Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Ada yang Mulai Panik Anggap Jan Ethes sebagai "Jurkam"?

30 Januari 2019   18:14 Diperbarui: 31 Januari 2019   11:16 1810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu sebelum punya cucu, saya menganggap tindakan Pak Harto itu berlebihan. Ketika itu Pak Harto dan Ibu Tien tiba di Jakarta dari lawatannya di luar negeri. 

Begitu pintu pesawat yang membawa Kepala Negara terbuka langsung dua orang cucu orang kuat Indonesia itu menaiki tangga pesawat dan sang eyang yang masih berada di pintu itu menggendong cucunya. Waktu itu saya beranggapan tindakan itu perbuatan yang lebay, mengada-ada.

Saya berpikir, kalau memang rindu sekali sama cucu kan cucunya bisa nunggu di bawah. Dulu sebelum punya cucu, seseorang yang lebih tua sekitar 15 tahun datang bertandang ke kantor tempat saya bekerja. Sosok ini baru mengawinkan putrinya dua hari sebelumnya.

Apa kabar Bang, sapa saya. Kabar baik adinda jawabnya. Mengapa wajah abang terlihat suntuk kata saya. Kemarin kan kita sekeluarga kumpul di rumah karena ada pesta perkawinan ujarnya. 

Sekarang keluarga sudah kembali ke rumah masing - masing. Tadi abang baru ngantar cucu ke rumahnya maka terlihat abang agak suntuk katanya. Di mana rumah cucu abang tanya saya. Di Tanjung Sari adinda jawabnya. Saya hampir ngakak dengar jawabnya itu karena Tanjung Sari tempat cucunya tinggal itu masih berada di Medan sekitar 10 km dari rumahnya di Jalan Singamangaraja.

Dalam hati saya bergumam, sungguh lebay abang ini. Ngantar cucu nya saja ke rumahnya di Tanjung Sari, dia sudah merasa suntuk. Dulu sebelum punya cucu, saya merasa heran ketika pada acara Hari Anak Nasional, banyak sekali para kakek dan nenek yang sibuk mengikuti cucunya berbaris. 

Ada yang memotret, ada yang membawa makanan sedangkan orangtua para anak kecil itu tidak ikut pada kegiatan itu. Dalam hati saya bergumam, sungguh lebay para kakek dan nenek ini. Tetapi kini, sesudah punya 3 orang cucu, barulah saya menyadari betapa erat kaitan hubungan batin seorang kakek dengan cucunya. 

Sekarang sesudah punya 3 orang cucu, barulah saya menyadari cucu Pak Harto yang menaiki tangga pesawat itu merupakan sesuatu yang normal. Sekarang barulah saya menyadari mengapa abang yang tinggal di Jalan Singamangaraja itu terlihat berwajah suntuk karena baru ngantar cucunya ke Tanjung Sari. Sekarang sangat terasa nikmatnya bermain-main dengan cucu. Kawan - kawan yang punya cucu pun mengatakan hal yang sama. Bahkan mereka mengatakan sungguh nikmat "diperintah" oleh cucu.

Banyak juga teman sesama pensiunan bercerita, begitu menerima uang pensiun, langkah pertama yang dilakukan ialah mengajak cucu-cucu makan di restoran. Semua teman -teman itu juga mengatakan betapa indahnya bersenda gurau dengan cucu.

Dengan merasakan bagaimana enaknya berjalan dan bermain dengan cucu itu lah, saya memahami mengapa Jokowi sering mengajak Jan Ethes, cucunya berjalan-jalan di mal. 

Saya merasakan betapa kenikmatan yang dirasakan Jokowi ketika menggendong cucunya, bocah kecil anak dari Gibran Rakabuming Raka dengan Selvi Ananda itu. 

Melalui media sosial, keintiman Jokowi dengan cucunya itu dapat kita tonton. Tidak hanya keluarga Jokowi yang tertarik, nyatanya banyak juga warga yang tertarik nonton vlog atau YouTube yang bercerita tentang mantan Walikota Solo itu beserta Jan Ethes.

Sepanjang yang saya amati, putra Selvi Ananda itu disukai oleh banyak kalangan. Sewaktu berada di Medan, November 2017 dalam rangkaian kegiatan prosesi perkawinan Kahiyang - Bobby Nasution, nama Jan Ethes sering juga dipanggil-panggil oleh warga. Dan nyatanya Jan Ethes cukup populer. Episode demi episode kegiatannya bersama sang kakek ternyata ditonton oleh banyak orang.

Beberapa vlog seperti Gaya Hormat Jan Ethes Saat Jokowi Nyanyikan Indonesia Raya begitu juga vlog "Lucunya Jan Ethes Bermain dengan Jokowi" banyak ditonton oleh anggota masyarakat.

Di tahun politik seperti ini, sudah muncul kehawatiran sebahagian kalangan bahwa Jan Ethes, bocah kecil itu akan dimanfaatkan Jokowi sebagai "Juru Kampanyenya".

Terhadap pandangan yang demikian, saya berkata dalam hati hebat juga ya bocah yang lahir 10 Maret 2016 ini sudah dianggap oleh sebahagian kalangan sebagai "tim suksesnya"Jokowi.

Berita yang awalnya bisik -bisik yang menyatakan Jokowi memanfaatkan cucunya untuk kampanye sampai juga ke ketelinga ayah Gibran ini. Karenanya lah Presiden Joko Widodo angkat bicara mengenai sang cucu ,Jan Ethes Srinarendra yang dipersoalkan oleh para politikus oposisi. 

Kompas.com ( 30/1/2019) mewartakan Jokowi membantah apabila para politikus menyebut dirinya memotilisasi sang cucu demi kepentingan politik elektoral Pilpres 2019.

"Jan Ethes itu cucu saya. Enggak boleh saya ajak main? Enggak boleh saya antar ke toko? Enggak boleh saya ajak ke Kebun Raya? Enggak boleh kami sekeluarga diminta wawancara media TV? Enggak boleh?" kata Jokowi saat dijumpai di sela kegiatan panen udang di tambak Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (30/1/2019).

Saya tidak tahu persis ke siapa kata-kata itu ditujukan Jokowi. Tetapi Kompas.com mengutip Tribunnews.com yang menyebut politisi PKS Hidayat Nur Wahid mempertanyakan kepada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) terkait keterlibatan Jan Ethes didalam kegiatan Jokowi.

Kemudian Hidayat Nur Wahid mengingat ucapan Jan Ethes yang menyebut Jokowi sebagai artis. Lantaran itu, Hidayat Nur Wahid mempertanyakan kepada Bawaslu:

"Ini Jan Ethes yg pernah sebut @Jokowi, kakeknya sebagai "Artis" ya?  Tp Bgmn kalau ini jadi legitimasi pelibatan anak2 dlm kampanye?Bagaimana@Bawaslu _RI masih bisa berlaku adilkah? tulisnya.

Saya ingin membuat artikel khusus untuk menanggapi pertanyaan Hidayat Nur Wahid ini. Tetapi berkaitan dengan adanya kelompok yang khawatir Jan Ethes sudah terlibat dalam kampanye, saya hanya berkata dalam hati mungkin sudah ada yang panik.

Salam Pilpres! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun