Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Yusril Sesalkan Prabowo dan Sebut Koalisi Keummatan hanya Fatamorgana

20 Agustus 2018   08:46 Diperbarui: 20 Agustus 2018   09:17 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG


Kalau dicermati ajakan atau seruan Habib Rizieq Shihab selalu menginginkan terbentuknya Koalisi Keummatan untuk menghadapi pilpres 2019.

Tidak dapat dinafikan menjelang penetapan pasangan calon pada pilpres, Imam Besar FPI itu punya pengaruh besar. Pengaruh besar yang dimilikinya itu tidak dapat dipisahkan dari kemampuannya menggerakkan Aksi-aksi Bela Islam dalam proses pilkada DKI 2017. 

Dengan kemampuannya yang demikian banyak kalangan berpendapat bahwa ia sekarang ini memimpin serta mampu menggerakkan sebuah entitas politik yang berbasisksn massa alumni 212.

Dengan persepsi yang demikianlah, Rizieq banyak dikunjungi para tokoh di kediamannya di Kota Suci Makkah.Amien Rais dan Prabowo Subianto pada beberapa bulan yang lalu juga mengunjungi Rizieq di Saudi Arabia.

Rizieq juga dianggap mampu mempersatukan kelompok ummat Islam yang tidak senang kepada Jokowi. Untuk menghadapi Jokowi pada 2019 nanti, Rizieq meminta agar Gerindra, PAN, PKS serta Partai Bulan Bintang yang diketuai Yusril Ihza Mahendra membentuk sebuah koalisi yang dinamakan Koalisi Keummatan.

Untuk lebih memantapkan persiapan menghadapi pilpres  maka tanggal 27-29 Juli 2018 bertempat di Hotel Menara Peninsula Jakarta telah digelar pertemuan yang disebut dengan Ijtimak Ulama.

Acara ini diselenggarakan oleh Gerakan Nasional Pembela Fatwa Ulama (GNPF- U) yang diketuai oleh Muhammad Yusuf Martak. Organisasi ini berada dibawah pengaruh Habib Rizieq Shihab. Pada acara Ijtimak Ulama ini hadir tokoh tokoh politik pimpinan parpol yang berseberangan dengan Jokowi.

Prabowo Subianto,Amien Rais, Yusril Ihza Mahendra juga hadir pada acara tersebut. Salah satu agenda penting Ijtimak Ulama itu ialah untuk merumuskan capres maupun cawapres yang akan diperjuangkan pada 2019.

Seperti diketahui pertemuan ulama itu telah merekomendasikan Prabowo Subianto sebagai  capres dan dua orang cawapres yakni Ustadz Abdul Somad  UAS) dan Salim Segaf Al-Jufri Ketua Majelis Syuro PKS.

UAS tidak bersedia jadi cawapres sehingga hanya Salim Segaf Al-Jufri lah yang layak jadi pendamping Jokowi. Tetapi pada akhirnya kita melihat yang digandeng Prabowo adalah Sandiaga Uno dan bukan Ketua Majelis Syuro PKS itu.

Ada yang menarik untuk dicermati pada proses penentuan cawapresnya Prabowo.Mantan Pangkostrad itu terlihat intensif berkomunikasi dengan SBY, Zulkifli Hasan, Shohibul Iman, Salim Segaf Al-Jufri dan beberapa tokoh parpol koalisinya tetapi tidak terlihat hal yang sama dilakukannya terhadap Yusril Ihza Mahendra.

Memang PBB pada saat sekarang ini tidak punya kursi di DPR RI. Tetapi mencermati seruan Rizieq ,seyogianya Ketua Umum Gerindra itu mengadakan komunikasi juga dengan Ketua Umum Partai Bulan Bintang itu.

Kemungkinan karena tidak adanya komunikasi yang demikian serta tidak dipilihnya cawapres yang berasal dari rekomendasi Ijtimak Ulama maka terlihat Yusril mengemukakan reaksi yang keras juga.

Detiknews, 14/8/2018 mengutip pernyataan Ketua Umum PBB itu yang mengatakan Koalisi Keummatan Hanya Fatamorgana yang tidak pernah ada dialam nyata. Yusril juga mengungkapkan "Partai Bulan Bintang juga tidak pernah terlibat disana, bahkan kita komplain nama kita dibawa bawa tanpa pernah diajak bicara".

Yusril juga membantah pernyataan Prabowo yang menyebut sudah berusaha mengontak dirinya tapi tidak berhasil. Berkaitan dengan Prabowo yang memilih  Sandiaga yang bukan ulama ,Yusril justru memuji Jokowi.

"Konon sekarang akan diadakan Ijtima' Ulama Tahap II untuk memutuskan apakah akan membenarkan atau menolak keputusan Prabowo yang memilih Sandiaga Uno, seorang pedagang ,bukannya ulama,sementara Jokowi malah memilih ulama yang juga Ketua MUI yang sekaligus juga Rais Am PBNU,walau Jokowi tidak pernah mendapat amanat yang demikian dari Ijtima' Ulama".

Terhadap hal hal yang diungkapkan Yusril tersebut ada beberapa hal yang layak dicermati. Yusril ingin mengemukakan bahwa pilihan terhadap Sandiaga tidak sejalan dengan rekomendasi Ijtimak Ulama.

Memang terhadap hal yang demikian muncul juga pembelaan yang menyebut pilihan terhadap Prabowo sudah sejalan dengan rekomendasi Ijtimak Ulama. Namun yang dipersoalkan Ketua Umum PBB itu bukanlah tentang Prabowo sebagai capres tetapi tentang Sandiaga Uno.

Publik juga mencermati pembicaraan atau diskusi yang alot pada parpol kubu Prabowo bukan tentang capres tetapi justru mengenai cawapres.

Menjelang deklarasi di kediaman Prabowo pada 9 Agustus malam ,mengemuka juga pemberitaan adanya usulan dari Gerakan Nasional Pembela Fatwa Ulama agar yang dipilih sebagai pendamping mantan Pangkostrad itu tetap berasal dari Ulama.Nama yang diajukan adakalh Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) atau Arifin Ilham. Tetapi usulan tersebut tidak diterima.

Mungkin untuk menunjukkan ke publik bahwa Sandiaga Uno yang dipilih Prabowo sebagai wakilnya itu juga punya darah ulama maka Shohibul Iman, Presiden PKS menyebut Sandiaga sebagai "Santri di era post Islamisme". Menurut pandangan saya walaupun  diberi label yang demikian, tetapi Sandiaga bukanlah masuk dalam kategori ulama.

Selanjutnya seperti yang terbaca selama ini, PKS sangat menginginkan agar kadernya lah yang dipilih Prabowo sebagai wakilnya. Keinginan yang demikian sejalan dengan usulan Majelis Syuro PKS yang telah merumuskan sembilan nama untuk dipilih salah satunya oleh Prabowo.

Satu diantara sembilan nama itu ialah Salim Segaf Al- Jufri, Ketua Majelis Syuro dan namanya juga masuk dalam rekomendasi Ijtimak Ulama. Tentulah menjadi pertanyaan mengapa kemudian PKS menyetujui Sandiaga jadi cawapres dan tidak mengikuti hasil Ijtimak Ulama.

Berkaitan hal hal yang demikianlah kita bisa menjadi paham mengapa Yusril menyayangkan sikap Prabowo dan juga menyesalkan sikap parpol koalisi yang tidak mengikuti Rekomendasi Ijtimak Ulama.
Salam Demokrasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun