Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kalau PAN dan PKS Belum Sepakat, Mungkinkah Prabowo akan Meninggalkannya?

4 Agustus 2018   06:11 Diperbarui: 4 Agustus 2018   08:52 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nasional.kompas.com

Sekarang ini 4 parpol Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat keIihatannya sudah sepakat membentuk sebuah koalisi menghadapi pilpres 2019. Kesepakatan tersebut diungkapkan Sekjend Gerindra Ahmad Muzani seusai pertemuan ketua umum dan sekjend 3 partai (Gerindra, PKS dan PAN ) yang diselenggarakan di kediaman seorang pengusaha bernama Maher Algadri di kawasan Prapanca, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Selasa, 31 Juli malam ( Kompas.com, 31/7/2018).

Kesepakatan tersebut dimaknai akan mengusung Prabowo Subianto sebagai capres. Walaupun keempat parpol telah bersepakat untuk berkoalisi tetapi masih ada satu hal penting yang belum terselesaikan yakni siapa cawapres Prabowo.

Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat menyatakan,untuk cawapres partainya menyerahkan sepenuhnya kepada Prabowo Subianto untuk menentukannya.

Sikap Demokrat yang demikian tentu akan lebih memudahkan Ketua Umum Gerindra memilih pasangan yang dirasanya cocok dan tepat. Kemudian juga sikap Demokrat ini dinilai sebahagaian orang cukup maju karena tidak memberi syarat kepada Gerindra agar memilih AHY sebagai wakilnya.

Kendatipun Demokrat sudah legowo tidak mengharuskan kadernya sebagai cawapres tetapi sampai sekarang PKS dan PAN belum punya kata sepakat sehingga koalisi empat parpol belum padu menyepakati satu nama sebagai pendamping Prabowo.

Sesungguhnya sebelum bergabungnya Demokrat ke koalisi ini ,masalah siapa cawapres Prabowo juga belum bisa dirumuskan terutama oleh PKS dan PAN. PKS masih tetap bersikukuh agar kadernya yang dipilih Prabowo sementara PAN juga kelihatannya demikian.

Untuk memecahkan kebuntuan masalah ini banyak kalangan mengharapkan Ijtimak Ulama yang diadakan oleh Gerakan Nasional Fatwa Ulama dapat memberi jalan keluar.

Harapan besar ditujukan kepada Ijtimak Ulama itu karena pada forum yang demikian bergabung tokoh tokoh parpol pendukung Prabowo minus Partai Demokrat yang memang tidak diundang ke acara itu. Para ketua umum parpol juga menyampaikan orasi pada acara dimaksud.

Seperti diketahui Ijtimak Ulama itu menghasilkan rekomendasi Prabowo sebagai capres dan untuk cawapres mengemukan dua nama, yaitu Salim Segaf Al Jufri, Ketua Majelis Syuro PKS dan Ustadz Abdul Somad. Tapi dai kondang ini telah memberi isyarat tidak bersedia sebagai cawapres dan tetap akan berkiprah di bidang dakwah. Dengan demikian mengacu kepada Ijtimak Ulama itu  sekarang hanya tinggal satu nama untuk cawapres Prabowo yaitu Salim Segaf Al Jufri.

Membaca berbagai pemberitaan ternyata rekomendasi Ijtimak Ulama ini belum disepakati oleh keempat parpol yang akan berkoalisi itu. Menurut pandangan saya hal ini menunjukkan rekomendasi Ijtimak Ulama itu secara politis tidak mencapai targetnya karena masih munculnya perbedaan pendapat diantara empat parpol.

Partai Demokrat telah memberi mandat sepenuhnya kepada Prabowo untuk memilih cawapresnya. Partai peringkat keempat pada pemilu 2014 ini tidak mengharuskan mantan Pangkostrad itu memilih wakilnya dari Demokrat. Namun demikian ditangkap sinyal kuat bahwa partai ini sesungguhnya tetap menginginkan agar AHY lah yang dipilih Prabowo sebagai pendampingnya. Disisi  lain, Partai Amanat Nasional belum menyatakan sikapnya tentang siapa yang akan didukungnya sebagai cawapres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun