Sesaat setelah menikah seorang laki-laki disematkan pangkat kepala keluarga. Laki-laki diberikan tanggung jawab dan wewenang untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan mengatur kehidupan rumah tangga.Â
Sementara seorang istri ditugaskan untuk melayani, mengasuh, dan merawat. Sehingga kedua gender tersebut sejak awal dituntut untuk dapat melakukan perannya masing-masing dan dianggap tabu bila keluar dari batas otoritasnya.
Hal ini tidak hanya merugikan perempuan secara sepihak melainkan juga bagi laki-laki. Seorang perempuan tidak diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan dan seorang istri dituntut untuk patuh terhadap suami.Â
Sementara pada laki-laki akan dianggap buruk apabila tidak dapat mengemban tanggung jawab yang disebutkan tadinya. Hal ini dapat menuntun pada masalah yang lebih besar seperti kasus bunuh diri dan transgender. Namun hal tersebut tidak akan dibahas lebih lanjut.
Usaha perlawanan
Kata ‘patriarki’ pasti lekat dengan kata ‘feminisme’. Feminisme merupakan gerakan yang memperjuangkan kesetaraan gender. Gerakan ini sudah banyak sekali aksi perwujudannya seperti pembangunan komunitas. Contohnya adalah Poetri Mardika, Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia, PWAG Indonesia, Jakarta Feminist, dan masih banyak lagi. Komunitas tersebut aktif dalam menyuarakan kesetaraan gender dan hak-hak sebagai perempuan.Â
Usaha dari feminisme masih berlanjut hingga saat ini melalui dunia digital seperti postingan pada media sosial youtube, twitter, instagram, dll. Perjuangan itu semua bukan hal yang sia-sia melainkan membuahkan hasil nyata berupa pengesahan UU no 12 tahun 2022 yang berisi tentang tindak pidana kekerasan seksual.Â
Namun sayangnya usaha feminisme tidak sepenuhnya berjalan dengan baik. Sebab pada era modern ini feminisme mulai menuju pada gerakan yang diarahkan untuk membenci dan merendahkan laki-laki. Hal ini menjadi masalah karena menyimpang dari tujuan awal feminisme yaitu kesetaraan gender dan emansipasi wanita.Â
Gerakan ini pada akhirnya menjadi ‘senjata makan tuan’ karena dengan adanya berbagai pihak yang menyuarakan kebencian pada kaum laki-laki dan berusaha playing victim membuat dukungan untuk gerakan feminisme berkurang.Â
Sebelumnya dari kedua pihak sudah mendukung gerakan ini, bahkan ada komunitas berisikan laki-laki yang mendukung gerakan feminisme yaitu ALB (Anak Laki-Laki Baru), namun karena aksi dari beberapa oknum ini membuat dukungan pada gerakan feminisme berkurang. Beberapa orang ada yang menjadi tidak mendukung dan sebagian besar menjadi setuju dengan feminisme tapi tidak dengan aksinya.Â
Kesimpulan
Patriarki merupakan ideologi berkembang di masyarakat yang harus dituntaskan karena berujung pada kekerasan, pelecehan seksual pada perempuan, dan stereotip gender. Beberapa pihak pun telah berusaha melakukan gerakan untuk mengentaskan praktek patriarki. Meskipun belum tercabut sampai akarnya, tetapi kita sudah dapat melihat peran perempuan dalam berbagai aspek di masyarakat. Tetapi kembali perlu diingat bahwa membutuhkan kedua pihak untuk melawan budaya patriarki. Jadi
it’s men and women vs patriarchy, not men vs women.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H