Ustadz Abdul Somad ( UAS) adalah sebuah fenomena menarik dalam dunia dakwah di negeri ini. Hanya dalam waktu sekitar dua tahun namanya melejit dan menjadikannya sebagai dai terkemuka Indonesia.
Kedalaman ilmunya, pengetahuan nya yang luas tentang Islam, pilihan katanya yang mudah dipahami pendengar mengantarkannya sebagai penceramah agama yang selalu ditunggu ribuan orang disetiap tempat yang didatanginya.
Seperti yang saya lihat di berbagai daerah di Sumatera Utara, penceramah yang sekarang bermukim di Riau ini telah menjadi idola ummat Islam. Dari berbagai berita yang saya peroleh, tidak hanya di Sumut tetapi diberbagai tempat di negeri ini, pendakwah kelahiran Sungai Silo Asahan ini juga mendapat tempat di hati ummat. UAS adalah magnit yang mampu memukau pendengarnya. Para jemaah yang mendengar tausiahnya seolah olah mendapat minuman penawar haus.
Dengan popularitasnya yang tinggi itu maka muncullah keinginan disebahagian ummat Islam agar ia bersedia menjadi cawapres Prabowo pada pilpres 2019.Â
Hal itu terlihat dengan jelas ketika Ijtimak Ulama yang diselenggarakan Gerakan Nasional Pembela Fatwa merekomendasi namanya sebagai cawapres  Prabowo. Nama lain yang direkomendasi adalah Salim Segaf Al- Jufri, Ketua Majelis Syuro PKS. Namun terhadap rekomendasi yang demikian UAS menolaknya dengan halus.Alumni Universitas Al Azhar ini menyatakan biarlah ia terus bergerak di bidang dakwah.
Walaupun sudah menolak tetapi masih banyak tokoh diantaranya Amien Rais yang tetap mendorong dan mengharapkan agar ia bersedia menerima rekomendasi ijtimak Ulama itu.
Saya bisa memahami mengapa banyak pihak yang ingin terus mendorong agar UAS maju pada 2019 karena dalam pandangan mereka dengan popularitas yang dimilikinya ia bisa mengimbangi bahkan mengalahkan Jokowi pada pertarungan tahun depan.
Dengan posisinya yang demikian itulah Karni Ilyas mengangkat tema  "Mendaulat UAS" pada ILC Tv One pada Selasa, 7 Agustus 2018. Perbincangan pada malam itu cukup menarik terutama yang berkaitan dengan sebuah pertanyaan apakah dengan popularitasnya yang tinggi itu, dai kondang, ahli Ilmu Hadis itu punya kompetensi sebagai cawapres.
Para pembicara, fungsionaris parpol pendukung Prabowo menyatakan sebagai ulama Ustadz Abdul Somad akan mampu melaksanakan tugas sebagai wakil presiden dan mereka mengemukakan nama beberapa ulama seperti Mohammad Natsir dan juga Gus Dur yang sukses sebagai pemimpin di negeri ini.
Seperti diketahui Natsir adalah pimpinan partai Masyumi yang pernah menjadi Perdana Menteri ketika republik kita ini menggunakan UUDS 1950. Sedangkan fungsionaris parpol pendukung Jokowi mengatakan kedalaman pengetahuan sebagai ulama adalah hal yang berbeda dengan kemampuan mengelola politik, negara dan pemerintahan.
Pada ILC itu juga hadir Hanum Rais, putri Amien Rais yang juga dikenal sebagai penulis yang sedang naik daun. Karni Ilyas kemudian mempersilahkannya untuk mengutarakan pandangannya. Hanum mengatakan setelah menulis "Somad Effect "dukungan agar Ustadz Abdul Somad bersedia menjadi cawapres Prabowo Subianto meluas.
Ia mengibaratkan dukungan tersebut seperti bola salju yang terus berguling. Menurutnya mereka yang menyatakan dukungan siap berjuang dengan tulus ikhlas dan berkorban waktu juga materi untuk mendukung Abdul Somad.
Suara Hanum semakin bergetar ketika menyatakan ia kerap berhadapan dengan peristiwa mengharukan salah satunya ketika seorang ibu menitipkan uang sebesar Rp 100 ribu untuk mendukung perjuangan Ustadz Abdul Somad. Dengan peristiwa yang demikian Hanum seperti tak mampu menahan emosinya dan mulai terbata bata meneruskan kalimatnya.
Dengan berlinang air mata, Hanum Rais mengatas namakan jutaan rakyat kecil berharap agar UAS bersedia jadi cawapres Prabowo. Menurut Hanumsosok Ustadz Abdul Somad memiliki efek pemersatu dan bisa menjadi jalan keluar dari isu politik yang menyumpal akibat kebuntuan politik yang tak menemukan titik temu soal sosok cawapres Prabowo.
Karenanyalah Hanum masih terus menengadahkan tangan agar Ustadz Abdul Somad bersedia. Diiringi suasana yang semakin emosional, adik Hanafi Rais ini menyatakan setelah Ijtimak Ulama merekomendasikan nama Abdul Somad rasanya langsung adem merembes di hati. Kita mendengar secercah harapan untuk 2019 ganti presiden ujarnya.
Mendengar kalimat yang diucapkannya saya langsung menarik kesimpulan, isak haru yang terlihat di wajahnya itu rupanya punya motif politik juga yang intinya ingin mengganti Jokowi melalui pilpres 2019.
Suasana emosional yang digambarkannya ketika ketemu orang orang kecil yang mengharapkan UAS berkenan maju sebagai cawapres Prabowo tidak terlepas dari pesan yang disampaikannya ingin ganti Jokowi.
Mendengar untaian kata yang tersusun indah itu saya berpikir, apakah UAS akan mengobah pikirannya. Walaupun sudah menolak tetapi saya berpikir juga mana tau dengan banyaknya keinginan yang muncul serta dengan isak haru Hanum Rais menyebabkan dai kondang itu mengobah keputusannya.
Karenanyalah dengan seksama saya mengikuti melalui TV perkembangan di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Di rumah Prabowo Subianto itu pada Kamis 9 Agustus 2018 malam akan diumumkan siapa yang menjadi pendamping Ketua Umum Partai Getindra itu. Seperti yang kita ketahui akhirnya 3 parpol yaitu Gerindra, PKS dan PAN telah menyepakati Sandiaga Uno lah yang menjadi cawapres Prabowo. Hal itu berarti UAS belum mendengar permintaan dan isak haru Hanum Rais.
Sesungguhnya ketika menyampaikan penolakannya sebagai cawapres, ada beberapa hal yang telah diungkapkan oleh UAS. Kalau disarikan alasan penolakannya itu berkisar pada:
1) tetap ingin bergerak di jalur dakwah,
2) setiap orang harus menyadari kemampuannya danÂ
3) Bisa saja terlihat tegas ketika memberi tausyiah tetapi lemah dalam prakteknya.
Walaupun sudah menyatakan menolak tetapi banyak tokoh dan kalangan yang terus mendesaknya untuk maju tetapi langsung terlihat juga keinginan tersebut juga didorong oleh keinginan untuk ganti Jokowi. Banyak kalangan yang berpendapat popularitas dai yang sekarang bermukim di Riau itu akan dapat menghempang laju Jokowi pada pilpres nanti.
Dari sisi yang demikian tidak salah juga kalau menarik kesimpulan bahwa popularitas dai kondang itulah yang akan digunakan untuk menahan laju Jokowi. Bahwa UAS populer karena ia ulama dan dai ya tetapi direkomendasikan nya namanya bukan semata mata karena keulamaannya.
Hal ini kemudian dibuktikan oleh pilihan parpol pengusung Prabowo yang menyepakati Sandiaga Uno sebagai cawapres Prabowo dan bukan Salim Segaf Al-Jufri, seorang ulama yang namanya juga direkomendasi oleh Ijtimak Ulama.
Demikianlah pada akhirnya UAS lebih memilih jalur dakwah ketimbang masuk dan terjun dalam ranah politik yang kata banyak orang merupakan "ruang abu abu" yang sangat berbeda dengan warna yang muncul pada kegiatan dakwah.
Salam Demokrasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H