Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pada Usianya ke-93 Mengapa NU Masih Banyak Dihujat Kelompok Islam?

1 Februari 2019   21:16 Diperbarui: 1 Februari 2019   21:22 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamis, 31 Januari 2019, bertempat di Plenary Hall Jakarta International Convention Center (JICC) diselenggarakan acara peringatan Hari Lahir (HARLAH) Nahdlatul Ulama (NU) ke-93.

Pada acara tesebut hadir Presiden Joko Widodo yang didampingi oleh Menkopolhukam Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin ,Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU dalam pidato ulang tahunnya menegaskan kembali bahwa Nahdlatul Ulama sejak kelahirannya tidak pernah punya niat untuk mendirikan Darul Islam atau Negara Islam. Menurut nya yang diinginkan NU adalah sebuah negara yang damai yaitu Darussalam.

Ketua Umum PBNU itu juga menyatakan, warga NU mendoakan semoga Bapak Jokowi sukses dalam melaksanakan tugas. Secara berseloroh, Said Aqil mengatakan, "saya bukan kampanye".

Presiden Jokowi dalam sambutannya menyatakan selalu merasa adem kalau hadir bersama para Kiai dan Jamiah Nahdlatul Ulama.

Selanjutnya Kepala Pemerintahan kita itu menilai ,komitmen keagamaan sekaligus kebangsaan warga NU tidak perlu dikhawatirkan. Jokowi mengharapkan agar NU tetap menjaga persatuan bangsa.

Seperti diketahui organisasi Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya pada 31 Januari 1926. Beberapa ulama yang tercatat sebagai pendiri organisasi ini antara lain Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahab Chasbullah.

Dalam usianya menjelang satu abad ini, pada tempatnyalah untuk mencermati ,mengapa  NU sering dihujat oleh sekelompok Umat Islam.

Untuk menjawab pertanyaan ini, saya mencoba melihatnya dari perspektif NU. Artinya tokoh-tokoh NU menyadari, bahwa organisasi dan tokohnya dihujat oleh karena sikap dan pandangan yang dimiliki nya terutama berkaitan dengan sikap kebangsaan yang mungkin tidak disukai oleh kalangan tertentu.

Dalam berbagai literatur NU, maupun berdasarkan uraian tokoh - tokoh NU terutama oleh Ketua Umumnya Said Aqil Siroj ,sering digambarkan bagi NU, keislaman dan ke-Indonesia-an itu harus dibaca dalam satu tarikan nafas.

Ditilik dari sejarahnya, sebelum negara Indonesia berdiri para ulama NU telah menautkan sikap keislaman dengan semangat ke-Indonesia-an .

Semangat mencintai Indonesia itu antara lain tercermin dari ungkapan, "Hubbul Wathon, minal Iman", cinta tanah air adalah sebahagian dari iman.

Pada awalnya ,saya dan mungkin banyak yang lain, beranggapan bahwa ungkapan itu merupakan hadis nabi. Tapi ternyata, ungkapan tersebut berasal dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahab Chasbullah.

Kemudian juga sekarang ini dalam setiap acara resmi NU, selain lagu Kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan juga lagu "Ya lal Wathon" yang pada keseluruhan isinya menggambarkan kecintaan kepada Indonesia.

Syair dalam bahasa Arab lagu itu menyatakan, Indonesia Biladi, Indonesia Tanah Airku. Lagu ini diciptakan oleh KH Wahab Chasbullah pada tahun 1935.

Rangkaian sejarah yang menunjukkan adanya kaitan sikap keislaman dan sikap ke-Indonesia-an telah melahirkan prinsip dasar pada NU bahwa keislaman dan ke-Indonesia-an tidak saling bertentangan bahkan justru saling memperkuat.

Dalam kaitan yang demikian jugalah maka menurut NU, untuk menjaga ke-Indonesia-an itu dibutuhkan berbagai sikap dasar dari setiap warga negara ,seperti toleransi atau tasamuh ,sikap berbagi dan saling menghargai.

Dalam konteks menjaga sikap kebangsaan itu juga lah, NU telah mengakui Pancasila sebagai dasar negara sehingga setiap upaya untuk menggantikan dasar negara itu akan ditentang dengan keras NU.

Karenanya tidak mengherankan apabila ada elemen atau kelompok Ummat Islam di negeri ini yang ingin mengganti dasar negara, maka kelompok tersebut akan tidak nyaman dengan NU karena organisasi yang berdiri di Surabaya itu akan menjadi garda terdepan untuk menghadangnya .

Begitu juga apabila ada sekelompok Umat Islam yang ingin mengganti bentuk pemerintahan misalnya menjadi kekhalifahan maka jelas NU akan menentang dan menghadapinya .

Bagi NU Pancasila dan NKRI adalah harga mati.

Selanjutnya alasan lain bagi sekelompok Ummat Islam menghujat NU. karena secara institusi ,organisasi ini tidak ikut berperan serta pada Aksi - Aksi Bela Islam menjelang Pilkada DKI 2017.

Sikap NU yang demikian telah memunculkan hujatan yang cukup besar terutama melalui media sosial.

Pada masa itu, mengemuka kata kata kasar kepada NU dan juga kepada Said Aqil Siroj.

Kemudian sekarang ini hujatan terhadap NU itu terasa semakin kuat oleh karena organisasi ini telihat berpihak kepada pasangan Jokowi - Ma'ruf Amin.

Bagi Ummat Islam yang tidak mendukung pasangan capres 01 itu maka sikap NU yang demikian langsung dianggap nya sebagai sikap politik  yang bermusuhan.

Banyak orang yang belum bisa membedakan ,mana sikap keagamaan dan yang mana sikap kebangsaan.

Bahkan tidak jarang terjadi, banyak elemen masyarakat yang menggunakan simbol simbol agama untuk memenangkan pertarungan demokrasi .Banyak elemen masyarakat menggunakan idiom-idiom agama untuk meraih kepentingan politik sesaat.

Selanjutnya pernah juga muncul topik pada sebuah diskusi, mengapa hujatan kepada NU ini kadang terasa diluar batas kewajaran. Banyak hujatan itu sudah diluar kerangka Ukhuwah Islamiyah.

Salah satu jawaban untuk pertanyaan yang demikian karena di negeri ini sekarang ini ada faham Takfiri.

Menurut paham ini,Umat Islam yang benar itu hanya kelompoknya sedang kan kelompok Ummat Islam yang lain masuk pada golongan kafir.

Oleh karena kelompok Umat Islam yang diluar dirinya itu, dikategorikannya sebagai kafirlah maka mereka tidak merasa sungkan untuk menghujat NU beserta ulamanya, karena menurut mereka jamaah organisasi yang didirikan Hadratussyekh Hasyim Asy' ari itu merupakan golongan kafir.

Konsistensi atau sikap Istiqomah NU yang selalu ingin menyatukan semangat keislaman dan semangat kebangsaan ,sering membuat organisasi itu jadi sasaran hujatan justru yang datang dari kelompok Ummat Islam.

Untuk sahabat - sahabat NU ,ayo kita rapatkan terus barisan untuk lebih mencintai negeri ini.

Jangan merasa patah semangat atau berkecil hati. Kita tidak hanya sendiri, banyak saudara sebangsa, setanah air dan juga yang seagama yang saling bahu membahu untuk kemajuan negeri ini.

Panjang Umurnya Nahdlatul Ulama.

Jakarta, 31 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun