Lantas saya berpikir, secara ekonomi terjadi simbiosis mutualisme antara ketiga agama tersebut dimana ketika umat Budha dan Konghucu akan beribadah atau ketika selesai melangsungkan peribadatan tentu warung-warung disekitar Vihara dan Klenteng akan menjadi tujuan memuaskan lapar dan dahaga.
Klenteng Sanggar Agung Dengan Patung Dewi Kwan Im
Di Kenjeran ini terdapat satu Klenteng yang megah, dari luar kelihatan sederhana, karena tampilan luarnya sangat berbeda dengan Klenteng pada umumnya. Sekeliling Klenteng tumbuh mangrove yang seolah-olah menutupi keberadaan Klenteng.
Saat masuk ada dua pintu, di sebelah kanan merupakan pintu untuk wisatawan yang ingin melihat patung naga dan deretan patung Dewa-Dewi, sementara pintu sebelah kiri setelah melewati gerbang utama, merupakan pintu masuk ke dalam Klenteng untuk umat yang hendak beribadah.
Di bagian belakang Klenteng, terdapat semacam gapura besar yang di setiap tiangnya terdapat dua naga besar seolah-olah melingkari tiang peyangga tersebut.
Sementara bagian atas, terdapat beberapa patung Dewa-Dewi yang mengapit Sang Dewi Kwan Im. Saya pribadi kurang mengetahui Dewa-Dewa tersebut sementara Sosok Sang Dewi Kwan Im dengan mudah dikenali.
Sang Dewi dengan anggun berdiri di atas ukiran teratai yang diukir dengan sangat detail. Dasar dari teratai diperindah dengan warna keemasan yang dalam gambaran saya jika dilihat saat malam hari dengan sorotan lampu akan sangat indah.
Patung Brahma Dengan Empat WajahÂ
Berhadapan dengan Klenteng Sanggar Agung, terdapat lokasi patung Brahma empat wajah. Patung ini diukir dengan detail dan teliti. Ornamen yang digunakanpun unik sebab kental dengan ornamen bernuansa Thailand.