Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Prabowo Tidak Pernah Sebut Dirinya Pemimpin Islam, Lalu Siapa yang Membuat Pencitraan Itu?

1 Januari 2019   09:23 Diperbarui: 1 Januari 2019   09:52 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tidak dapat dimungkiri ,ketersediaan dana ini merupakan salah satu persyaratan penting .

Setelah mengamati potensi masing masing tokoh ,maka diputuskanlah bahwa yang akan diusung itu adalah Prabowo Subianto.

Untuk memberi legalitas bahwa ia dicalonkan dan didukung para ulama ,maka pada akhir Juli 2018 digelar lah Ijtima' Ulama yang kemudian merekomendasikan mantan Pangkostrad itu sebagai capres.

Sebelum Ijtima' Ulama diselenggarakan ,tokoh utama oposisi terhadap Jokowi yakni Habib Rizieq Shihab telah menyerukan agar Gerindra ,PAN ,PKS dan PBB membentuk Koalisi Keummatan untuk memperjuangkan kemenangan Prabowo pada Pilpres .

Dengan rekomendasi Ijtima' Ulama I tersebut maka mantan Pangkostrad itu punya legitimasi sebagai tokoh yang direstui para ulama .

Kemudian beberapa pernyataan Amien Rais juga semakin menguatkan legitimasi itu .

Dengan demikian ,tidak salah kalau menyatakan ,bukan Prabowo yang menyatakan dirinya sebagai pemimpin Ummat Islam tetapi hal tersebut memang sengaja dicitrakan oleh kelompok kelompok pendukungnya .

Oleh karena pencitraan yang demikianlah ,maka pendukungnya yang juga terdiri dari para ulama itu tidak ada yang berkomentar keras ketika Prabowo menyampaikan ucapan Selamat Natal.Untuk memelihara pencitraan itu juga lah tidak ada diantara mereka yang berkomentar keras ketika beredar video dimana ditunjukkan capres yang mereka usung itu itu menari pada perayaan Natal keluarganya .

Salam Demokrasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun