Untuk mendampingi sang gadis, terdapat dua orang pendamping yang disebut Mama Bian yang bertugas untuk memberi nasihat, sekaligus sebagai media interaksi pelaku ritual dalam hal ini anak gadis yang menjalankan pinamou, dan bertindak selaku pengatur jalannya ritual.
Selama masa menstruasi, sang gadis akan tetap berada di dalam posune, dan ketika selesai barulah diperbolehkan untuk menjalani tahapan berikutnya.
Sama seperti upacara adat bali untuk mengikir gigi, kaum perempuan Nuaulu-pun melakukan hal yang sama. Proses meratakan gigi ini disebut papar gigi dengan menggunakan tiga batu khusus yang sudah disiapkan. Mereka menganggap bahwa wanita yang giginya rata memiliki daya tarik tersendiri dan terlihat menarik.
Setelah papar gigi selesai, dilanjutkan dengan belabor peci pada wajah dan dimandikan. Perempuan yang melakukan ritual ini akan dimandikan dengan kelapa dan kunyit oleh mama-mama dalam komunitas suku tersebut. Fungsi kelapa untuk membersihkan badan sedangkan kunyit untuk mencerahkan warna kulit.
Setelah dimandikan, perempuan tadi diberikan kain baru, sebagai pengganti kain yang digunakan selama berada dalam posune, kain baru tersebut melambangkan pembersihan diri seorang perempuan.
Selanjutnya bersama dengan para ibu, perempuan tadi dibawa ke rumah besar orangtua atau keluarganya dan dilanjutkan dengan proses dandan yang dilakukan oleh mama bian.Â
Setelah selesai didandani, perempuan yang menjalani ritual diberi makan berupa umbi-umbian. Makanan tersebut diberikan dan diawasi oleh sang pengawas (Mama bian) dengan syarat makanannya jangan ditelan, tetapi dibuang kembali sesuai instruksi.
Hal ini dimaksudkan sebagai tanda penghargaan terhadap hasil mencari nafkah yang dilakukan keluarga untuk melakukan ritual. Setelahnya sang perempuan akan berjalan mengelilingi kampung sambil membagikan minyak khusus kepada masyarakat, dengan catatan diberikan hanya kepada kaum laki-laki.
Pemberian ini sebagai simbol berkat, karena masyarakat meyakini bahwa perempuan merupakan pembawa berkat, sebab dari rahim perempuanlah kehidupan itu dimulai. Sehingga dengan demikian dalam pekerjaan yang dilakukan selalu mendatangkan sukacita dan keberuntungan.
Tergambar dalam ritual ini bahwa perempuan yang dianggap rendah dalam kehidupan, ternyata mempunyai andil besar dalam suatu komunitas masyarakat. Perempuan boleh dikatakan menjadi sumber berkat bagi kehidupan keluarga dan masyarakat.