Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Prabowo Harus Sebut "Tampang Boyolali" pada Pidatonya

3 November 2018   07:56 Diperbarui: 3 November 2018   08:34 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang diperhatikan sering di beberapa tempat muncul istilah tentang sebuah daerah yang dijadikan bahan gurauan. Tetapi gurauan yang demikian  bisa juga menyebabkan orang yang berasal dari daerah itu tersinggung. Faktor yang membuat tersinggung itu karena daerah yang disebutkan itu merupakan gambaran tentang ketertinggalan atau keterbelakangan.

Sewaktu saya masih di Padangsidimpuan, Sumatera Utara tahun enam puluhan ada sebuah daerah yang sering dijadikan bahan gurauan. Ketika berbincang bincang dengan sesama teman, lalu seorang teman tidak tahu mengenai informasi umum maka muncullah komentar, "betul lah kau dari Siondop,itu saja pun kau tidak tahu."

Siondop yang disebutkan pada kalimat itu adalah nama sebuah tempat yang tidak terlalu jauh dari Padangsidimpuan, tetapi karena akses jalan masih sulit maka Siondop itu cenderung terisolir. Karenanya kampung atau desa Siondop itu seolah-olah merupakan lambang keterbelakangan. Tetapi sekarang ini istilah tersebut sudah hilang karena Siondop yang disebutkan itu sudah maju dan tidak seperti dulu lagi.

Demikian juga halnya di Medan sekitar sepuluh tahun yang lalu sering kalau orang berbicara tentang keterbelakangan kawasan, menyebut nama sebuah daerah yaitu Sipiongot. Daerah ini merupakan sebuah kecamatan yang masuk pada wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara.

Ilustrasi untuk menempatkan kata Sipiongot ini misalnya terlihat pada contoh berikut. Ada beberapa orang serang duduk duduk di cafe sebuah hotel. Seseorang dari mereka makan dengan lahapnya. Seorang temannya berkomentar," yang kuat lah kau yang makan itu. Betullah kau dari Sipiongot, makanan seperti ini saja pun mungkin tidak pernah kau makan."

Pernah pada sebuah kesempatan seseorang dalam ceramahnya menyebut "bagus sekali sound system yang kita pakai ini, kalau di Sipiongot mana ada peralatan seperti ini".

Pada ceramah itu ada tokoh masyarakat Sumatera Utara yang berasal dari Sipiongot. Tokoh itu merasa tersinggung dengan ucapan si penceramah. Selesai ceramah, tokoh Sumatera Utara kelahiran Sipiongot itu langsung mendatangi si penceramah. Dengan nada agak marah dia bertanya, "apakah Bapak pernah ke Sipiongot?"katanya. Si penceramah menjawab bahwa ia belum pernah ke daerah yang disebutnya pada ceramahnya itu.

Tokoh Sumut itu dengan tegas mengatakan, saya berasal dari Sipiongot mengapa Anda bawa-bawa nama kampung saya pada ceramah Anda. Tokoh Sumut itu melanjutkan, dengan membawa-bawa nama kampung saya berarti Anda mengecilkan arti kami yang berasal dari daerah itu. Pada akhirnya si penceramah itu menyampaikan permohonan maafnya.

Dari hal yang demikian dapat ditarik kesimpulan, janganlah nama sebuah tempat atau daerah dibawa bawa dalam ceramah atau pidato dengan maksud untuk menunjukkan ketertinggalan atau keterbelakangan.

Dalam pandangan saya hal seperti itulah yang terjadi pada sebuah pidato Prabowo Subianto, capres 02. Detiknews,2/11/2018 memberitakan  pada media sosial beredar potongan video berisi pernyataan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto yang berbicara soal masuk hotel dan "tampang Boyolali".

Video itu diunggah pada beberapa akun di Twitter. Dilihat detik com, Jum'at ,2 November 2018 ,video itu berdurasi 20 detik. Di awal video ,pernyataan Prabowo tak terdengar jelas karena terpotong .

"Saya yakin kalian tidak pernah masuk hotel- hotel tersebut. Betul? kata Prabowo dalam video tersebut dan disambut jawaban " betul " dari hadirin .

"Kalian kalau masuk, mungkin kalian diusir. Kalian tampang kalian tidak tampang orang kaya. Tampang tampang kalian ya tampang Boyolali ini," lanjut Prabowo.

Detiknews memberitakan hadirin tak terdengar memprotes Prabowo. Diujung perkataan Prabowo dalam video yang dipotong itu, terdengar suara gelak tawa dari hadirin.

Belum diperoleh informasi bagaimana tanggapan masyarakat Boyolali tentang video itu.Tetapi Faldo Maldini, Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional( BPN)  Prabowo-Sandi menjelaskan, Prabowo sebenarnya berbicara soal akses kesejahteraan.

"Jangan sampai soal penurunan kesejahteraan ini terus berlanjut, itu pesan dari Pak Prabowo. Data BPS memperlihatkan penurunan kesejahteraan di desa yang membuktikan pemerintahan sekarang tidak bekerja dengan baik, padahal dana desa sudah Rp.70 T. Ke depan kami ingin tambah kuantitas dan kualitas belanjanya," imbuh Faldo.

Ada  dua hal menurut saya yang perlu dikritisi sehubungan dengan penjelasan Jubir BPN itu. Pertama ,benarkah ada data BPS yang menyatakan terjadinya penurunan kesejahteraan. Kedua,benarkah dana desa yang sekarang sudah berjumlah Rp.70 T tidak memberi imbas positip terhadap peningkatan pembangunan dan kesejahteraan di desa.

Kalaulah yang ingin diutarakan mantan Pangkostrad itu tentang terjadinya penurunan kesejahteraan lalu mengapa harus " tampang Boyolali " yang dijadikannya contoh.
Tentu banyak sekali tamsilan tamsilan yang bisa diucapkannya kalau hanya untuk menunjukkan adanya penurunan kesejahteraan seperti yang dilansir oleh Faldo Maldini ini.

Di tahun politik sekarang ini banyak sekali ucapan ucapan yang bisa dieksploitasi menjadi bahan untuk menaikkan elektabilitas dan juga yang bisa menurunkan tingkat keterpilihan .Tentu semua politisi selayaknyalah memahami hal ini.

Salam Pilpres!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun