Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenikmatan Spiritual Pada Kenduri Jemaah Haji

23 Juli 2018   05:05 Diperbarui: 23 Juli 2018   05:44 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menjelang keberangkatan calon jemaah haji ke tanah suci ,saya menerima beberapa undangan dari sahabat dan pamili untuk menghadiri acara kenduri atau minta doa selamat sehubungan dengan keberangkatannya ke tanah suci dalam musim haji tahun ini.

Merupakan hal yang lumrah di Medan ,bagi setiap calon haji mengadakan kenduri meminta doa keselamatan. Para guru menyebut juga kegiatan itu dengan istilah " Walimatus  Safar".

Saya sendiri untuk musim haji tahun ini menerima lima undangan untuk acara yang demikian.
Saya juga punya beberapa kenalan yang beragama Islam yang sering terbang keluar negeri .Waktu tempuh penerbangannya bisa lebih dari sepuluh jam yang berarti lebih lama dari waktu yang dibutuhkan untuk mengharungi angkasa Bandara Kuala Namo Medan menuju Bandara King Abdul Aziz ,Jeddah ,Saudi Arabia.

Walaupun waktu tempuhnya lebih lama tetapi tidak pernah diadakan kenduri minta doa selamat untuk perjalanannya.

Saya tidak tahu persis kapan tradisi melaksanakan kenduri naik haji ini dilaksanakan. Menurut dugaan saya kegiatan seperti ini sudah berusia lebih dari seratus tahun dan diawali ketika menunaikan ibadah haji  masih menggunakan kapal layar atau kapal laut.

Ketika masa yang demikian itu saya jadi teringat cerita  tentang kakek dari ayah menunaikan ibadah haji pada akhir Abad XIX .

Kakek dari ayah itu tinggal di kota kecil bernama Kotanopan ( sekarang masuk Kabupaten Mandailing Natal ,Provinsi Sumatera Utara). Kota kecil ini berada sekitar 500 km sebelah selatan Medan).

Oleh karena pada masa itu belum ada mobil atau bus ,maka kakek beserta calon jemaah haji lainnya harus menggunakan kenderaan yang ditarik lembu yang disebut pedati atau yang ditarik kuda yang disebut sado atau delman. Mereka menggunakan kenderaan itu berhari hari atau mungkin berminggu minggu untuk sampai  di pelabuhan laut tempat singgah kapal yang akan membawa mereka ke pelabuhan laut Jeddah,Saudi Arabia.

Oleh karena pada masa itu belum ada alat alat komunikasi seperti telepon maka begitu calon jemaah haji meninggalkan rumahnya maka tidak ada lagi kabar berita tentang dirinya.

Informasi tentang jemaah itu baru diketahui lagi sesudah lebih dari tiga bulan ,ketika ia tiba kembali di rumahnya setelah selesai menunaikan ibadah haji. Perjalanan menggunakan kapal laut tentu punya tantangan tersendiri.Saya masih mendengar cerita cerita dari orang orang tua betapa ganasnya ombak laut yang harus dilewati.

Ombak laut yang ganas itu menurut mereka ada di laut Siqutra yang dalam bahasa Mandailing disebut Laut Sikutoro. Oleh karena perjalanan yang penuh tantangan ini lah menurut saya ,asal muasal diselenggarakannya kenduri untuk keberangkatan calon jemaah haji.

Walaupun kemudian transportasi darat sudah semakin baik dan jemaah haji juga sudah menggunakan kapal laut sehingga waktu tempuh dari pelabuhan laut Belawan Medan ke pelabuhan Jeddah, Arab Saudi menjadi lebih singkat namun tradisi kenduri itu tetap berlanjut.

Begitu juga halnya ketika jemaah haji sudah diangkut naik pesawat udara ,tradisi yang demikian masih dipertahankan.

Secara umum garis besar acara kenduri itu diawali dengan pembacaan tahtim dan tahlil ,kemudian diakhiri dengan doa. Sesudah pembacaan doa dilanjutkan dengan penyampaian tausyiah oleh Usadz. Selesai tausyiah ,diadakanlah acara untuk calon jemaah yang salah satu diantaranya penympaian kata kata sambutan oleh keluarga dekat.

Pada penyampaian kata kata inilah sering terlihat suasana emosional spiritual muncul.Terlebih lebih apabila kata kata itu diucapkan oleh orang tua dari calon jemaah haji atau juga yang disampaikan anak anak calon jemaah haji.

Air mata menetes tidak terbendung ,kata kata yang dikeluarkan juga menjadi terbata bata,tersendat sendat. Keluarga yang hadir juga larut terbawa emosi. Demikian juga halnya ketika calon jemaah haji menyampaikan permohonan maaf nya kepada yang hadir serta minta didoakan agar sehat dan selamat dalam melaksanakan ibadah wajib itu,air mata rasa haru menjadi tidak tertahankan lagi.

Mengapa ya untuk penerbangan yang sekitar 7 jam dari Medan dan untuk waktu sekitar 40 hari meninggalkan rumah ,airmata bahagia dan haru bisa menetes.

Selanjutnya pada hari yang ditentukan ,berangkatlah calon jemaah haji dari rumahnya menuju Asrama Haji Medan.Pada hari berangkat dari rumah itu ,keluarga kumpul lagi.

Calon jemaah haji secara perlahan melangkahkan kaki meninggalkan rumahnya.Mengiringi keberangkatannya itu berkumandanglah azan di rumah itu.Pada saat yang demikian ,air mata menetes lagi.Suasana haru datang lagi menyelimuti keluarga.

Pada lajimnya ,jemaah haji embarkasi Bandara Kuala Namo akan menginap satu malam di Asrama Haji Medan ,Jalan AH Nasution.

Sesudah menginap satu malam ,keeseokan harinya ,bisa pagi ,tengah hari atau malam ,calon jemaah haji diberangkatkan dengan bus menuju Bandara Kuala Namo. Begitu iring iringan bus mulai keluar meninggalkan Asrama Haji,disepanjang Jalan AH Nasution itu sudah berdiri, berjejer ratusan manusia yang merupakan famili yang akan naik haji .Begitu iring iringan bus lewat ,mereka melambaikan tangan dan meneteskan air mata.

Saya sendiri pun yang berada dalam bus sewaktu akan menunaikan ibadah haji beberapa tahun yang lalu ,juga meneteskan air mata ketika melambaikan tangan kepada saudara saudara yang berdiri dipinggir jalan itu.

Diiringi gema Talbiyah didalam bus air mata semakin tidak terbendung lagi.Sungguh dirasakan kenikmatan spiritual yang luar biasa. Sekarang ini sesuai kloternya jemaah haji Indonesia sudah mulai diberangkatkan ke Arab Saudi.

Besok dan seterusnya,ratusan manusia itu akan berdiri ,berjejer lagi di Jalan AH Nasution itu melambaikan tangan untuk para tamu tamu Allah yang ada didalam bus itu.

Para tamu itu juga akan membalas lambaian tangan itu sembari membacakan talbiyah,kalimat kalimat suci yang mengatakan mereka akan datang ke Ka' bah ,mengumandangkan pujian hanya untuk Allah semata.

Air mata mereka akan menetes lagi dan kenikmatan spiritual yang tak terlukiskan rasanya akan mereka rengkuh lagi.

Selamat jalan Duyufur Rahman ,Selamat jalan Tamu Tamu Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun