Prabowo Tidak Pernah Sebut Dirinya Pemimpin Islam ,Lalu Siapa Yang Membuat Pencitraan Itu ?
Mengamati orasi Prabowo Subianto terutama menjelang Pilpres 2019 ,kelihatannya ia mengangkat thema antara lain ,hutang negara yang semakin besar ,adanya kebocoran ,belum terwujudnya keadilan ,Indonedia akan bubar 2030, Indonesia akan punah .Mantan Pangkostrad itu juga sering bicara tentang ketimpangan pendapatan masyarakat ,sehingga sekelompok kecil orang menguasai pendapatan nasional yang besar.Selanjutnya dikatakannya juga tentang penguasaan sumber daya alam yang berada ditangan asing .
Tentang dirinya ,diungkapkannya sebagai sosok yang dibesarkan TNI yang akan tetap setia terhadap Pancasila dan selalu akan menjaga keutuhan NKRI .
Dari narasi yang dibangunnya, sepanjang yang saya baca ,jenderal yang pernah menyandang tiga bintang itu tidak pernah mengklaim dirinya sebagai seorang pemimpin Islam di negeri ini .
Tetapi sepanjang yang dirasakan dalam kontestasi politik di negeri ini ,ada kelompok yang justru membuat pencitraan ,bahwa capres 02 itu seolah olah pemimpin Islam di negeri ini .
Dengan cantik kelompok tersebut membuat issu kalau memilih Jokowi berarti kurang bahkan tidak Islami .Mereka menyatakan kalau benar benar berjuang untuk Islam maka pilihlah Capres 02.
Bahkan ada yang menyebut pemerintahan yang dipimpin oleh mantan Walikota Solo itu adalah pemerintahan  Thogut yang harus dihancurkan .
Kita tidak lupakan pernyataan seorang tokoh bahwa ada partai Pembela Allah dan ada juga Partai Syetan .Tokoh itu juga menyatakan ,partai  pendukung Jokowi adalah partai Syetan sedangkan pendukung Prabowo justru partai pembela Allah .
Pada kesempatan lain ,tokoh itu mengatakan Pilpres 2019 merupakan momen yang paling menentukan .Manurutnya akan terlihat apakah PKI yang menang atau kalah .
Tokoh lain menyatakan ,Jokowi anti Islam dan dimasa penerintahan nya lah terjadi kriminalisasi ulama .Dihembuskan juga isu bahwa mantan Walikota Solo itu merupakan pembela si penista agama .
Dengan berbagai isu yang demikian ,terbentuklah framing bahwa capres 02 lah yang merupakan representasi politik Ummat Islam .
Tapi lama kelamaan ,Ummat Islam juga mulai mendapat gambaran serta mengajukan pertanyaan ,benarkah Prabowo merupakan sebuah sosok pemimpin Islam di Republik ini ?.
Oleh karena kelompok anti Jokowi itu menyerang mantan Walikota Solo itu dengan menggunakan idiom idiom Islam maka wajarlah pendukung Jokowi mencoba membandingkan siapa sebenarnya diantara kedua anak bangsa itu yang lebih Islami .
Bermunculanlah video ,narasi yang kesemuanya memberi informasi ke publik tentang gambaran keislaman kedua tokoh itu .
Yang terakhir ,video yang menggambarkan kehadiran capres 02 pada acara perayaan Natal keluarga ,semakin melengkapi persepsi publik terhadap Prabowo Subianto.
Kemudian perlu juga diingat bahwa mantan Pangkostrad itu adalah putra dari Prof. Sumitro Djojohadikusumo ,begawan ekonomi yang cukup terkenal di Republik ini .Bahkan sampai kepada Margono Djojohadikusumo ,orang tua laki laki dari Sumitro pun cukup dikenal masyarakat .Bangsa ini tidak akan pernah lupa dengan Pak Margono ,seorang republiken tulen ,dan kakek Prabowo inilah yang mendirikan Bank BNI 46 pada 5 Juli  1946 .Sungguh besar jasa nya pada negara ini .Pada masa Republik dilanda perang kemerdekaan ,dikala Republik masih punya keterbatasan sumber daya manusia ,tetapi Pak Margono berhasil mendirikan sebuah bank perjuangan yang hingga sekarang merupakan bank plat merah yang terkemuka di negeri ini .
Pak Margono cukup dikenal masyarakat ,Pak Sumitro cukup populer dan siapa juga yang tidak kenal  dengan Pak Prabowo? .
Oleh karena keluarga tersebut merupakan keluarga yang sangat terkenal ,maka mustahil rasanya, elit politik yang anti Jokowi itu tidak mengetahui informasi tentang Prabowo bersaudara .
Mustahil rasanya para elit itu tidak mengetahui 3 orang  putra putri Pak Sumitro yakni ,Bianti ,Marjani Ekowati dan Hashim bukanlah pemeluk agama Islam .Yang pemeluk agama Islam hanyalah Prabowo Subianto.
Begitu juga halnya dengan sang ibu ,Dora Sigar tentu mereka ketahui  juga bukanlah pemeluk agama Islam .
Saya juga meyakini para elit itu sangat paham tentang tingkat pengamalan keislaman mantan Pangkostrad itu .
Bukankah Shohibul Iman ,Presiden PKS pernah menyatakan ,Prabowo bukanlah seorang Muslim yang taat .
Dengan memahami latar belakang keluarga dan pengamalan keislaman yang demikian ,mengapa para elit itu mencitrakan Prabowo sebagai pemimpin yang harus didukung Ummat Islam ? .
Tentang hal ini saya punya analisa sebagai berikut .
Oleh berbagai motif dan alasan ,tentu banyak kalangan yang tidak setuju kalau Jokowi terpilih satu priode lagi untuk memimpin Republik ini .
Hal yang demikian juga sudah mulai terlihat sejak Pilpres 2014 .
Pada tahun 2014 ,mereka sudah punya " investasi " politik untuk mencoba menghadang mantan Walikota Solo itu .Mengembangkan isu Jokowi adalah turunan atau menyebut nya sebagai anggota PKI ,mengatakan Jokowi beragama Kristen ,adalah sekedar contoh tentang " investasi" politik itu .
Investasi yang demikian terus dikembangkan hingga proses Pilpres 2019 .
Sangat jelas mengapa isu itu yang dikembangkan karena untuk menghadang laju Jokowi sangat sulit mengingat sederetan karya telah dipersembahkannya untuk bangsa ini .
Kalau adu program dengan presiden  " yang kurus kerempeng " itu sangat sulit ,karena Jokowi tidak lagi bicara angan angan ,tidak lagi bicara program tetapi sudah menunjukkan hasil kerjanya .
Kemudian sangat sulit juga mencari kelemahan mantan Walikota Solo itu .Kemampuannya berkomunikasi dengan masyarakat sangat sulit diimbangi .Komunikasi yang dibangunnya berjalan secara alami dan tidak ada kesan dibuat buat .
Bayangkan saja ,ada politisi yang mencoba berkomunikasi dengan pedagang kecil di pasar pasar tradisional justru  terlihat sangat kaku karena mungkin politisi itu selama ini sangat jarang ke pasar pasar yang demikian.
Begitu juga halnya dengan kehidupan pribadi dan keluarganya ,sangat sulit mencari kelemahannya ,apalagi untuk digunakan sebagai isu politik .
Kesederhanaan Jokowi beserta Ibu Iriana bukanlah pencitraan tetapi memang besar benar kesederhanaan yang terpancar tulus dari pasangan suami istri itu .
Begitu juga kehidupan putra - putrinya juga menunjukkan kebersahajaan.
Lirik lah seperti apa usaha bisnis yang dikelola oleh Gibran ,Kaesang dan juga Kahiyang Ayu.
Gibran hanyalah seorang tukang martabak ,Kaesang adalah penjual pisang .Luar biasa kehidupan putra - putrinya itu ,sementara kalau Jokowi mau ,hanya dengan ongkang - ongkang ,para putra - putri istana itu bisa memperoleh fee proyek yang jumlahnya aduhai .
Jokowi juga tidak pernah terlibat KKN .
Dengan performance yang demikian ,maka sangat sulit mengalahkan suami Iriana itu .
Oleh karenanya harus dicari cara lain untuk menghempang nya .
Untuk itu dilakukanlah framing ,bahwa Jokowi anti Islam.Oleh karena mantan Gubernur DKI itu sudah diberi label yang demikian maka lawan tandingnya harus diberi label sebaliknya .Lawan tanding Jokowi itu adalah seseorang yang sangat Islami ,seseorang yang merupakan pembela Islam , seseorang yang didukung oleh partai Allah .Bahkan ada yang mengatakan wajib hukumnya untuk memberi suara pada lawan tanding Presiden petahana itu.
Dengan pencitraan yang demikian ,mengemuka pertanyaan berikutnya .Siapa yang layak atau yang punya potensi untuk melawan Jokowi pada Pilpres? .
Tentu tidak mudah juga untuk mencari sebuah sosok yang akan dipertandingkan dengan Jokowi.Banyak syarat yang tertulis maupun yang tidak tertulis untuk ini .
Diantara syarat syarat tersebut ,misalnya berkaitan dengan leadership,jaringan politik yang dimiliki ,tingkat penerimaan masyarakat dan yang lebih penting lagi tentang ketersediaan dana.
Tidak dapat dimungkiri ,ketersediaan dana ini merupakan salah satu persyaratan penting .
Setelah mengamati potensi masing masing tokoh ,maka diputuskanlah bahwa yang akan diusung itu adalah Prabowo Subianto.
Untuk memberi legalitas bahwa ia dicalonkan dan didukung para ulama ,maka pada akhir Juli 2018 digelar lah Ijtima' Ulama yang kemudian merekomendasikan mantan Pangkostrad itu sebagai capres.
Sebelum Ijtima' Ulama diselenggarakan ,tokoh utama oposisi terhadap Jokowi yakni Habib Rizieq Shihab telah menyerukan agar Gerindra ,PAN ,PKS dan PBB membentuk Koalisi Keummatan untuk memperjuangkan kemenangan Prabowo pada Pilpres .
Dengan rekomendasi Ijtima' Ulama I tersebut maka mantan Pangkostrad itu punya legitimasi sebagai tokoh yang direstui para ulama .
Kemudian beberapa pernyataan Amien Rais juga semakin menguatkan legitimasi itu .
Dengan demikian ,tidak salah kalau menyatakan ,bukan Prabowo yang menyatakan dirinya sebagai pemimpin Ummat Islam tetapi hal tersebut memang sengaja dicitrakan oleh kelompok kelompok pendukungnya .
Oleh karena pencitraan yang demikianlah ,maka pendukungnya yang juga terdiri dari para ulama itu tidak ada yang berkomentar keras ketika Prabowo menyampaikan ucapan Selamat Natal.Untuk memelihara pencitraan itu juga lah tidak ada diantara mereka yang berkomentar keras ketika beredar video dimana ditunjukkan capres yang mereka usung itu itu menari pada perayaan Natal keluarganya .
Salam Demokrasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H