Faktor Penyebab UHI
Saat pohon dan vegetasi diganti atau diubah lahannya untuk pembangunan infrastruktur, maka kemampuan alami yang dimiliki mereka untuk mendinginkan suhu menjadi hilang.
Pendinginan suhu secara alami umumnya dilakukan oleh tumbuhan lewat naungan, dan pelepasan air baik itu lewat tanah atau lewat daun tumbuhan itu sendiri.
Ketika ini hilang, maka panas dari aktivitas mesin kendaraan, serapan panas dari aspal dan udara panas yang alirannya terhambat akibat gedung tinggi menjadi lambat mendingin dibanding kondisi suhu di pedesaan.
Umumnya suhu di pedesaan akan adem ketika malam sementara perkotaan suhunya masih panas atau minimal menghangat sebab perkotaan masih menyimpan banyak panas pada semua gedung, bangunan, jalan, dan model infrastruktur lainnya yang menyerap panas di siang hari.
Rata-rata, efek fenomena ini akan bertahan dan terus berlangsung selama tiga sampai lima jam setelah terbenamnya matahari.
Faktor pendorong fenomena ini diantaranya adalah bentuk dan ukuran kota. Dibanding daerah pedesaan, bentuk perkotaan sangat berbeda. Contoh, perkotaan umumnya dipenuhi gedung-gedung tinggi yang mana keberadaannya menghambat serta menghalangi laju angin.
Selain itu kurangnya vegetasi di perkotaan menyebabkan kurangnya penguapan air dari tanah dan tanaman (evapotranspirasi), sebab boleh dikatakan perkotaan hampir dipenuhi dengan bahan kedap air sehingga saat musim panas, uap air dari evapotranspirasi yang membantu mendinginkan suhu lingkungan hampir tidak terbentuk dan menyebabkan apa yang disebut panas sensibel.
Faktor selanjutnya adalah kabut. Kabut asap kendaraan dan pabrik mengandung karbon dioksida (CO2) atau gas rumah kaca. Jika perkotaan diselimuti banyak kabut dari buangan kendaraan dan pabrik maka CO2 tadi dapat menyebabkan efek gas rumah kaca mini yang menjebak panas untuk tetap ada di dalamnya, sehingga suhu perkotaan terasa panas.