Mohon tunggu...
Marciano Yoseph Djamon
Marciano Yoseph Djamon Mohon Tunggu... Sales - Keep spirit

Peselancar dua dunia maya dan nyata

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kritis Dapat Mengefisiensi Proses Suatu Tujuan

24 Agustus 2021   21:14 Diperbarui: 25 Agustus 2021   13:01 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


 
               Gambar:  www.modup.net 

Pernahkah anda mengalami proses panjang nan melelahkan melalui berbagai macam resiko dan tantangan untuk mendapat suatu  tujuan yang ingin anda raih? Pernahkah terbesit di benak anda bahwa masih ada cara atau jalan lain yang mungkin lebih cepat atau mudah dibanding jalan main stream yang biasa kita lalukan?Sebelumnya sedikit disclaimer bahwa saya bukan psikolog, bukan peneliti ilmiah berpdredikat, bukan dokter apalagi. Saya hanya mencoba menganalisa berbagai kehidupan yang saya jalani juga mengamati yang banyak orang lain jalani ini dan mengumpulkan berbagai sumber pengetahuan dari berbagai media di dua dunia, yaitu nyata dan maya, seperti slogan di blog kompasiana saya, promosi sedikit tidak apa apa ya, hehe..

Lalu dari berbagai info yang saya dapatkan tadi , saya mulai sedikit menarik benang merah, bukan menjinakkan bom  seperti di film film ya, tarik yang merah atau biru jangan sampai meledak. Tetapi sedikit menyimpulkan, dan bila ada yang kurang setuju atau berpendapat lain tentang  tulisan saya ini, silahkan membalas di kolom komentar atau membuat tulisan lain .

Baiklah kita gas saja. Mengapa bisa sifat kritis dapat mengefisiensi  proses dalam mencapai tujuan dalam berbagai hal.

Seperti kita ketahui bersama, kata orangtua dulu, pengalaman adalah guru yang paling baik. Saat kita sekolah dahulu kala (waduh sudah berumur skali nampaknya saya, tidak kok, saya masih unyu unyu hehe ), kala itu kita belajar dari kelas 1 sampai 6 lalu lanjut SMP dan SMA yang sekarang disebut kelas 7 sampai dengan 12. Di setiap kelas pasti ada yang namanya ranking. Nah ranking didapat dari siswa yang paling berprestasi. Nilai nilai yang didapat dari semua mata pelajaran paling tinggi.

Dan biasanya lagi, siswa tersebut kritis , sering bertanya jika kurang paham atau berpendapat sedikit berbeda dari teori atau praktek yang diberikan, atau juga termasuk anak yang aktif, bukan aktif maksudnya tidak bisa diam ya, hehe..tapi aktif menjawab pertanyaan guru, ataupun aktif mencari sumber lain selain dari guru yang masih berhubungan dengan pelajaran yang didapatnya.

Kadang kadang siswa yang terlalu pintar bisa lompat kelas, dari kelas 3 langsung naik kelas 5 misalnya.Padahal kalau siswa lain mengikuti kenaikan kelas secara wajar akan sampai juga di kelas 5 tetapi lebih lama dari siswa lompat kelas tadi, jenius bukan. Jadi sifat kritis di awal yang siswa lompat kelas tadi jalani, mempersingkat waktu yang dibutuhkan pengalaman belajarnya.

Contoh sifat kritis lagi yang dapat membuat proses lebih efisien untuk mencapai tujuan. Jika kita ingin bepergian ke suatu tempat, kita akan bertanya ke orang yang pernah pergi ke tempat tersebut. Agar kita tidak tersesat dan terjadi efisiensi waktu juga biaya. Malu bertanya sesat di jalan. Itulah sifat kritis kita, kritis bertanya, yang merupakan shortcut menuju tujuan.

Contoh lain lagi, apabila di suatu perusahaan atau instansi ataupun wirausaha, jika kita atau perusahaan ingin membeli mesin baru, sebelumnya kita bisa mencari tahu dulu di internet, bisa google tentang mesin tersebut, bagaimana cara memakainya, melihat kolom komentar tentang mesin tersebut di internet, perihal kesaksian para pemakai mesin yang lebih dulu.

 Bisa juga mengumpulkan informasi dari orang lain yang paham akan mesin tersebut. Dengan begitu kita bisa selangkah ataupun berlangkah langkah lebih maju untuk mengetahui spesifikasi mesin tersebut, bahkan dapat membandingkan dengan merek merek lainnya.

Hal hal seperti diatas seperti menyalip di tikungan tajam. Mendahului yang lain dengan cara yang berbeda. Namun hal tersebut tidak mudah, dibutuhkan skill dan terutama keberanian dan kemauan untuk melakukannya.

Hal hal diatas tadi sebenarnya bukan untuk orang jenius saja, atau orang ber iq tinggi seperti einstein, bukan. Tetapi membutuhkan perputaran otak yang ekstra, dan keaktifan belajar yang lebih untuk dapat mencapainya. Juga tidak mudah untuk  menempa dirinya untuk menahan egonya untuk menjadi yang terbaik.

 Bersakit sakit dahulu bersenang senang kemudian. Sama seperti sebuah buku , jika kita ingin mengetahui pengetahuan dalam buku tersebut, maka kita harus berjerih payah dahulu untuk membacanya, barulah kita dapat mengambil nikmat pengetahuannya. Tidak ada hasil yang langsung turun dari langit tanpa kita berusaha dulu, kecuali layangan putus, itu juga masih harus bersaing dengan bocah bocah petualang untuk mendapatkannya.

Bersikap kritis memiliki makna bahwa  masalah atau kondisi yang terjadi perlu dilihat dari berbagai sudut pandang atau yang lebih dikenal dengan istilah objektif. Objektif dalam menilai suatu kondisi, tidak berpihak atau berat sebelah, menilai sesuatu bukan dari prasangka, asumsi ataupun nilai nilai yang dianut oleh subjek tertentu.

Sifat kritis itu juga dapat diwujudkan  melalui hal hal kecil yang nanti secara tidak sadar akan menjadi kebiasaan kita. Walaupun hal kecil namun jika dibiasakan akan menjadi sifat kita dan tidak mustahil dapat membawa kita melalui hal hal besar.

Kritis dalam pandangan luasnya kurang lebih adalah mengamati suatu masalah, mencari solusi dari berbagai sudut pandang, melakukan sintesa atau penggabungan berbagai pengalaman atau pengetahuan sehingga melahirkan keputusan yang tepat.

Mencari pengetahuan bukan hanya dari satu sumber, juga berdampak baik bagi kita, karena dengan memahami perspektif yang berbeda beda, kita akan semakin terbuka dan menyerap berbagai pengetahuan. Jangan khawatir akan terdoktrin salah satu sumber atau teryakini oleh sumber yang salah, karena sifat kritis yang sudah kita asah tadi akan memfilter hal tersebut dan yang masuk biasanya hal hal baik untuk kita dan hal pilihan yang cukup mendekati kebenaran juga.

Tercapainya suatu tujuan biasanya butuh waktu untuk mendapatkannya. Tidak jarang juga terjadi hal hal yang kurang diinginkan seperti kegagalan, kejatuhan , bahkan kerugian yang didapat dalam proses untuk mendapatkan suatu tujuan.

Sifat kritis yang sedikit saya jabarkan sebelumnya dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk meraih hasil dan tujuan, otomatis akan mengurangi resiko resiko yang dapat timbul juga.

Hal ini bisa saja diterapkan dalam berbagai hal di kehidupan yang kita jalani. Tidak selalu ikut arus cara biasa yang dijalani, tetapi mencoba sedikit mempertanyakan kembali cukup efisienkah cara yang kita jalani. Atau ada cara lain yang lebih efisien dan dapat mempersingkat waktu dan meminimalisir resiko resiko lain.

Tentu cara disini yang dimaksud adalah cara yang sah tidak melanggar hukum atau tidak merugikan orang lain. Lalu mencari sumber pengetahuan dari berbagai macam perspektif. Mengumpulkan informasi dari orang orang berpengalaman. Dan menggabungkan semua hasilnya dan meramu hasil yang terbaik untuk dijalankan.

Metode semacam ini tentu sudah dijalankan bagi sebagian orang. Mungkin juga belum dicoba orang lain. Saya hanya memberi pilihan lain yang mungkin dapat membantu pekerjaan atau usaha yang dijalankan. Tidak ada salahnya mencoba, tidak mencoba pun belum tentu salah. Daun seray daun tebu, belum try belum tahu. Kurang lebih tambah kurang kali bagi nya seperti itu.

Marciano Yoseph

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun