Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

JK Ungkapkan Penyebab Tingginya Harga Tiket Pesawat dan Saatnyalah Pemerintah Bertindak

14 Februari 2019   04:29 Diperbarui: 14 Februari 2019   04:37 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Sudah sekitar dua bulan harga tiket pesawat udara masih tetapi tinggi. Selain harga tiket yang masih tinggi, beberapa maskapai penerbangan juga menerapkan bagasi berbayar.

Diperoleh juga informasi, akibat tingginya harga tiket tersebut, beberapa kali penerbangan ditunda dan beberapa bandara juga mulai merasakan sepinya penumpang.

Di sisi lain jumlah pengguna kapal laut menjadi meningkat.

Harian Waspada Medan (13/2/2019) melaporkan jumlah penumpang kapal KM Kelud yang berlayar dari Belawan - Batam - Tanjung Periuk mengalami kenaikan penumpang hingga 100 persen .

Menurut Kepala Operasional PT Pelni Medan Irwansyah peningkatan penumpang itu terutama untuk jurusan Batam. Penumpang tujuan Batam sekitar 80 persen dari total penumpang ujarnya .

Dijelaskannya, sebelum adanya kenaikan tiket dan bagasi berbayar pesawat, jumlah penumpang KM Kelud pada waktu normal sekitar 1.000-an orang dan sekarang menjadi 2.000-an.

Seorang penumpang kapal laut yang diwawancarai Harian Waspada menyatakan ,dampak kenaikan harga tiket dan bagasi pesawat menyebabkan ia mulai beralih menggunakan jasa kapal laut untuk mengangkut barang dagangannya.

Menurut Rosa Naibaho, pedagang yang diwawancarai Harian Waspada itu, kebijakan Pemerintah untuk menurunkan tarif bagasi pesawat sangat dibutuhkan agar pergerakan barang dari Sumut menuju Batam cepat.

Kita telah mendengar berbagai keluhan masyarakat berkaitan dengan kenaikan harga tiket pesawat ini.

Pergerakan barang menjadi terlambat dan biaya yang dibutuhkan juga semakin besar. Begitu juga halnya kenaikan harga tiket pesawat ini diperkirakan akan memengaruhi perkembangan industri Pariwisata domestik.

Publik juga berhak menjadi tahu apa sesungguhnya penyebab kenaikan tiket pesawat ini .Beragam informasi atau pendapat juga mengemuka. Ada yang menyebut karena harga avtur yang tinggi. Ada yang menyebut karena adanya kartel yang menguasai penerbangan domestik.

Tetapi Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan tingginya harga tiket pesawat bukan karena adanya kartel.

Menurut Wapres yang berlatar belakang pengusaha itu ,kenaikan tarif tiket pesawat disebabkan oleh adanya persaingan tidak sehat antar maskapai yang sebelumnya berlomba menjual tiket penerbangan dengan harga murah (Harian Waspada Medan, 13/2/2019).

Jusuf Kalla menjelaskan, menjual tiket penerbangan komersial dengan harga murah memang menguntungkan dengan mendapat banyak penumpang.

Namun keuntungan itu hanya berlaku dalam jangka pendek. Untuk jangka panjang akan timbul berbagai masalah yang dihadapi oleh maskapai penerbangan itu .

Kalla menjelaskan, sejumlah maskapai berbiaya murah akhirnya menutup perusahaan karena tidak lagi mampu membayar biaya operasional.

Ia juga memberi contoh beberapa perusahaan penerbangan berbiaya murah yang akhirnya menutup perusahaannya itu seperti, Batavia, Adam Air, Merpati, dan Mandala.

Selanjutnya Kalla mengatakan akibat persaingan usaha tidak sehat itu ,industri transportasi udara Indonesia didominasi antara lain dua perusahaan besar ,yakni PT Garuda Indonesia (Persero) dan PT Lion Mentari Airlines. Adapun Pemerintah ada pada posisi sebagai regulator.

Kemudian Wapres menyarankan ,untuk menghindari kepanikan masyarakat dalam menghadapi kenaikan harga tiket pesawat, ia meminta seluruh perusahaan penerbangan untuk duduk bersama dan menentukan biaya tetap operasional.

Muncul pertanyaan, andainya maskapai penerbangan itu duduk bersama, bisakah mereka menyetujui sebuah formula sehingga tarif penerbangan tidak lagi tinggi?

Apakah tidak sebaiknya, Pemerintah sebagai regulator lah yang mengajak maskapai itu untuk duduk bersama dan kalau diperlukan Pemerintah dapat "memaksa" para maskapai itu untuk mengambil kata sepakat tentang tarif ideal yang tidak memberatkan masyarakat.

Menurut pendapat saya ,sudah tiba masanya Pemerintah turun tangan karena tarif penerbangan yang tinggi ini sudah mulai meresahkan masyarakat.

Terlebih-lebih sekarang kita berada pada tahun politik maka tarif penerbangan tinggi ini akan bisa memberi pengaruh terhadap tingkat elektabilitas Jokowi.

Kalau tarif penerbangan masih tetap tinggi maka masyarakat bisa beranggapan ada sesuatu yang tidak beres dalam pengelolaan transportasi di negeri ini .Bukankah dari beberapa bandara di Indonesia ,lebih murah terbang ke Jakarta via Kuala Lumpur ketimbang menggunakan rute domestik .

Masyarakat akan bertanya mengapa hal yang demikian bisa terjadi .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun