Manusia yang punya akal manjadi "binatang buas" ketika sengaja menyebarkan atau termakan hoax tanpa mengecek kebenaran berita tersebut. Karena tekanan emosi, kekesalan yang diluapkan menjadi tidak terkontrol sehingga nekat melukai orang lain.
Di sisi lain, buah kelapa yang mengalami banyak tekanan tetap tenang, mengikuti arus tanpa berusaha melawan sampai akhirnya dia menemukan tempat yang baik untuk tumbuh.
Manusia sebagai makhluk sempurna dibanding yang lain seharusnya bisa lebih tenang mengontrol emosi, mengedepankan dialog untuk sama-sama meraih tujuan yang diinginkan.
Kelapa Mampu Beradaptasi dan Hidup Di Mana Saja
Saat buah kelapa kebetulan jatuh atau terbawa ombak ke daerah yang subur, tentu adalah sebuah keberkahan untuknya. Kesuburan tanah secara fisik dan kimia dari tempat dimana dia hidup membantunya untuk melanjutkan proses fisiologis sampai akhirnya tumbuh, dan berbuah.
Lantas bagaimana dengan kelapa yang hidup di pantai ? atau yang hidup di daerah berbatu ? menyerahkah dia dan akhirnya mati ?
Belum tentu juga, sebab buah kelapa memiliki kemampuan untuk beradaptasi memanfaatkan cadangan makanan yang dimilikinya dan kemudian bertunas, tumbuh dan berbuah.
Sementara itu ada tipe-tipe manusia yang sangat sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Lebih memilih berada di zona nyaman, memiliki lingkaran pertemanan yang kurang luas jangkauannya sehingga dengan mudah terpengaruh dan menjadikan kelompok tersebut bersifat ekslusif.
Eksklusif menyebabkan adanya pembatasan dan pemisahan diri dari kehidupan sosial dan bergabung dengan yang sepemahaman saja. Bahaya dari sifat ini adalah menganggap orang lain itu berbeda dan yang paling ekstrim menghalalkan darah yang tidak sepaham dengan mereka.
Padahal manusia sebagai makhluk sosial memiliki kemampuan untuk beradaptasi, bersosialisasi dan berinteraksi dengan sesama manusia serta kemampuan untuk memiliki sifat inklusif yang merangkul, mau menerima perbedaan sebagai warna dalam kehidupan bermasyarakat.