Mohon tunggu...
Marcel Tri
Marcel Tri Mohon Tunggu... Jurnalis - Freelance
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Lima Jalur Alternatif Menuju Danau Kelimutu (Part 1)

4 Agustus 2022   11:45 Diperbarui: 4 Agustus 2022   11:51 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puncak Tugu Danau Kelimutu. Dok. Foto. (KOMPAS.com/DOKUMEN BALAI TAMAN NASIONAL KELIMUTU)

Objek wisata Kelimutu sangat mudah dijangkau. Ada lima alternatif rute perjalanan ke Kelimutu yang dapat dilakukan baik dengan menggunakan transportasi darat, laut dan udara.

Bagi pengunjung yang ingin melakukan perjalanan ke Taman Nasional Kelimutu dapat menikmati keindahan alam, seni budaya dan kehidupan sosial desa-desa tradisional sekitarnya seperti Woloara, Jopu, Ranggase, Koanara, Tenda,  Nuamulu dan Nggela.

Selanjutnya, pengunjung dapat meneruskan perjalanan wisata ke tempat lain di kabupaten Ende untuk menikmati pantai-pantai wisata yang indah di pesisir utara dan selatan serta aneka atraksi wisata budayanya.

Mari kita menempuh lima jalur alternatif  ke Taman Nasional Kelimutu yaitu:

Rute Satu (Rute Pertama):

Tiba di bandara udara Haji Hasan Aroeboesman atau Pelabuhan Ippi dan Ende. Kita dapat bermalam di hotel-hotel yang ada seperti Hotel Dwi Putra, hotel Safari, hotel Mentari, Grand Wisata dan lainnya di seputaran kota Ende.

Sebelum menuju Kelimutu, wisatawan dapat memperoleh informasi tentang objek wisata kota Ende dan sekitarnya di pusat informasi tentang objek-objek wisata kabupaten Ende, Jalan Soekarno no. 4 Ende, seperti informasi tentang Museum Bung Karno (rumah peninggalan Bung Karno selama masa pembuangan di Ende tahun 1934-1938), Pohon Sukun (tempat dimana Bung Karno merenungkan Pancasila),  makam ibu Amsi (mertua Bung Karno), Taman Kota Raja, Taman Rendo,  Museum Tenun Ikat,  Museum Bahari,  pantai MBu'u Nanganesa, Benteng Baranuri, sanggar seni serta mengunjungi tempat pembuatan tenun ikat di Woloare. Selain itu kita dapat membeli souvenir dan buah-buahan lokal seperti pisang baranga, mangga, nanas,  alpukat, lemon dan buah-buahan lainnya di pasar Mbongawani serta aneka souvenir cantik di Cendana Art Shop.

Kemudian kita dapat menikmati suguhan makanan dan minuman di restoran-restoran di kota Ende seperti Rumah Makan Pondok Bambu, warung Bangkalan, Rumah Kopi Flores dan restoran lainnya.

Setelah mengunjungi objek wisata di Ende, kita  dapat melanjutkan perjalanan menuju Kelimutu yang berjarak 53 km dari kota Ende dengan menggunakan transportasi umum, baik mobil dan sepeda motor. 

Dalam perjalanan ke Kelimutu ada banyak objek dan atraksi wisata alam yang dapat dilihat seperti Kolam Renang Tirta di km 5 sebelah timur kota Ende,  Gua Jepang di Roworeke tepatnya di km  7, sungai/kali Wolowona, air terjun, jurang lembah dan hutan kemiri sepanjang pegunungan. 

Kita juga dapat menikmati pemandangan alam seperti pegunungan batu Cadas dan jurang di km 14 , serta Watugamba (batu bertulis) di Km 17. Kita  juga dapat  berhenti sejenak untuk melihat belut raksasa di desa tradisional Wolotolo

Perjalanan dapat diteruskan dengan menikmati pemandangan alam yang eksotik yaitu sawah berundak di desa Dile,  dan melihat batu berbentuk Perahu (Waturajo) dan kuburan tradisional (Rate Laki) kemudian menuju desa-desa tradisional seperti Saga, Kelikiku, Puutuga, dan Sokoria. 

Kembali ke rute ke Ende- Kelimutu dengan melewati desa tradisional Detubapa yang terkenal dengan kebun contoh (agrowisata) di Km 29, kebun sayur, cengkeh dan sawah berundak sepanjang perjalanan sebelum dan sesudah Detusoko.

Di Detusoko kita dapat menginap di Wisma Santo Fransiskus dan menikmati sumber air panas Koka, mengunjungi Gua Maria, desa tradisional dan Gereja tua dan desa wisata Detusoko Barat.

Dalam perjalanan ke Nduaria, kita dapat mengunjungi desa tradisional Wologai, melihat Mumi di desa Nuaone serta melihat panorama indah Gunung Kelimutu dari kejauhan. 

Kita juga dapat membeli sayur-sayuran dan buah-buahan lokal seperti pisang beranga, alpukat, jeruk, markisa di pasar tradisional Nduaria sekaligus mengunjungi desa tersebut, lanjut ke desa Nuamuri dan menikmati keindahan alamnya dan air terjun Lia Kutu serta kebun contoh sayur dan buah miliknya Almh. dr. Regina.

Di Moni (Koanara) kita dapat menginap di hotel-hotel dan homestay seperti Daniel Lodge, Sao Ria Wisata Bungalow, Hotel Flores, Arwanty Homestay, Amina Moe Homestay, dan penginapan lainnya.

Untuk menyaksikan sunrise dan keajaiban danau tiga warna Kelimutu, kita harus bersiap-siap menjelang subuh. Sekitar pukul 04.00 Witeng, kita dapat berjalan kaki (hiking) atau menyewa kendaraan sambil menikmati pemandangan alam sepanjang perjalanan. 

Memasuki kawasan Kelimutu, pengunjung diharuskan membeli karcis masuk di pos jaga Taman Nasional Kelimutu di Manukako. Pos jaga ini juga berfungsi sebagai pos pemantau gunung berapi. 

Pengunjung dapat memperoleh informasi tentang Kelimutu dan meminta pemandu wisata. Di sekitar danau ada tempat pelataran  parkir kendaraan dan juga para pedagang dari UMKM setempat. Ada juga Gua Belanda.

Selanjutnya menyusuri jalan setapak sepanjang pegunungan, lembah dan jurang yang dikelilingi hutan dan bunga di sekitarnya seperti Edelweis dan cemara gunung, melihat batu alam khas gunung berapi. 

Terdapat pula spesies burung yaitu burung gerugiwa yang dapat meniru dan merubah nada suaranya sebanyak 12 kicauan yg berbeda, juga kera atau monyet sepanjang jalan setapak sampai ke danau Kelimutu.

Di puncak gunung Kelimutu, kita dapat menikmati sunrise dan keajaiban tiga kawah danau dari tugu pengamatan tertinggi serta mengagumi keindahan danau tersebut.

Dalam perjalanan pulang kita dapat berhenti sejenak untuk mengunjungi sumber air panas Waturaka, Kolorongo dan Lia Sembe juga air terjun Marundao Moni. 

Di Moni kita dapat melihat kampung tradisional, berbagai atraksi seni tari tradisional dan membeli souvenir berupa kerajinan tenun ikat yang selama ini sangat menunjang masyarakat setempat dalam meningkatkan pendapatan dan menambah khasanah budaya.

Next rute 2 sampai 5 di tulisan berikutnya.....trimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun