Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tidak Pilih Jokowi "Monggo", tapi Bukan Karena Ia Anti Islam

30 Desember 2018   09:33 Diperbarui: 30 Desember 2018   10:06 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Simbol simbol keislaman mulai terasa menguat dimunculkan pada dunia politik ketika proses Pilpres 2014, dimunculkan lah isu bahwa Joko Widodo keturunan Tionghoa, orang tuanya tidak jelas identitasnya.

Bahkan dikatakan lagi agamanya juga tidak tentu ada yang mengatakan ia punya nama baptis "Herbertus". Bahkan isu yang lebih kejam lagi dimunculkan Jokowi adalah PKI.

Semua isu yang dituduhkan ke Jokowi itu tidak pernah ada ketika ia bertarung di Solo demikian juga halnya ketika ia berjuang untuk jadi Gubernur DKI. Padahal kalau dicermati, isu Jokowi turunan PKI seharusnya muncul dan mengeras ketika berkontestasi di Solo karena masyarakat di kota itulah yang paling mengetahui rekam jejak calon walikotanya .

Demikian juga halnya ketika mengikuti Pilkada DKI tahun 2012 pada saat mana pasangan Joko Widodo / Basuki Tjahaja Purnama diusung oleh PDI-P dan Gerindra. Mungkinkah kedua partai itu mengusung calon yang terindikasi PKI? 

Pada Pilkada DKI delapan tahun yang lalu itu juga tidak terdengar isu yang mengatakan Jokowi tidak jelas agamanya, tidak terdengar juga ucapan yang menyebutnya turunan PKI. Nyatanya semua tuduhan negatip serta fitnah ke Jokowi itu baru mengemuka pada Pilpres 2014.

Sekarang sudah sangat jelas darimana asal muasal fitnah itu, ketua Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuzij telah mengungkapkan fitnah yang menyebut Jokowi PKI itu berasal dari tabloid "Obor Rakyat" yang sengaja diterbitkan oleh pihak tertentu dengan maksud untuk membunuh karakter Jokowi pada Pilpres 2014.

Kemudian keterangan La Nyalla Mattaliti  yang menurutnya berjuang untuk Prabowo pada Pilpres 2014 semakin menguatkan informasi bahwa isu Jokowi PKI dan agamanya yang tidak tentu itu memang sengaja diciptakan. Walaupun informasi tentang fitnah buatan itu sudah terang benderang dari mana asalnya tetapi sangat disayangkan masih banyak kalangan yang percaya tentang hal yang demikian .

Tetapi hal yang demikian tidak dapat sepenuhnya disalahkan pada para pemilih, Sampai sekarang ini masih banyak tokoh yang tidak senang kepada Jokowi yang terus menerus meniupkan isu yang demikian. Masih ada tokoh yang menggambarkan Pilpres 2019 sebagai perarungan antara kekuatan yang anti PKI dan kekuatan yang menginginkan PKI bangkit lagi .

Tidak hanya sebatas isu PKI, tetapi dikembangkan lagi isu ,Jokowi anti Islam. Terhadap isu yang demikian sungguh aneh dari sisi mana mereka menyebut mantan Walikota Solo itu anti Islam. Dan yang lebih aneh lagi dibentuk persepsi bahwa Prabowo/ Sandiaga Uno lah yang merupakan representasi kekuatan politik Islam negeri ini.

Oleh karena adanya framing yang demikian maka bahagian pertarungan demokrasi itu menjadi bergeser kepada pertanyaan, siapakah yang lebih Islami antara Jokowi dan Prabowo.

Berbagai informasi yang beredar membuat publik menjadi punya lebih banyak bahan  untuk menjawab pertanyaan itu. Selanjutnya perlu juga diingat bahwa Islam melarang seseorang memfitnah orang lain .Ayat suci mengatakan, " Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan ". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun