Tapi kemudian saya merenung juga tidak layak membuat kesamaan antara pemburu rusa dengan mereka yang ingin mengganti presiden. Mengapa tidak layak ? Karena dalam pikiran saya, mereka yang ingin ganti Jokowi itu hatinya ditaburi oleh semangat luhur yang ingin menyelamatkan bangsa ini. Dalam urusan yang demikian tentu mereka tidak akan berbicara tentang  bagi bagi kekuasaan.
Dengan anggapan yang demikian, semakin nikmatlah  mendengar koor ganti presiden itu didendangkan. Kemudian tibalah saatnya barisan oposisi itu harus duduk dalam satu meja untuk membicarakan apa yang harus dilakukan agar Jokowi bisa diganti melalui mekanisme demokrasi.
Pada awalnya dua parpol yakni Gerindra dan PKS sepakat untuk berkoalisi .Kemudian masuk lagi PAN yang dipersepsikan juga sepakat bergabung dan kemudian masuklah Demokrat.
Muncullah kesan yang kuat di publik bahwa keempat parpol ini sepakat untuk berkoalisi dengan mengusung Prabowo sebagai capres.Sebuah kesepakatan lisan yang belum tertuang pada perjanjian tertulis. Tetapi perkembangan selanjutnya menunjukkan tanda tanda bahwa perundingan atau pembicaraan menjadi mandeg.Keempat parpol belum berhasil mencapai titik temu tentang siapa yang dihunjuk sebagai cawapres.
PKS tetap bersikukuh, cawapres itu harus merujuk kepada rekomendasi ulama yang menyebut dua nama, Salim Segaf Al -Jufri dan Ustadz Abdul Somad (UAS). Oleh karena UAS menyatakan tidak bersedia maka pilihan tentunya harus jatuh pada Salim Segaf Al-Jufri. Sedangkan PAN masih menunggu hasil Rakernasnya dan kuat kesan partai ini juga akan menyorongkan nama Ketua Umumnya. Selain Zulkifli Hasan, partai yang didirikan Amien Rais ini juga menginginkan UAS sebagai pendamping Prabowo.
Tetapi karena ustadz kondang itu menolak maka Eddy Soeparno, Sekjend PAN mengatakan partainya mencari alternatif lain. Malahan dikatakannya, tokoh alternatif yang tengah dicari PAN itu disebut yang bisa diterima seluruh partai koalisi.
Saat ini kata Eddy semua kembali ke titik nol.Selanjutnya Eddy mengemukakan ,usul yang diajukan PAN adalah tokoh diluar partai. Dari sikap yang diungkapkan PKS dan PAN itu jelaslah kedua parpol menolak jika AHY dipilih oleh Prabowo sebagai cawapres.
Spekulasi yang berkembang menyebut ,Prabowo lebih cenderung memilih putra sulung SBY itu sebagai pendampingnya. Dengan melihat peta koalisi kubu oposisi yang demikian terlihatlah ,nyatanya tidak mudah merumuskan sesuatu yang berhubungan dengan bagi bagi kekuasaan.
Dengan kata lain # 2019 Ganti Presiden ternyata sampai hari ini belum mampu menyatukan mereka.Lalu untuk apa tagar itu?
Salam Demokrasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H