"Cepat lari ke ruangan bawah tanah!"
"Selamatkan Pak Lik!"
Teriakan demi teriakan dan suara tembakan peluru menjadi latar suara sebuah komplek apartemen elit di daerah selatan ibu kota pada siang hari ini.Â
Tak banyak yang tahu, bahwa apartemen itu sejatinya bukan lah sebuah apartemen biasa. Dari banyaknya tower dalam komplek itu, hanya ada satu yang ditinggali bagaikan istana, tepat berada di tengah area komplek apartemen, dan gedung-gedung di sekitarnya berfungsi sebagai benteng pertahanan dengan sistem keamanan terkini dan super canggih. Komplek apartemen ini adalah markas sekaligus tempat tinggal salah satu keluarga terkaya di dunia. Kekayaan mereka tidak tercatat di mana pun, bahkan apartemen ini bukan diatasnamakan salah satu anggota keluarga mereka. Keluarga ini mengendalikan perekonomian dan juga pemerintahan negara, dari balik bayangan.Â
Tidak ada satu pun kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan tanpa persetujuan dari sang kepala keluarga, Samuel Cargoeli, atau biasa disapa Pak Lik. Dalam situasi normal, Keluarga Lik tidak memiliki musuh di dalam kawasan. Tidak ada yang mampu menandingi kekuatan Keluarga Lik. Jika sekali pun ada yang berani menantang, pihak musuh harus bersiap kehilangan seluruh sumber daya nya untuk mengalahkan keluarga ini.
Namun pada siang hari ini, keamanan Keluarga Lik berhasil dijebol. Perang antar keluarga bayangan sangat jarang terjadi pada siang hari, utamanya agar tidak diketahui oleh masyarakat dan menimbulkan kegaduhan. Stabilitas ekonomi dan politik adalah hal yang sangat penting dalam bisnis.Â
Tetapi siang ini menjadi pengecualian, tepatnya setelah pagi tadi anak tunggal sekaligus penerus dinasti Keluarga Lik, Hareda Cargoeli, mengumumkan melalui surat edaran kepada seluruh Keluarga Bayangan di kawasan bahwa mereka akan fokus mengembangkan ekonomi hijau untuk mengatasi krisis iklim yang terjadi akhir -akhir ini. Hal ini berarti akan dikeluarkannya kebijakan (melalui pemerintah) untuk menghentikan segala aktivitas pertambangan secara bertahap dan memulai peralihan energi terbarukan secara masif. Dalam surat edaran itu, Hareda juga menyampaikan bahwa mereka akan menghentikan pendanaan kepada segala bentuk bisnis yang mengeksploitasi alam di kawasan.Â
Pengumuman ini sejatinya sudah diisukan sejak lama dan mendapat banyak penentangan oleh hampir seluruh Keluarga Bayangan di kawasan, karena sebagian besar bisnis mereka berpusat pada sektor pertambangan. Sejak awal diisukan, para kepala Keluarga Bayangan di kawasan yang menentang kebijakan ini berkumpul dan setuju untuk membentuk aliansi melawan Keluarga Lik. Persiapan perang sudah dilakukan sejak lama dan kini telah tiba saatnya, secara tiba-tiba, ketika separuh keluarga Lik terbang ke seluruh provinsi di kawasan dengan tujuan mengamankan situasi, yang tentunya menjadi sia-sia, karena tanpa disadari sebagian besar pasukan aliansi Keluarga Bayangan kawasan sudah bersiap diri di ibu kota untuk perang.
"BRAK! BRAK!" para pasukan aliansi Keluarga Bayangan telah memasuki area utama komplek setelah bertarung habis-habisan melawan sisa pasukan Keluarga Lik dan berusaha mendobrak pintu utama. "BOOM!" sebuah bom akhirnya diledakkan untuk membuka pintu tersebut.
Sementara itu, Hareda sudah berada di ruangan bawah tanah, pusat kendali Keluarga Lik, untuk menyelamatkan ayahnya. Betapa terkejutnya Hareda ketika melihat ayahnya itu justru dengan santai membuat teh hangat dan mengajaknya untuk duduk sejenak. "Papa, kita tidak punya waktu untuk ini," teriak Hareda dengan nada tinggi. "Hareda... Papa tidak butuh waktu." jawab Pak Lik. Apa maksudnya? Kenapa tidak butuh waktu? Kenapa minum teh di tengah-tengah salah satu perang terbesar dalam sejarah Keluarga Bayangan? Berbagai pertanyaan muncul dari kepala Hareda.
"Selamatkan Taka. Mereka tidak mencari Papa." ujar Pak Lik sambil menunjuk foto Keluarga Lik dengan kucing-kucing kesayangan Pak Lik. "Taka dan kucing-kucing lainnya sudah Papa keluarkan dari komplek sejak awal mereka datang. Kini, menjadi tugasmu untuk mencari Taka dan memimpin keluarga ini."