"Milenial berhasil karena melakukan riding the disruption wave."
Adopsi Teknologi Digital di Sektor PertanianÂ
Penggunaan teknologi digital tepat guna membantu petani dalam hal peningkatan daya saingnya dalam rantai pasok global.Â
Saat yang sama masih banyak permasalahan-permasalahan yang timbul di kalangan petani seperti kondisi iklim yang sulit diprediksi dan dikontrol, ketergantungan petani terhadap tengkulak, serta akses terhadap informasi harga komoditas membuat petani tidak memiliki harga tawar yang kuat untuk menentukan harga produksi dan produk yang dihasilkan.Â
Padahal adopsi teknologi digital seperti integrasi IoT (Internet of Thing) dengan alat-alat mesin pertanian (Alsintan), Artificial Intelligence (AI) dalam hal sistem irigasi, informasi waktu penanaman, pengendalian hama, rekayasa produk pertanian, penggunaan aplikasi prediksi cuaca, dan pendugaan kesuburan tanah dapat berkontribusi positif terhadap peningkatan produksi pertanian.Â
Untuk itu, adopsi ini sudah seharusnya dilakukan tetapi tidak semata pada sektor hulu saja melainkan menyeluruh mulai dari hulu sampai hilir sehingga dari produksi sampai pemasaran tidak terjadi ketimpangan.
Sayangnya akses terhadap teknologi digital belum dirasakan dan dimanfaatkan petani di Indonesia.Â
Kurangnya literasi, infrastruktur pertanian yang belum seimbang dan memadai, serta harga yang harus dikeluarkan untuk mengadopsi teknologi tersebut tidak sesuai dengan skala usaha petani, menjadi faktor pembatas terhadap adopsi tersebut.
Lantas, bagaimana teknologi digital ini menjawab permasalahan-permasalahan yang ada? Apa yang perlu dilakukan untuk mempersiapkan SDM petani memasuki era disrupsi?
Disrupsi teknologi merupakan perubahan sistem teknologi digital secara fundamental. Melalui aplikasi teknologi, sistem produksi pertanian yang menggunakan cara-cara tradisional mulai diarahkan untuk proses digitasi.Â