Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengapa FPI Minta Logo dan Rizieq Tidak Dicatut untuk Dukungan Capres?

4 September 2018   11:58 Diperbarui: 4 September 2018   12:04 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.cnnindonesia.com

Sejak sukses menggelar Aksi Aksi Bela Islam terutama Aksi Damai 411 dan 212, popularitas Habib Rizieq dan Front Pembela Islam semakin melambung. Bahkan di beberapa daerah oleh beberapa elemen kelompok Muslim telah menobatkan Habib Rizieq Shihab sebagai Imam Besar Ummat Islam Indonesia.

Dari berbagai pidato dan ucapannya tidak salah kalau menyimpulkan Rizieq tidak akan mendukung Jokowi untuk terpilih lagi sebagai Presiden RI pada priode kedua.

Karena keberhasilan Rizieq menggerakkan aksi aksi bela Islam serta sikapnya yang tidak akan mendukung Jokowi tersebut maka banyak tokoh maupun kelompok yang mendekat ke Rizieq. Tentulah pendekatan itu dimaksudkan untuk mendapat dukungan politis pada pilpres nant.

Dukungan politik yang dimaksudkan itu bisa berupa seruan atau semacam fatwa yang berasal dari Rizieq yang berisi ajakan agar ummat Islam memilih capres-cawapres yang bukan Jokowi dan pasangannya.

Tanda tanda bahwa Rizieq akan membangun sebuah kekuatan politik pada pilpres sangat jelas terbaca ketika ia menyerukan agar dibentuk Koalisi Keummatan yang terdiri dari Gerindra, PAN, PKS dan Partai Bulan Bintang( PBB).

Untuk merumuskan figur yang akan diusung pada pilpres diselenggarakanlah Ijtima' Ulama bertempat di Jakarta pada akhir Juli 2018. Kegiatan itu diadakan oleh Gerakan Nasional Pembela Fatwa Ulama ( GNPF-U) yang diketuai oleh Yusuf Martak.

Dalam pandangan saya, Ijtima' Ulama tersebut mendapat restu dari Rizieq dan pada acara pembukaan itu ditampilkan video yang merupakan kata sambutan dari Imam Besar FPI tersebut.

Seperti yang telah kita ketahui Ijtima' Ulama telah merekomendasikan Prabowo Subianto sebagai capres dan merekomendasikan Ustadz Abdul Somad ( UAS) serta Salim Segaf Al Jufri sebagai cawapres. Saya memperkirakan ketiga nama yang direkomendasi itu sudah mendapat restu dari Rizieq. Bahkan mungkin ketiga nama dimaksud berasal dari arahannya.

Karena UAS tidak bersedia maka tinggallah nama Salim Segaf Al Jufri, Ketua Majelis Syuro PKS. Sebelum Prabowo memutuskan cawapresnys terlihat adanya perundingan  politik yang alot untuk menentukan siapa yang akan mendampingi mantan Pangkostrad itu.

Ketika nama Sandiaga Uno mulai menguat selepas Maghrib, 9 Agustus 2018, Yusuf Martak dan beberapa ulama datang menemui Prabowo di kediamannya Jalan Kertanegara Kebayoran Baru, Jakarta.

Seusai ketemu Prabowo, Yusuf Martak berbicara dengan awak media yang intinya mengatakan GNPF-U tetap menginginkan penentuan cawapres harus tetap berpedoman pada rekomendasi Ijtima' Ulama.Bahkan dikemukakannya  juga Jokowi sendiri telah memilih ulama sebagai cawapresnya.

Saya menduga konsistensi GNPF -U yang tetap menginginkan ulama sebagai cawapres ( baca Salim Segaf Al Jufri) juga berdasarkan arahan Habib Rizieq. Tapi nyatanya, pada 9 Agustus malam itu Prabowo Subianto berdasarkan persetujuan Gerindra,PAN dan PKS telah mendeklarasikan Sandiaga Uno sebagai cawapres.

Mencermati keadaan tersebut maka jelaslah pilihan Prabowo dan partai koalisi pendukungnya telah mengabaikan rekomendasi Ijtima'Ulama.
Oleh karena kuat anggapan bahwa rekomendasi Ijtima' Ulama itu sudah mendapat restu dari Rizieq tapi nyatanya tidak dilaksanakan sepenuhnya maka tidak salah kalau menilai ada wibawa Rizieq yang terdegradasi.

Rizieq yang sering digambarkan sebagai tokoh oposisi Jokowi yang berpengaruh terutama melalui FPI dan GNPF-U tapi pada kenyataannya partai koalisi Prabowo tidak sepenuhnya melaksanakan rekomendasi yang dihasilkan.

Berkaitan dengan hal tersebutlah, Imam Besar yang sedang bermukim di Kota Suci Makkah itu sampai sekarang belum pernah terdengar memberi dukungannya kepada pasangan Prabowo-Sandiaga Uno. Walaupun belum pernah terdengar memberi dukungan kepada pasangan tersebut tetapi sebahagian publik menganggap beberapa ormas ataupun tokoh yang berada dibawah pengaruh Rizieq akan tetap mendukung Prabowo-Sandiaga. Tidak mungkin rasanya ormas ataupun tokoh tokoh tersebut memberi dukungan pada Jokowi-Ma'ruf Amin.

Dalam konteks yang demikianlah maka menarik mencermati sikap Front Pembela Islam ( FPI). Juru bicara FPI, Slamet Ma'arif menyatakan dengan tegas, FPI menolak logo dan nama Rizieq Shihab dicantumkan dalam deklarasi pasangan calon presiden-dan wakil presiden baik pihak Prabowo Subianto -Sandiaga Uno maupun Joko Widodo - Ma'ruf Amin.

Juru Bicara FPI itu juga menyatakan hingga saat ini pihaknya belum menentukan dukungan sehingga tidak layak jika dalam agenda deklarasi salah satu pasangan calon logo mereka dicatut. (CNN Indonesia, 3/9/2018). Walaupun Slamet Ma'arif menggunakan kalimat yang seolah olah ditujukan kepada dua pasangan calon pada pilpres tetapi jelaslah yang dimasudkannya itu untuk pasangan Prabowo -Sandiaga.

Karena rasanya tidak mungkinlah pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin menggunakan logo FPI atau mencatut nama Rizieq Shihab dalam aktivitas politiknya.

Slamet juga menegaskan terkait dukungan kepada paslon, FPI hingga saat ini masih menunggu komando Rizieq Shihab dan juga hasil dari Ijtima' Ulama ke-II. Berkaitan dengan hal tersebut tidak salah kalau mengemukakan dugaan dugaan terhadap arah komando Rizieq serta menduga rumusan Ijtima' Ulama ke-II

Menurut dugaan saya Rizieq dan Ijtima' Ulama akan tetap memberi dukungan kepada pasangan Prabowo -Sandiaga dengan syarat akan ada kompensasi politik yang diberikan apabila nanti pasangan ini memenangkan pilpres.Konsesi politik itu bisa berupa memberi jabatan politik kepada para ulama yang berada dibawah pengaruh Rizieq.

Apabila kesepakatan yang demikian tidak tercapai maka tindakan maksimal yang dilakukan Rizieq ialah mengajak pendukung dan pengikutnya untuk bersikap golput pada pilpres nanti.

Saya menilai Rizieq dan kelompoknya tidak mungkin memberi dukungan kepada Jokowi - Ma'ruf Amin. Hal tersebut tercermin dari pernyataan pernyataan Rizieq belakangan ini. Pernyataannya yang menyebut " 2019 terlalu lama" mengisyaratkan hal yang demikian.

Salam Demokrasi!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun