Hal tersebut diungkapkan oleh Anas Mahmoud Khalaf saat menghadiri Konferensi Ulama Internasional di Islamic Centre Mataram, Nusa Tenggara Barat ,Jum'at( ,27/7/2018). (detiknews,27 Juli 2018).
Dengan demikian terlihatlah adanya kesamaan penggambaran situasi Timur Tengah saat ini seperti yang dinyatakan Said Aqil Siroj dan Imam Besar Masjid Abdul Qodir Jailani itu.
Karenanya tidaklah tepat menghujat NU/ Said Aqil dengan menyebutnya anti Arab karena yang dilukiskannya adalah situasi saat ini.
Berkaitan dengan hal tersebut tidak salah juga lah kalau menduga ada kelompok yang sengaja menyebut Said Aqil menghina Arab padahal yang diungkapkannya bukanlah penghinaan.
Ketua Umum PB NU itu hanya ingin menunjukkan, ada beda keadaan di negeri ini dengan situasi di Timur Tengah. Kalau disimak lebih dalam, Said Aqil ingin mengatakan mengapa ada beda sikap antara ummat Islam di Timur Tengah dengan ummat Islam di negeri ini.
Perbedaan tersebut bukan karena perbedaan ajaran Islam yang dianut tetapi karena perbedaan sikap yang dipengaruhi oleh budaya masing masing.
Berkaitan dengan pengaruh budaya yang demikianlah NU menyebutnya sebagai Islam Nusantara. Selanjutnya dikalangan NU Islam Nusantara juga dimaknai menyatunya kebiasaan adat dengan acara keislaman.
Untuk masyarakat Melayu di Medan dikenal adanya tradisi tepung tawar yang antara lain digelar pada acara melepas jemaah haji, perkawinan dan juga pada acara penabalan nama anak.
Masyarakat Mandailing juga sangat akrab dengan acara "Upa Upa " pada upacara perkawinan.
Tepung tawar dan Upa Upa merupakan contoh menyatunya nilai nilai budaya dengan tradisi keislaman. Selanjutnya saya ingin juga mencermati penolakan terhadap Islam Nusantara itu dari sudut pandang Ukhuwah Islamiyah.
Kata ini bermakna adanya persaudaraan dikalangan ummat Islam. Hal ini bertitik tolak juga dari keyakinan ummat Islam sesungguhnya kaum beriman itu bersaudara.
Berkaitan dengan keyakinan yang demikian ,saya sering merasa miris melihat sikap dan komentar yang dikemukakan oleh tokoh tokoh Islam terhadap Islam Nusantara.