Kemampuan retorika memang  penting ,tetapi hal itu bukan satu satunya faktor dominan untuk keberhasilan kepemimpinan .
Saya teringat juga Bung Hatta yang kemampuan  menulisnya jauh lebih hebat dari kemampusn retorika nya .
Walaupun tidak terlalu cemerlang dalam berorasi,tetapi siapa bilang bahwa Hatta bukan pemimpin yang hebat .
Bung Hatta mampu melahirkan tulisan tulisan bermutu yang berguna untuk bangsa ini .Proklamator itu dikagumi bukan karena retorikanya tetapi karena integritas yang dimilkinya serta konsistensi sikap untuk memerdekakan dan memajukan bangsa ini .
Kemudian ketika memperbincangkan seperti apa debat Pilpres yang ideal itu ,Salim Said menguraikan pendapatnya .
Penyandang gelar doktor dari Ohio State University ,Colombus ,Amerika Serikat itu menyatakan faktor budaya mempengaruhi seseorang dalam berdebat .Pengaruh tersebut antara lain terlihat dari pilihan katanya ,sikapnya serta cara nya menyampaikan argumentasi .
Menurutnya ,biarpun Prabowo dan Jokowi sama sama berdarah Jawa tetapi keduanya dibesarkan dalam kultur yang berbeda .
Seperti Prabowo ,masa remajanya banyak dijalani di luar negeri ,kemudian meniti karir dibidang militer .Sementara Jokowi dibesarkan dalam kultur budaya Jawa di Solo. Perjalanan hidup masing masing yang demikian akan memberi pengaruh pada caranya berdebat maupun dalam menyampaikan gagasan .
Karenanya Salim Said mengingatkan bahwa di Indonesia tidak mungkin atau tidak boleh terjadi seperti debat Pilpres di Amerika Serikat karena kultur kita dengan kultur Amerika berbeda .
Penulis buku ,Militer Indonesia dan Politik : Dulu ,Kini dan Kelak itu bercerita ,ia pernah menyaksikan debat Pilpres di AS antara Jimmy Carter dengan Ronald Reagan .Pada debat tersebut ,Ronald Reagan menunjuk- nunjuk muka Carter bahkan telunjuknya sudah sangat dekat dengan wajah Carter .
Walaupun hal seperti itu biasa di negara Paman Sam itu ,tetapi hal yang demikian tentu tidak boleh terjadi di Indonesia karena hal tersebut tidak sesuai budaya kita .