Mohon tunggu...
Bernardus Marcello Agieus
Bernardus Marcello Agieus Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia

Ingin menyampaikan isi kepala saya dalam bentuk tulisan agar dapat menjadi bahan diskusi bersama manusia lainnya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

mala/taka

21 Januari 2024   21:56 Diperbarui: 22 Januari 2024   13:34 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Selamat datang di Betamaret! Selamat berbelanja!"

Sambutan khas salah satu minimarket terkenal di ibu kota itu menyambut kedatangan dua calon pembeli yang sebenarnya mereka tidak berniat membeli apa pun, namun hanya berteduh dari guyuran hujan deras malam ini.

"Alyna, aku suka susu ini."

"Aku juga. Aku suka yang rasa kopi."

"Rasa kopi? Kenapa nggak langsung beli kopi aja? Dan kenapa ya bukan kopi rasa susu?" tanya suami Alyna sembari mengikuti istrinya berjalan ke arah kasir, tidak menanggapi pertanyaannya. Begitu lah suami Alyna, dirinya memang lebih tua dan dewasa dari Alyna, namun jika sudah bertemu dengan istrinya, lelaki itu berubah wujud menjadi seorang bocah berusia 9 tahun dengan berjuta-juta pertanyaan di luar nalar.

Setelah hampir 15 menit menunggu sambil menikmati susu favorit masing-masing, hujan mulai reda perlahan. Mereka bergegas mengambil payung untuk melanjutkan perjalanan pulang ke rumah untuk beristirahat setelah berjalan kaki berkeliling sekitar komplek mencari tempat makan malam. Pasangan ini memang sangat suka bepergian dengan jalan kaki dan transportasi umum. Azka mengambilkan payung warna hitam milik Alyna, dan warna biru miliknya. 

Terlepas dari cuaca, malam itu sesungguhnya menyenangkan bagi mereka. Di sekitar jalan raya dekat rumah mereka terdapat banyak warung makan baru, padahal sudah bertahun-tahun, bahkan sejak Azka dan Alyna pertama kali kenal 5 tahun lalu, warung makan di sekitar daerah itu tidak pernah bertambah dan justru berkurang. 

Namun malam ini sungguh terasa seperti Festival Kuliner Nusantara dan mereka dapat mencoba berbagai makanan baru. "Makanya jangan dicoba semua warungnya, kenyang kan?" canda Azka kepada istrinya yang kesulitan berjalan sambil mengeluh terlalu kenyang, tapi tak lama kemudian, Alyna tiba-tiba berhenti berjalan. Ia mendengar ada suara kucing.

"meaow"

Suara kucing itu terdengar lagi, kali ini Azka juga mendengarnya dan langsung mencari dimana letak kucing itu di tengah gerimis hujan. Mereka berdua memang pecinta kucing. Tidak butuh waktu lama, mereka menemukan seekor kucing kecil berwarna coklat di bawah bangku taman. Kucing ini terlihat lemah karena basah kuyup hujan, dan kotor. "Ayo kita bawa pulang aja, kasihan," ujar Alyna setelah memeriksa tidak ada kalung atau tanda pengenal yang melekat di tubuh si kucing. Azka setuju, lagipula kucing mereka di rumah juga sendirian dan butuh teman baru.

Sesampainya di rumah, mereka lanjut memandikan si kucing dan mengeringkannya dengan handuk. Sebuah mangkok berisi makanan kucing juga langsung tersedia di depan sang kucing.

"Kita beri nama siapa?" tanya Azka.

"Mala," jawab Alyna tanpa berpikir Panjang.

"Kenapa?"

"Karena kita ketemu Mala di waktu malam, tapi malamnya belum selesai. Jadi, m nya dikurangi satu," jelas Alyna dengan tersenyum, yang sebenarnya asal menjawab saja supaya suaminya tidak lanjut bertanya.

"Kalau gitu, kenapa bukan Alam? Kan, m nya juga dikurangi satu," balas Azka sambil menjulurkan lidahnya dan semakin membuat heran sang istri. Bagaimana bisa suaminya meraih gelar doktor di usia 26 tahun namun memiliki kualitas guyonan seperti ini?

Setelah dikeringkan dengan handuk, Mala terlihat cantik dengan bulu cokelat lebatnya yang mengembang disertai bintik-bintik hitam dan kedua matanya yang kuning bulat seperti cahaya bulan malam ini, setelah hujan berhenti. Kini, Alyna berlanjut menyisir bulu lebat Mala sembari sekali-kali mencium muka Mala karena gemas. Ketika sedang menyisir, Alyna tidak sengaja melihat ada sebuah tulisan berisi rangkaian angka di bagian dalam telinga Mala. Ia lekas memanggil Azka.

"Yang jelas, ini bukan nomor telepon sih. Disini hanya ada 6 nomor. Apa togel ya?" respon Azka yang tentunya memancing cubitan Alyna. Pasangan ini masih kebingungan mencari arti angka tersebut, sembari membuka media sosial untuk mencari info kehilangan kucing. Nihil, tidak ada info kucing hilang dalam beberapa waktu terakhir di daerah mereka.

Hingga malam berakhir, rangkaian angka itu masih menjadi pertanyaan bagi Alyna dan Azka. Namun mereka berusaha mengabaikannya dan memilih istirahat, membiarkan Mala dan misterinya bermalam di rumah mereka hari ini.

--

10 jam sebelumnya...

"DOR! DOR!"

"Cepat lari ke ruangan bawah tanah!"

"Selamatkan Pak Lik!"

Teriakan demi teriakan dan suara tembakan peluru menjadi latar suara sebuah komplek apartemen elit di daerah selatan ibu kota pada siang hari ini. 

Tak banyak yang tahu, bahwa apartemen itu sejatinya bukan lah sebuah apartemen biasa. Dari banyaknya tower dalam komplek itu, hanya ada satu yang ditinggali bagaikan istana, tepat berada di tengah area komplek apartemen, dan gedung-gedung di sekitarnya berfungsi sebagai benteng pertahanan dengan sistem keamanan terkini dan super canggih. Komplek apartemen ini adalah markas sekaligus tempat tinggal salah satu keluarga terkaya di dunia. Kekayaan mereka tidak tercatat di mana pun, bahkan apartemen ini bukan diatasnamakan salah satu anggota keluarga mereka. Keluarga ini mengendalikan perekonomian dan juga pemerintahan negara, dari balik bayangan. 

Tidak ada satu pun kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan tanpa persetujuan dari sang kepala keluarga, Samuel Cargoeli, atau biasa disapa Pak Lik. Dalam situasi normal, Keluarga Lik tidak memiliki musuh di dalam kawasan. Tidak ada yang mampu menandingi kekuatan Keluarga Lik. Jika sekali pun ada yang berani menantang, pihak musuh harus bersiap kehilangan seluruh sumber daya nya untuk mengalahkan keluarga ini.

Namun pada siang hari ini, keamanan Keluarga Lik berhasil dijebol. Perang antar keluarga bayangan sangat jarang terjadi pada siang hari, utamanya agar tidak diketahui oleh masyarakat dan menimbulkan kegaduhan. Stabilitas ekonomi dan politik adalah hal yang sangat penting dalam bisnis. 

Tetapi siang ini menjadi pengecualian, tepatnya setelah pagi tadi anak tunggal sekaligus penerus dinasti Keluarga Lik, Hareda Cargoeli, mengumumkan melalui surat edaran kepada seluruh Keluarga Bayangan di kawasan bahwa mereka akan fokus mengembangkan ekonomi hijau untuk mengatasi krisis iklim yang terjadi akhir -akhir ini. Hal ini berarti akan dikeluarkannya kebijakan (melalui pemerintah) untuk menghentikan segala aktivitas pertambangan secara bertahap dan memulai peralihan energi terbarukan secara masif. Dalam surat edaran itu, Hareda juga menyampaikan bahwa mereka akan menghentikan pendanaan kepada segala bentuk bisnis yang mengeksploitasi alam di kawasan. 

Pengumuman ini sejatinya sudah diisukan sejak lama dan mendapat banyak penentangan oleh hampir seluruh Keluarga Bayangan di kawasan, karena sebagian besar bisnis mereka berpusat pada sektor pertambangan. Sejak awal diisukan, para kepala Keluarga Bayangan di kawasan yang menentang kebijakan ini berkumpul dan setuju untuk membentuk aliansi melawan Keluarga Lik. Persiapan perang sudah dilakukan sejak lama dan kini telah tiba saatnya, secara tiba-tiba, ketika separuh keluarga Lik terbang ke seluruh provinsi di kawasan dengan tujuan mengamankan situasi, yang tentunya menjadi sia-sia, karena tanpa disadari sebagian besar pasukan aliansi Keluarga Bayangan kawasan sudah bersiap diri di ibu kota untuk perang.

"BRAK! BRAK!" para pasukan aliansi Keluarga Bayangan telah memasuki area utama komplek setelah bertarung habis-habisan melawan sisa pasukan Keluarga Lik dan berusaha mendobrak pintu utama. "BOOM!" sebuah bom akhirnya diledakkan untuk membuka pintu tersebut.

Sementara itu, Hareda sudah berada di ruangan bawah tanah, pusat kendali Keluarga Lik, untuk menyelamatkan ayahnya. Betapa terkejutnya Hareda ketika melihat ayahnya itu justru dengan santai membuat teh hangat dan mengajaknya untuk duduk sejenak. "Papa, kita tidak punya waktu untuk ini," teriak Hareda dengan nada tinggi. "Hareda... Papa tidak butuh waktu." jawab Pak Lik. Apa maksudnya? Kenapa tidak butuh waktu? Kenapa minum teh di tengah-tengah salah satu perang terbesar dalam sejarah Keluarga Bayangan? Berbagai pertanyaan muncul dari kepala Hareda.

"Selamatkan Taka. Mereka tidak mencari Papa." ujar Pak Lik sambil menunjuk foto Keluarga Lik dengan kucing-kucing kesayangan Pak Lik. "Taka dan kucing-kucing lainnya sudah Papa keluarkan dari komplek sejak awal mereka datang. Kini, menjadi tugasmu untuk mencari Taka dan memimpin keluarga ini."

Hareda mengernyitkan dahi, jantungnya berdetak cepat, dan tidak dapat berkata apa pun.

"Segera lah berlari keluar komplek ini melalui pintu rahasia. Cari Taka. Papa akan menahan musuh disini. Jangan percaya kepada siapa pun, tidak ada yang bisa dipercaya dalam situasi sekarang. Jangan serahkan Taka kepada siapa pun, kecuali kepada seorang ini." Pak Lik kemudian memberikan sebuah kertas berisikan koordinat. "Tapi sebelumnya, mari menikmati secangkir teh hangat bersama Papa untuk yang terakhir kalinya." Hareda mengikuti perintah ayahnya itu, karena ia percaya rencana ini adalah keputusan yang terbaik, sekaligus setuju untuk minum teh sebagai kesempatan terakhir bertemu ayahnya.

Seusai minum teh, Hareda segera menuju toilet di ujung ruangan. Sebelum masuk ke dalam toilet, ia menoleh ke arah ayahnya dan menganggukkan kepala, dibalas oleh senyuman Pak Lik. Ia kemudian menutup pintu toilet dan menekan tombol flush kloset selama tiga kali. Seketika lantai di bawah Hareda terbuka dan ia terjatuh ke dalam sebuah terowongan bawah tanah. Hareda menoleh ke atas dan lantai tempat ia berpijak tadi sudah tertutup Kembali secara otomatis, hal ini berarti dapat memperlambat musuh menemukan terowongan rahasia ini dan dirinya.

Hareda kini berada di ujung terowongan setelah berjalan lebih dari 2 jam. Ia menaiki tangga tersebut dan membuka pintu terowongan di atas kepala nya. "Oh, ini luar biasa." respons Hareda setelah menyadari bahwa terowongan tadi menghubungkannya dengan sebuah bengkel modifikasi kendaraan angkutan umum, salah satu usaha legal milik Keluarga Lik, yang tercatat sebagai milik salah satu tukang kebun setia Keluarga Lik. Tanpa ada yang mengetahui, bengkel ini juga menjadi garasi bagi koleksi mobil-mobil Keluarga Lik yang terletak di bawah tanah.

"Selamat siang, Pak Lik. Kita langsung saja ke ruangan." ucap Kinan, Kepala Bisnis Keluarga Lik, salah satu orang yang paling dipercaya di Keluarga Lik sekaligus teman baik Hareda. Hareda tidak mempermasalahkan ia dipanggil Pak Lik, karena itu adalah panggilan bagi siapa pun yang menjadi kepala Keluarga Lik. "Pak Lik sudah menghubungimu, ya?" tanya Hareda, memastikan. "Iya, sudah. Aku turut berduka cita." jawab Kinan. "Terima kasih, tapi kita tidak punya waktu untuk berduka cita. Aku sudah punya rencana. Kamu masih punya kenalan mafia pedagang kaki lima itu, kan?" tanya Hareda yang langsung dibalas senyuman oleh Kinan, menandakan bahwa dirinya paham apa rencana Hareda --- meski belum ia jelaskan satu kata apa pun.

Kinan kemudian langsung menghubungi seluruh mafia pedagang kaki lima di seantero ibu kota. Hareda meminta para mafia tersebut membuka warung-warung baru di seluruh ibu kota secepat mungkin, dengan upah bayaran sepuluh kali lipat dari biaya membuka warung-warung tersebut. Hareda juga menghubungi Arief, Komandan Pasukan Keluarga Liek, yang sedang dalam perjalanan kembali ke ibu kota usai tertipu menghampiri provinsi-provinsi di kawasan. Hareda memerintahkan Arief untuk segera menyebarkan pasukan yang tersisa untuk berkamuflase menjadi pedagang dan pembeli di warung-warung baru yang akan dibuka tersebut untuk mencari Taka --- seekor kucing kecil dengan bulu cokelat lebat yang mengembang disertai bintik-bintik hitam dan kedua bola mata berwarna kuning bulat seperti cahaya bulan, yang ternyata akan menemukan rumah barunya malam nanti.

bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun