"Saya tegas katakan, bukan.Pak Prabowo bukan Muslim yang taat .Bukan Muslim santri.Dia adalah Muslim yang abangan saya katakan ", tegas Shohibul menjawab duta besar Belanda.
Shohibul selanjutnya menjelaskan alasan partainya selalu akrab dengan Partai Gerindra.Menurutnya hubungan mesra itu tidak tak lepas dari kesadaran historis sosiologis bangsa Indonesia.
Menurutnya, Indonesia ditakdirkan lahir oleh dua kelompok yaitu Islam dan Nasionalis.
"Bahwa kelompok Islam dan Nasionalis harus hand in hand. Ada saling pengertian diantara keduanya," ujar Sohibul, di Hotel Kartika Chandra, Kamis ( 26/7) malam.
Menurut pandangan saya ada beberapa hal yang layak dicermati berkaitan dengan keterangan Sohibul ini.
Kita sependapat bahwa ada dua kelompok dalam bangsa ini yaitu Islam dan Nasionalis.
Tetapi kalau dengan alasan PKS ( Islam) akrab dengan Gerindra yang dinyatakan kelompok nasionalis karena berdasarkan perlunya kerjasama diantara dua kelompok rasanya kurang tepat juga.
Kita tahu ada beberapa parpol di negeri ini selain Gerindra yang dikategorikan sebagai parpol berbasis kebangsaan. Sebutlah PDIP, Golkar, Nasdem, Hanura, atau Demokrat .
Kalau hanya dengan alasan Islam dan Nasionalis harus hand in hand, lalu mengapa harus memilih Gerindra. Mengapa misalnya tidak dengan PDIP ataupun Golkar. Malahan dengan beberapa parpol yang berbasis nasionalisme, seperti PDIP justru PKS tidak terlihat akrab.
Bertitik tolak dari sudut pandang yang demikian, saya berpendapat keakraban kedua parpol bukan dalam konteks Islam- Nasionalis tetapi justru karena kesamaan kepentingan politik terutama pada pilpres.
Kesamaan kepentingan politik yang demikian sudah mulai terlihat jelas pada pilpres 2014 pada saat mana PKS memberikan dukungannya untuk Prabowo- Hatta Rajasa.