Dengan posisi yang demikian wajarlah kita melihat plus minus yang dipunyai Puti dalam meningkatkan elektabilitas pasangannya. Bahwa ia diusung oleh PKB dan PDIP serta dua parpol lainnya merupakan sebuah potensi yang bagus.Terlebih lebih ia adalah cucu Bung Karno yang karir politiknya juga tumbuh dari Surabaya ketika ia menjadi murid politik dari Tjokroaminoto.
Tetapi layak juga ditelisik kelemahannya. Puti Guntur Sukarnoputra adalah anggota DPR RI berasal dari PDIP dari daerah pemilihan Jawa Barat.Sepanjang yang diketahui ,putri semata wayang Guntur ini tidak pernah berkiprah di Jawa Timur.
Hal ini sangat berbeda dengan Emil Dardak ,cawagubnya Khofifah. Emil Elestianto Dardak kelahiran Jakarta 20 Mei 1984 adalah seorang politikus yang menjabat sebagai Bupati Trenggalek sejak 17 Pebruari 2016. Ia juga adalah peraih gelar Doktor Ekonomi Pembangunan dari Ritsumeikan Asia Pacific University.
Suami dari artis Arumi Bachsin ini adalah cucu H Mochammad Dardak salah seorang kiai NU. Oleh karena Emil adalah Bupati Trenggalek maka tentu namanya lebih dahulu dikenal masyarakat Jatim ketimbang Puti Guntur Soekarnoputra.
Selanjutnya dalam pandangan saya ada hal yang sedikit banyaknya memengaruhi sikap warga Nahdliyin terhadap pasangan Gus Ipul-Puti Guntur. Gus Ipul adalah tokoh NU ,pernah menjabat Ketua Umum GP Anshor dan juga tokoh PKB.
Muhaimin Iskandar adalah tokoh NU dan Ketua Umum PKB yang sebahagian besar pendukungnya juga berada di Jawa Timur. Seperti diketahui Cak Imin sudah mendeklarasikan dirinya sebagai cawapres Jokowi.Tetapi sampai sekarang Jokowi maupun PDIP belum memberikan respons terhadap tawaran Cak Imin itu.
Apabila kemudian warga Nahdliyin atau warga PKB Jatim yang merupakan loyalis Cak Imin menganggap Jokowi /PDIP pada akhirnya tidak akan memilih Muhaimin Iskandar sebagai pendampingnya Jokowi maka bukan tidak mungkin suara mereka akan dialihkan kepada Khofifah-Emil Dardak dalam halmana Khofifah juga merupakan tokoh NU.
Memang hal yang dikemukakan ini masih lah sebatas dugaan. Berkaitan dengan posisi keterpilihan kedua pasangan itu selayaknya kita cermati beberapa hasil survei yang dirilis belakangan ini.
Survei yang dilakukan Poltracking 6-11 Maret 2018 menempatkan Khofifah -Emil unggul 42,4 persen terhadap pasangan Gus Ipul-Puti yang meraih 35,8 persen dengan undecided voters sebesar 21,8 persen.
Menurut peneliti Poltracking ,Hendra Yasin ,tren kenaikan elektabilitas Khofifah-Emil karena pasangan itu merupakan paduan dua figur yang mewakili dua pemilih.Pasangan ini juga dianggap representasi dari kelompok lintas generasi( JPNN.com,6/4/2018).
Sementara Laboratorium Kebijakan Publik dan Perencanaan Pembangunan Fakultas Ilmu Adiministrasi Universitas Brawijajaya Malang yang melakukan survei 23-30 April 2018 menyatakan apabila pilkada dilakukan semasa rentang waktu survei ,Gus Ipul-Puti unggul pada angka 47,9 persen sedangkan Khofifah-Emil meraih 42,2 persen.( merdeka.com,8/5/2018).