Dulu sebelum punya cucu, saya menganggap tindakan Pak Harto itu berlebihan. Ketika itu Pak Harto dan Ibu Tien tiba di Jakarta dari lawatannya di luar negeri.Â
Begitu pintu pesawat yang membawa Kepala Negara terbuka langsung dua orang cucu orang kuat Indonesia itu menaiki tangga pesawat dan sang eyang yang masih berada di pintu itu menggendong cucunya. Waktu itu saya beranggapan tindakan itu perbuatan yang lebay, mengada-ada.
Saya berpikir, kalau memang rindu sekali sama cucu kan cucunya bisa nunggu di bawah. Dulu sebelum punya cucu, seseorang yang lebih tua sekitar 15 tahun datang bertandang ke kantor tempat saya bekerja. Sosok ini baru mengawinkan putrinya dua hari sebelumnya.
Apa kabar Bang, sapa saya. Kabar baik adinda jawabnya. Mengapa wajah abang terlihat suntuk kata saya. Kemarin kan kita sekeluarga kumpul di rumah karena ada pesta perkawinan ujarnya.Â
Sekarang keluarga sudah kembali ke rumah masing - masing. Tadi abang baru ngantar cucu ke rumahnya maka terlihat abang agak suntuk katanya. Di mana rumah cucu abang tanya saya. Di Tanjung Sari adinda jawabnya. Saya hampir ngakak dengar jawabnya itu karena Tanjung Sari tempat cucunya tinggal itu masih berada di Medan sekitar 10 km dari rumahnya di Jalan Singamangaraja.
Dalam hati saya bergumam, sungguh lebay abang ini. Ngantar cucu nya saja ke rumahnya di Tanjung Sari, dia sudah merasa suntuk. Dulu sebelum punya cucu, saya merasa heran ketika pada acara Hari Anak Nasional, banyak sekali para kakek dan nenek yang sibuk mengikuti cucunya berbaris.Â
Ada yang memotret, ada yang membawa makanan sedangkan orangtua para anak kecil itu tidak ikut pada kegiatan itu. Dalam hati saya bergumam, sungguh lebay para kakek dan nenek ini. Tetapi kini, sesudah punya 3 orang cucu, barulah saya menyadari betapa erat kaitan hubungan batin seorang kakek dengan cucunya.Â
Sekarang sesudah punya 3 orang cucu, barulah saya menyadari cucu Pak Harto yang menaiki tangga pesawat itu merupakan sesuatu yang normal. Sekarang barulah saya menyadari mengapa abang yang tinggal di Jalan Singamangaraja itu terlihat berwajah suntuk karena baru ngantar cucunya ke Tanjung Sari. Sekarang sangat terasa nikmatnya bermain-main dengan cucu. Kawan - kawan yang punya cucu pun mengatakan hal yang sama. Bahkan mereka mengatakan sungguh nikmat "diperintah" oleh cucu.
Banyak juga teman sesama pensiunan bercerita, begitu menerima uang pensiun, langkah pertama yang dilakukan ialah mengajak cucu-cucu makan di restoran. Semua teman -teman itu juga mengatakan betapa indahnya bersenda gurau dengan cucu.
Dengan merasakan bagaimana enaknya berjalan dan bermain dengan cucu itu lah, saya memahami mengapa Jokowi sering mengajak Jan Ethes, cucunya berjalan-jalan di mal.Â
Saya merasakan betapa kenikmatan yang dirasakan Jokowi ketika menggendong cucunya, bocah kecil anak dari Gibran Rakabuming Raka dengan Selvi Ananda itu.Â