Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepucuk Surat untuk Tenaga Guru Honorer yang Unjuk Rasa di Depan Istana dan Merasa "Dicuekin" Jokowi

3 November 2018   20:01 Diperbarui: 3 November 2018   20:18 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sungguh bersimpati ketika membaca berita tentang sahabat-sahabatku yang unjuk rasa di depan Istana sejak 30 Oktober hingga 1 November 2018. Rasa simpati semakin bertambah ketika mengetahui, sahabat-sahabat harus bermalam di seberang istana dengan menggunakan alat dan perlengkapan seadanya.

Gambaran seperti itu jelas terlihat melalui penuturan Titi Purwaningsih, Ketua Forum Honorer K2 Indonesia (FHK2 I) seperti yang dikutip dari Kompas.com (2/11/2018).

"Kami rela tidur di depan Istana, bayar sewa bus jadi lebih mahal hanya karena ingin mendapat jawaban dari Jokowi".

Saya paham jawaban yang dimaksudkan itu tentu berkaitan dengan keinginan sahabat-sahabatku untuk diangkat jadi Pegawai Negeri Sipil. Tuntutan yang demikian tentu layak disampaikan, mengingat sebahagian para peserta unjuk rasa itu sudah puluhan tahun mengabdi untuk negeri ini,tetapi belum diangkat juga sebagai PNS.

Seperti yang disampaikan Titi, ke mana Jokowi? Mengapa ia tidak mau menerima delegasi pengunjuk rasa yang diklaim diikuti oleh 70.000 orang itu? Seperti yang dikemukakan  jumlah tenaga honorer guru di negeri lebih dari 400 ribu orang.

Mungkin karena merasa "dicuekin" Jokowi itu, keluarlah pernyataan yang kalau ditangkap intinya, Jokowi seperti tidak butuh suara para sahabatku di Pilpres nanti. Dengan memahami suasana hati sahabatku yang mengikuti unjuk rasa itu, perkenankan juga lah saya menyampaikan beberapa hal.

Pertama, tentu muncul pertanyaan di hati saya, mengapa para sahabatku yang berasal dari berbagai penjuru negeri ini datang dan kumpul di Jakarta kemudian berunjuk rasa. Apakah Jokowi atau protokol Istana pernah menjanjikan akan menerima sahabat-sahabatku? Perasaan saya menyatakan Jokowi tidak pernah berjanji untuk menerima sahabat-sahabatku. Jadi sangat tidak tepatlah menyebut sahabat-sahabatku "dicuekin" Jokowi.

Sesuai penjelasan pihak Istana pada waktu sahabat-sahabatku unjuk rasa di depan Istana, jadwal Presiden kita juga cukup padat sehingga tidak punya waktu untuk menerima sahabat-sahabatku.

O ya saya juga ingin ungkapkan, andainya Presiden kita menerima sahabat-sahabatku, beliau juga tidak dapat putuskan atau kabulkan permintaan yang disampaikan karena berbagai peraturan yang ada sudah mengatur tata cara penerimaan PNS. Tidaklah bisa seorang Presiden serta-merta menyatakan, "Anda saya angkat  jadi PNS".

Kemudian tidak mungkinlah seorang Presiden harus langsung menerima setiap utusan pengunjuk rasa yang diadakan di depan Istana. Selanjutnya apa kata orang terhadap Jokowi kalau ia menerima sebuah permintaan karena didorong oleh jumlah massa yang cukup besar. Pasti akan ada yang mengatakan mantan Walikota Solo itu bersedia mengangkat tenaga honorer karena butuh suara pada Pilpres nanti.

Lihatlah apa komentar berbagai kalangan ketika Jokowi menggratiskan penggunaan jembatan Suramadu. Begitu juga terbaca komentar berbagai kalangan ketika untuk Tahun Angfaran 2019 akan diluncurkan dana kelurahan.

Bukankah sahabat-sahabatku juga melihat pada tahun politik ini banyak kalangan yang mengatakan Jokowi melakukan politik pencitraan.

Sahabat-Sahabatku Tenaga Guru Honorer,

Kalau diperhatikan beberapa penjelasan dari petinggi pemerintahan, sebenarnya sudah ada diatur jalan keluar dari permasalahan yang ingin disampaikan tenaga honorer kepada Presiden.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan Pemerintah tetap pada tiga solusi awal untuk persoalan tenaga honorer. Tiga solusi itu adalah:

1). Tenaga honorer bisa mengikuti tes seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) formasi khusus (untuk usia di bawah 35 tahun)

2). Mengangkatnya sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja ( P3K), dan

3). Mengupayakan tingkat kesejahteraan pegawai honorer dengan gaji honorer.

Untuk tes seleksi CPNS seperti yang diselenggarakan tahun 2017, saya punya beberapa kenalan yang putra-putrinya ikut tes dan berhasil diterima sebagai CPNS. Saya melihat tes itu berlangsung dengan murni dan tidak ada kemungkinan lolos lewat " pintu belakang".

Kita masih ingat keterangan Yasonna Laoly, Menkum HAM , dalam hal mana ponakannya sendiri tidak lolos dalam testing di Kementerian yang dipimpinnya. Tentu kita bergembira dengan proses tes yang demikian karena dengan langkah tersebutlah akan dihasilkan tenaga-tenaga terbaik untuk negeri ini.

Untuk sahabat-sahabat yang masih berusia di bawah 35 tahun disarankan ikutilah proses tes ini. Kemudian untuk yang sudah berusia di atas 35 tahun masih ada cara lain yaitu mengikuti jalur penerimaan P3K.

Inti dari yang ingin saya sampaikan sesungguhnya sebelum sahabat-sahabat unjuk rasa di depan Istana pun, Pemerintah sudah memikirkan dan memberikan jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi tenaga honorer.

Karenanya janganlah kecewa apalagi merasa "dicuekin" Jokowi karena permasalahan ini sudah lama dipikirkannya dan juga sudah dirumuskan jalan keluarnya.
Demikianlah sepucuk surat ini saya sampaikan semoga bermanfaat .
Hormat Saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun