Saya menduga konsistensi GNPF -U yang tetap menginginkan ulama sebagai cawapres ( baca Salim Segaf Al Jufri) juga berdasarkan arahan Habib Rizieq. Tapi nyatanya, pada 9 Agustus malam itu Prabowo Subianto berdasarkan persetujuan Gerindra,PAN dan PKS telah mendeklarasikan Sandiaga Uno sebagai cawapres.
Mencermati keadaan tersebut maka jelaslah pilihan Prabowo dan partai koalisi pendukungnya telah mengabaikan rekomendasi Ijtima'Ulama.
Oleh karena kuat anggapan bahwa rekomendasi Ijtima' Ulama itu sudah mendapat restu dari Rizieq tapi nyatanya tidak dilaksanakan sepenuhnya maka tidak salah kalau menilai ada wibawa Rizieq yang terdegradasi.
Rizieq yang sering digambarkan sebagai tokoh oposisi Jokowi yang berpengaruh terutama melalui FPI dan GNPF-U tapi pada kenyataannya partai koalisi Prabowo tidak sepenuhnya melaksanakan rekomendasi yang dihasilkan.
Berkaitan dengan hal tersebutlah, Imam Besar yang sedang bermukim di Kota Suci Makkah itu sampai sekarang belum pernah terdengar memberi dukungannya kepada pasangan Prabowo-Sandiaga Uno. Walaupun belum pernah terdengar memberi dukungan kepada pasangan tersebut tetapi sebahagian publik menganggap beberapa ormas ataupun tokoh yang berada dibawah pengaruh Rizieq akan tetap mendukung Prabowo-Sandiaga. Tidak mungkin rasanya ormas ataupun tokoh tokoh tersebut memberi dukungan pada Jokowi-Ma'ruf Amin.
Dalam konteks yang demikianlah maka menarik mencermati sikap Front Pembela Islam ( FPI). Juru bicara FPI, Slamet Ma'arif menyatakan dengan tegas, FPI menolak logo dan nama Rizieq Shihab dicantumkan dalam deklarasi pasangan calon presiden-dan wakil presiden baik pihak Prabowo Subianto -Sandiaga Uno maupun Joko Widodo - Ma'ruf Amin.
Juru Bicara FPI itu juga menyatakan hingga saat ini pihaknya belum menentukan dukungan sehingga tidak layak jika dalam agenda deklarasi salah satu pasangan calon logo mereka dicatut. (CNN Indonesia, 3/9/2018). Walaupun Slamet Ma'arif menggunakan kalimat yang seolah olah ditujukan kepada dua pasangan calon pada pilpres tetapi jelaslah yang dimasudkannya itu untuk pasangan Prabowo -Sandiaga.
Karena rasanya tidak mungkinlah pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin menggunakan logo FPI atau mencatut nama Rizieq Shihab dalam aktivitas politiknya.
Slamet juga menegaskan terkait dukungan kepada paslon, FPI hingga saat ini masih menunggu komando Rizieq Shihab dan juga hasil dari Ijtima' Ulama ke-II. Berkaitan dengan hal tersebut tidak salah kalau mengemukakan dugaan dugaan terhadap arah komando Rizieq serta menduga rumusan Ijtima' Ulama ke-II
Menurut dugaan saya Rizieq dan Ijtima' Ulama akan tetap memberi dukungan kepada pasangan Prabowo -Sandiaga dengan syarat akan ada kompensasi politik yang diberikan apabila nanti pasangan ini memenangkan pilpres.Konsesi politik itu bisa berupa memberi jabatan politik kepada para ulama yang berada dibawah pengaruh Rizieq.
Apabila kesepakatan yang demikian tidak tercapai maka tindakan maksimal yang dilakukan Rizieq ialah mengajak pendukung dan pengikutnya untuk bersikap golput pada pilpres nanti.
Saya menilai Rizieq dan kelompoknya tidak mungkin memberi dukungan kepada Jokowi - Ma'ruf Amin. Hal tersebut tercermin dari pernyataan pernyataan Rizieq belakangan ini. Pernyataannya yang menyebut " 2019 terlalu lama" mengisyaratkan hal yang demikian.