Mangalehen Mangan secara harfiah berarti memberi makan .Acara ini lazimnya dilaksanakan pada malam hari menjelang seorang putri akan menikah keesokan harinya.Dalam bahasa Mandailing sebutan lengkap untuk acara memberi makan Ini ialah " Mangalehen Mangan Indahan Pamunan".
Ada dua fungsi dari acara memberi makan ini. Dalam adat Mandailing ketika seorang putri sudah menikah maka status adatnya sudah pindah menjadi bahagian dari keluarga suaminya .Dalam hal yang demikian maka acara Mangalehen Mangan itu dimaknai sebagai makan terakhir baginya di rumah orang tuanya dengan status anak gadis.
Kemudian fungsi kedua acara memberi makan itu merupakan kesempatan bagi keluarga memberi " poda " atau nasehat kepada putrinya sebagai bekal untuk berumah tangga .
Dengan demikian acara memberi makan itu dilaksanakan oleh orang tua dari seorang putri yang akan menikah. Pada acara tersebut putri yang akan menikah itu duduk diatas 'Amak Lampisan " atau tikar adat yang berlapis.
Makanan yang disediakan merupakan makanan yang ditata secara adat. Makanan tersebut terdiri dari nasi ,ikan ,ayam ,udang ,telor dan ada garam mentah yang diletakkan didalam daun .Keseluruhan makanan adat itu disusun dan diletakkan diatas " Anduri" atau tampah yang dibuat dari bambu yang dianyam.
Ketika putri yang akan menikah itu sudah duduk berlapiskan tikar adat maka makanan adat itu diletakkan didepannya.Pada posisi yang demikian maka pada bahagian atas makanan itu masih ditutup dengan daun pisang serta kain adat.
Kemudian dibukalah makanan yang diatas tampah itu dengan cara menggulung daun dan kain adat penutupnya .Menggulung daun dan kain penutup itu dimulai dari sebelah kanan baru digulung kesebelah kiri.
Membuka penutup makanan itu sesudah dibacakan pantun dalam bahasa Mandailing.Sesudah makanan terbuka maka kepada putri yang akan diberi makan itu disuguhi( disurdu) Â dulu beberapa lembar sirih .Sirih tersebut berasal dari orang tua ,pamili dekat dan juga dari yang memimpin acara Mangalehen Mangan itu.
Yang berbicara pertama memberi nasehat adalah ayah dari putri yang diberi makan itu baru kemudian diikuti oleh ibundanya .Kemudian kepada semua kerabat dekat yang hadir juga diminta kan untuk memberi kata kata nasehat.Secara umum nasehat yang demikian diutarakan dalam bahasa Mandailing.
Sesudah semua kerabat memberi kata kata nasehat maka pengetua adat yang memimpin acara pemberian makan itu menjelaskan makna makanan adat yang berada didepan putri yang akan menikah itu.
Pengetua adat itu akan menjelaskan apa makna udang ,ikan ,ayam ,telor dan garam serta nasi yang dihidangkan itu.
Selesai menjelaskan makna yang terkandung didalam makanan itu maka putri yang akan menikah itu dipersilahkan menikmati makanan adat yang tersaji didepannya .
Hal yang paling pertama dilakukannya ialah mencicipi telor ayam yang sudah direbus .Dia harus membelah telor itu dengan tangannya dan harus sampai kepada kuning telornya yang punya makna " Anso tadjomak sere" yang bermakna agar dalam perkawinannya nanti ia memperoleh rezeki yang banyak.
Sesudah mencicipi makanan adat tersebut maka putri yang diberi makan itu akan " Markobar " atau berbicara yang intinya mengucapkan terima kasih untuk semua nasehat yang disampaikan.
Sesudah ucapan terima kasih itu acara ditutup dengan doa dan kemudian dilanjutkan dengan makan bersama. Demikianlah sekelumit penjelasan tentang acara " Mangalehen Mangan" dalam tradisi adat Mandailing.
Salam Kebudayaan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H