan, jalan, dan model infrastruktur lainnya yang menyerap panas di siang hari.
Rata-rata, efek fenomena ini akan bertahan dan terus berlangsung selama tiga sampai lima jam setelah terbenamnya matahari.
Faktor pendorong fenomena ini diantaranya adalah bentuk dan ukuran kota. Dibanding daerah pedesaan, bentuk perkotaan sangat berbeda. Contoh, perkotaan umumnya dipenuhi gedung-gedung tinggi yang mana keberadaannya menghambat serta menghalangi laju angin.
Selain itu kurangnya vegetasi di perkotaan menyebabkan kurangnya penguapan air dari tanah dan tanaman (evapotranspirasi), sebab boleh dikatakan perkotaan hampir dipenuhi dengan bahan kedap air sehingga saat musim panas, uap air dari evapotranspirasi yang membantu mendinginkan suhu lingkungan hampir tidak terbentuk dan menyebabkan apa yang disebut panas sensibel.
Faktor selanjutnya adalah kabut. Kabut asap kendaraan dan pabrik mengandung karbon dioksida (CO2) atau gas rumah kaca. Jika perkotaan diselimuti banyak kabut dari buangan kendaraan dan pabrik maka CO2 tadi dapat menyebabkan efek gas rumah kaca mini yang menjebak panas untuk tetap ada di dalamnya, sehingga suhu perkotaan terasa panas.
UHI vs Pemanasan Global, Jangan Keliru
Urban Heat Island merupakan fenomena peningkatan suhu di wilayah perkotaan. Sementara pemanasan global (global warming) berarti bukan hanya suhu perkotaan saja yang meningkat, tetapi suhu pedesapun demikian.
Maksudnya, fenomena UHI menggambarkan perbedaan suhu antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta bersifat lokal. Sementara pemanasan akibat perubahan iklim merujuk kepada kenaikan suhu permukaan bumi secara global.
Dalam beberapa kasus, peningkatan suhu perkotaan sering dijadikan kambing hitam terhadap perubahan iklim. Pandangan ini sedikit keliru sebab di seluruh dunia, lingkungan perkotaan dan pedesaan meningkat suhunya akibat banyaknya emisi gas rumah kaca di atmosfer bumi.
Akan tetapi perubahan iklim global dan fenomena UHI meningkatkan kerentanan daerah perkotaan dibandingkan pedesaan terhadap panas. Kombinasi keduanya menyebabkan penduduk perkotaan yang padat akibat urbanisasi, menghadapi peningkatan suhu yang lebih tinggi.
Sementara untuk wilayah perkotaan di negara-negara yang berada pada lintang menengah dan tinggi, peningkatan suhu dan gelombang panas yang lebih kuat dikhawatirkan akan terus terjadi di masa yang akan datang jika laju perubahan iklim global tidak ditekan.
Center for Science Education menjelaskan bahwa UHI dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim jika penggunaan AC terus meningkat. Bukan berarti gak boleh memakainya(AC) ya, tapi bagaimana kita bijak menggunakan AC dan perangkat elektronik lainnya yang membutuhkan lsitrik.
Sebab di Indonesia, bahan solar dan batu bara masih menjadi sumber utama pembangkit listrik, sehingga ketika pemakaian alat elektronik tidak bijak, hal ini akan menambah jumlah bahan bakar untuk menyuplai energi listrik untuk perangkat-perangkat tadi. Jumlah bahan bakar fosil ini juga menghasilkan gas rumah kaca dari asap buangan pembangkit.
Inilah gambaran dan penjelasan bagaimana urbanisasi memengaruhi munculnya fenomena Urban Heat Island serta hubungannya dengan pemanasan global.Â
Jikalau ada pendapat dari kompasinaer, yuk diskusikan bersama di kolom komentar, biar sama-sama berbagi ilmu.
*Panas sensibel: Panas yang diserap atau dibuang oleh suatu benda sehingga temperatur benda itu ikut berubah.Â
Referensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H