Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Artikel Utama

Isu Ketahanan Pangan dalam Agenda G20 Pilihan Tepat!

22 April 2022   06:11 Diperbarui: 23 April 2022   13:01 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/by Firdaus Roslan/Sumber:Unsplash.com

Kondisi pandemi, tegangnya hubungan negara-negara barat dengan Rusia, kondisi ekonomi global, dan perubahan iklim mengancam pangan global.

Peristiwa-peristiwa tersebut, diikuti penambahan populasi dan kebutuhan serta permintaan pangan berdampak pada kebutuhan sumberdaya bumi yang terus diekplorasi secara habis-habisan.

Ilustrasi Perubahan Iklim/Sumber: www.kemenkeu.go.id
Ilustrasi Perubahan Iklim/Sumber: www.kemenkeu.go.id

Ancaman Terhadap Ketahanan Pangan Global

Pertama, sistem pangan modern dan peningkatan populasi. Pertambahan jumlah penduduk berarti kita akan berhadapan dengan jumlah makanan yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Berarti semakin banyak sumberdaya yang dieksplor sebab sistem pertanian modern Indonesia masih ada pada batas "mengadopsi" belum "memanfaatkan" secara menyeluruh karena terdapat banyak kendala dalam implementasi teknologi modern di sektor pertanian. Konsekuensinya penggunaan saprodi (sarana produksi pertanian; pupuk, benih,"obat-obatan" pertanian), tanah dan air, masih jauh dari kata efisiensi dan efektif untuk memenuhi kebutuhan setiap musim tanam.

Permintaan pangan yang meningkat ini merubah rantai makanan menjadi mesin untuk menghasilkan modal. Dalam artian makanan telah menjadi komoditas bisnis dengan tujuan mendapatkan keuntungan sehingga jika ditarik dalam sistem pangan modern, akses terhadap pangan akan semakin sulit. 

Kenapa sulit ? Sebab akses pangan yang berkualitas dari segi nutrisi hanya dapat diakses oleh sebagian orang yang memiliki kemampuan secara ekonomi. Sisanya mungkin hanya sekedar makan dan kenyang karena keterbatasan untuk mengakses pangan.

Saat ini dalam memproduksi pangan, teknik yang berkembang dan masih digunakan adalah sistem pertanian intensif yang menghasilkan pangan dalam jumlah besar dengan menggunakan pupuk dalam jumlah berlebihan sehingga tanpa sadar ketika kelebihan ini sampai ke laut malah menyebabkan masalah-masalah ekologi di lautan kita, sementara untuk produksi ternak, kelihatannya untuk memenuhi kebutuhan, produksi digenjot secara besar efek buruknya adalah terjadinya pelepasan karbon dari proses pembuangan kotoran ternak ini ke atmosfer sehingga menyumbang faktor pemanasan global.

Kedua, disrupsi rantai makanan. Invasi Rusia ke Ukraina, dan pandemi yang sementara terjadi menyebabkan akses terhadap pangan menjadi terganggu. Perang dan pandemi menyebabkan pasokan pangan menjadi terhambat dan harga-harga kebutuhan pokok meningkat sehingga terjadi tekanan keuangan pada sistem pangan semua negara termasuk Indonesia. Semisal G20 tidak membawa isu ini untuk dicari solusi bersama, maka keadaan "emergency" ini dapat membawa seluruh dunia pada masalah kelaparan dan kekurangan gizi.

Invasi Rusia ke Ukraina berpotensi menyebabkan kelaparan global sebab ternyata Rusia dan negara Uni Eropa merupakan penghasil gandum, dimana sepertiga ekspor gandum global berasal dari kombinasi beberapa negara Uni Eropa dan Rusia. Misalnya di tahun 2021 saja, gandum yang diekspor ke Asia oleh Ukraina sekitar 55% dan importir (pengimpor) terbesar gandum di Asia salah satunya adalah Indonesia.

Sejak invasi Rusia terhadap Ukraina harga gandum naik menjadi 21%. Situasi sulit karena perang dan pandemi ini menyebabkan peringatan dari PBB akan ancaman ketahanan pangan global sehingga sekali lagi, dalam G20 dimana Indonesia merupakan tuan dan nyonya rumah, isu ketahana pangan ini penting untuk dibahas bersama oleh seluruh anggota G20.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun